Sejuta pembahasan panjang sebelum membuat hidangan spesial untuk Yeri akhirnya mencapai penutup. Setelah saling meminta maaf atas hal-hal yang dianggap tak begitu baik. Kedua remaja itu pun segera menuju dapur setelah sempat berhenti di ruang makan untuk berbincang.
Yandi selalu berada di samping gadis itu sambil menyiapkan segala alat dan bahan yang diperlukan Reina demi membuat hidangan untuk sang adik.
Yandi mulai mengeluarkan bahan-bahan yang dibutuhkan dari lemari pendingin untuk membuat hidangan spesial untuk adiknya, mulai dari roti tawar, cokelat batangan dan keju. Serta menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan.
Setelah tugasnya selesai, remaja pria itu benar-benar memusatkan seluruh perhatiannya pada Reina yang sibuk menyiapkan roti panggang untuk adiknya. Tak sedetik pun ia memalingkan pandangannya dari gadis yang sedang sibuk menyiapkan makanan sang adik.
Terlukis sebuah senyuman di wajah Yandi kala memerhatikan Reina dengan tangan yang sibuk. Ada
“Yuk,” ucap Yandi dan ia pun pergi mengantar Reina ke rumahnya. Kedua remaja itu berangkat dengan seragam sekolah lengkap di tubuh mereka. Meskipun ia berada di rumahnya, Yandi sama sekali tak mengganti seragamnya karena selalu berada di samping gadis itu.Di perjalanan menuju kediaman Reina, kedua remaja itu asyik bercerita. Cerita di antara mereka hanya seputar tentang masa lalu Reina. Gadis itu mulai menceritakan berbagai kisah hidupnya saat masa kanak-kanak, mulai dari kisah sedih hingga kisah yang mengocok perut.Meskipun perjalanan dari rumah Yandi menuju rumah Reina cukup jauh, kedua remaja itu tak merasa bosan berada di dalam angkutan umum yang sesak. Dan Tandi pun tak bosan mendengarkan semua cerita tentang gadis itu. Karena semua itu seperti keinginan dirinya, bahwa ia ingin mengenal gadis itu dengan baik.Cerita masa lalu Reina tak berhenti, meski mereka sudah tak berada di dalam angkutan umum lagi. Yandi dan Reina masi
Waktu terus berjalan dan hari terus berganti. Setiap hari berganti, akhir perjuangan sebagai siswa SMA hampir terlihat. Ujian sekolah kini akan dimulai dalam hitungan hari. Para murid kelas XII pun mulai disibukkan dengan kegiatan yang tak lain adalah belajar.Saat di sekolah, para murid kelas XII selalu disuguhkan soal-soal ujian di tahun-tahun sebelumnya. Kegiatan pembelajaran yang sering dilakukan sebelumnya sudah tak berlaku lagi siswa-siswi kelas XII.Para guru hanya akan membagikan lembar soal dari ujian yang sudah dilakukan di tahun-tahun sebelumnya kepada lara murid. Setelah para murid menyelesaikan dengan batas waktu yang diberikan, maka soal-soal itu akan dibahas bersama. Dan jika ada bagian yang tak dimengerti, maka akan dibahas lebih mendalam lagi.Di masa-masa sebelum ujian sekolah dimulai, semua siswa-siswi kelas XII semakin giat mempersiapkan diri dengan belajar. Ada yang melakukannya secara kelompok atau secara individu, serta melakukannya
Sore ini Yandi bersama Andi, Agus, Doni dan Rino telah berada di kediaman Reina. Namun, Andre belum juga menampakkan batang hidungnya. Padahal saat di sekolah ia sudah berjanji akan ikut belajar bersama di rumah gadis itu.Yandi dan teman-temannya telah tiba di rumah Reina tepat pukul setengah empat sore. Tetapi para remaja itu tidak langsung memulai kegiatan belajar mereka, karena masih menunggu Andre. “Duh... si Andre mana, sih? Ini tuh udah setengah jam. Mana ditelepon gak diangkat lagi,” gerutu Andi sambil terus berusaha menghubungi Andre.“Kayaknya dia gak bakalan datang, deh,” tebak doni. Tebakan Doni sangat tepat karena orang yang sedari tadi ditunggu-tunggu, memang tak akan memunculkan dirinya.“Tadi dia sendiri yang janji bakalan datang, napa malah gak datang,” gerutu Rino.“Mungkin ada sesuatu, jadi dia gak bisa datang,” ujar Reina berusaha menenangkan teman-temannya.“Bisa jadi, sih.
Sore hari itu Andre terus mengurung diri di kamar dengan posisi yang sama di atas kasurnya. Bahkan hingga langit berubah menjadi gelap, remaja itu tak kunjung bangkit dari kasurnya. Ia terus saja berbaring di atas kasurnya sambil memikirkan banyak hal. Pikiran Andre saat ini hanya dipenuhi dengan sebuah persoalan, yang tak lain adalah kedekatan Yandi dan Reina. Hanya karena satu persoalan ini, hampir membuat kepala remaja ini meledak. “Ah... gue harus gimana?” teriak Andre kebingungan.Tak ada lagi ide yang berjalan di kepala remaja itu. Pikirannya sudah mencapai jalan buntu. Meski sudah berpikir selama beberapa jam, Andre masih saja berada di dalam jalan buntu.“Duh... ayo mikir, Andre...” gerutu Andre sambil memukul-mukul bantal tidurnya.“Lo harus mikir gimana caranya, supaya Reina bisa sadar kalau lo suka sama dia. Dan lo harus mikir gimana caranya, supaya Reina suka sama lo,” ujar Andre mencari
“Baik anak-anak, tolong kalian belajar lebih giat lagi. Ujian sudah di depan mata kalian semua. Jadi, bapak harap kalian kurangi bermain-main,” ucap pak Anton menasihati para murid saat kelas hampir berakhir.“Bapak juga minta kalian kurangi aktivitas kalian di dunia sosmed. Nanti kalau kalian sudah lulus, kalian boleh sesuka hatinya aktif kapan pun di sosmed. Tapi untuk sekarang, kalian harus fokus belajar. Karena setelah dari sini, kalian akan lanjut ke tingkatan yang lebih tinggi dan punya kesulitan yang berbeda dari sekarang,” ujar pak Anton melanjutkan nasihatnya.“Baik, pak,” jawab semua murid serentak.“Bapak rasa kalian semua sudah besar, jadi kalian bisa mengerti. Dan pembahasan kita sampai di sini. Ingat, pelajari kembali soal-soal yang sudah kita bahas.,” ucap pak Anton.“Baik, pak,” jawab semua siswa serentak.“Selamat belajar dan semoga ujian kalian minggu depan berjalan
“Halo?!” Belum selesai Rein mengajukan berbagai pertanyaan pada penelepon yang tak dikenalnya, sambungan telepon segera diputuskan oleh orang tersebut. Dan saat ia berusaha untuk menghubunginya kembali, orang tersebut sama sekali tak menjawab satu pun panggilan darinya.“Ah... dasar orang aneh!” teriak Rein kesal.“Sebenarnya dia siapa, sih?! Berani banget dia bilang kalau Yandi bakalan putusin gue!” Gadis itu merasa kesal pada perkataan lelaki itu yang seperti seorang peramal, yang meramalnya akan segera putus dari kekasihnya.“Dia gak tahu apa, kalau Yandi tuh gak bakalan bisa lama-lama jauh dari gue! Lagian kenapa lo dengarin omongan dia, sih?” ucap Rein terus saja mengingat semua perkataan lelaki itu sambil terus menggerutu.“Tuh cowok kayaknya gak tahu kalau Yandi tu cinta mati sama gue,” ujar Rein percaya diri. Ia sama sekali tak menyadari jika rasa suka Yandi padanya mulai memudar.
“Ah...” Teriakan Reina Vicasa sudah terdengar sejak pukul lima pagi. Gadis itu tak bisa memejamkan kedua bola matanya karena melihat semua kiriman foto dan video dari nomor tak dikenal. Saat pertama kali mendapat kiriman serupa, Rein masih tak begitu peduli. Namun saat mendapat kiriman yang kedua kalinya, gadis itu tak bisa lagi mengabaikan semua foto dan video tersebut. Ditambah si pengirim yang tak kunjung menjawab panggilannya melalui sambungan telepon, membuatnya semakin tak tenang. Gadis itu terus saja membayangkan segala hal buruk yang akan terjadi jika ia tak meminta maaf pada kekasihnya. Namun, ia juga merasa sangat enggan untuk meminta maaf terlebih dahulu. Rein mulai membayangkan, jika hubungannya dan Yandi yang berakhir. Dan saat itu sahabatnyalah yang menggantikan posisinya. Semua bayangan yang terlintas di kepala gadis itu, membuatnya tak dapat memejamkan kedua bola matanya walau sebentar. Akhirnya, gadis itu pun tak beristirahat di saat orang la
Malam yang dingin semakin membuat Reina tersiksa. Saking tersiksanya, bahkan ia hanya meneteskan air matanya tanpa bersuara. Air mata gadis itu bercucuran begitu deras menemaninya di jalan yang sepi. Dan ditemani bunyi-bunyian khas pada malam hari.Hati gadis itu terasa begitu sakit. Ia tak menyangka jika sahabatnya sendiri menuduhnya melakukan hal yang tak pernah ia lakukan.Saat mendengar semua kemarahan sahabatnya, Reina merasa mungkin sahabatnya sedang merasa cemburu karena kedekatannya dan Yandi. Reina juga berniat menjelaskan alasannya kepada sahabatnya, mengapa ia tak membantu agar hubungan mereka segera membaik. Tetapi saat emosinya mulai meledak, gadis itu tak memberikan dirinya satu kesempatan pun untuknya mengeluarkan sepatah kata dari mulutnya.Luka akibat perkataan Rein, begitu membekas di hatinya. Reina tak menyangka, jika apa semua tuduhan yang didengarnya saat itu keluar dari mulut sahabatnya sendiri.Bahkan demi meredakan amarah sahabatny