"Kak, siapa itu? Siapa yang datang sepagi ini?" tanya Doni yang masih belum sadar jika orang yang datang ke rumah mereka adalah Michel."Bukan siapa-siapa, kamu kembali ke kamar aja, Don." Diana menoleh ke arah Doni sedang Michel dan Jake langsung membuka pintu dan menerobos masuk ke dalam rumah hingga membuat Diana dan Doni kaget dan juga panik."Sudah cukup liburannya? Sekarang, ayo kita pulang." Michel memberikan tangannya pada Diana sebagai tanda jika Michel ingin membawa Diana pulang bersamanya."Tidak bisa. Kak Diana tidak boleh pergi dengan anda," sela Doni yang kemudian menarik Diana ke belakangnya.Anak buah Dave yang mendengar suara keributan dari dalam kamar segera menyusul ke ruang utama tak lupa membawa senjata apinya."Ada apa ini?" tanya Adi yang membuat semua orang kini menatap ke arahnya.Anak buah Dave itu juga tak kalah terkejut melihat Michel berada di rumah yang sedang mereka tempati ini."Nona, masuk ke dalam kamar." Pinta Adi pada Diana dengan memberi Diana kode
Untuk awal, Michel membawa Diana berkeliling kota London. Kebetulan selama Diana di London, Diana belum sempat berkeliling. Diana tidak bisa menikmati penuh pemandangan kota London yang sangat indah ini karena Diana masih memikirkan keadaan Doni.Setelah berkelliling tanpa perbincangan, Michel membawa Diana sarapan ke sebuah restauran yang terlihat cukup ramai. Diana sudah tidak takut untuk keluar dari rumah setelah Diana berhasil menguasai bahasa Inggris walau tidak terlalu fasih."Setelah ini aku bisa bertemu dengan Doni kan?" Diana bertanya pada Michel dan Michel tersenyum lalu mengangguk ke arah Diana.Menu yang Michel pilih adalah full England breakfast. Mata Diana masih terlihat sembab karena menangis tadi. Dan beberapa orang melihat ke arah Diana karena itu.Michel mencoba memegang tangan Diana dan mengajak wanita yang sangat ia rindukan dan cintai itu mengobrol seraya menunggu pesanan mereka. Sayangnya Diana menolak Michel dan memilih untuk menyembunyikan tangannya di bawah m
Michel tengah membuka pakaiannya dan saat itu Diana terbangun karena merasa tubuhnya terasa panas dan lengket. Benar juga, dari tadi pagi Diana merasa belum mandi sehingga tubuhnya terasa tidak nyaman."Mau kemana, Diana?" tanya Michel bingung ke arah Diana."Kamar mandi, dimana?" Diana bertanya dengan suara yang tidak terdengar jelas."Mandi? Kamu mau mandi?" tanya Michel menghampiri Diana yang berjalan lunglai dan Diana mengangguk menjawab pertanyaan Michel."Kalau begitu, ayo kita mandi sama." Michel tersenyum girang dan langsung menggendong Diana ke dalam kamar mandi kamar hotel."Hmmm, gak mau. Mau mandi sendiri," gumam Diana menolak namun tangannya masih betah melilit di leher Michel hingga membuat Michel ingin tertawa."Manisku ini sangat gemas saat mabuk," ujar Michel memuji DianaDi kamar mandi.Michel melepas pakaiannya yang tersisa dan kemudian Michel juga melepaskan pakaian Diana.Melihat tubuh Diana tanpa busana luar saja membuat hasrat Michel semakin menggebu-gebu dan me
Karena Michel masuk, niat Diana yang gagal ingin bunuh diri tadi kembali membara. "Jangan mendekat," ujar Diana berdiri dan mengarahkan pecahan cermin tersebut ke pergelangan tangan kirinya."Diana, buang benda itu. Itu bahaya ... Kamu bisa terluka ...." Panik Michel yang ingin maju namun Diana menghentikannya."Mundur ... Keluar ... Kalau tidak aku akan menggoresnya ke tangan dan leherku!" Ancam Diana yang juga sedikit takut."Oke, tapi kalau aku keluar kamu harus janji untuk membuang benda itu. Ya?" Michel berpura-pura berbalik arah dan Diana yang polos pun kembali ingin duduk di atas closet namun dalam hitungan detik Michel kembali dan menarik tangan Diana hingga posisi Diana terkunci di dalam pelukan Michel."Lepaskan!" Bentak Diana yang masih bertahan memegang pecahan cermin tersebut yang mulai melukai telapak tangannya."Kamu lepaskan benda itu!" Michel berusaha merebut pecahan cermin dari tangan Diana seraya tetap mengunci posisi Diana."Tidak, aku akan menusuk anda jika anda
"Diana, kamu ada perasaan yang sama denganku?" tanya Michel tiba-tiba di sela waktu sarapan mereka."Hmm? Tidak," jawab Diana bingung."Lalu dengan Dave? Kamu suka Dave?" tanya Michel lagi seakan ingin memastikan siapa yang akan Diana pilih jika Diana harus memilih."Pak Dave baik, lembut dan sabar. Aku nyaman dengannya tapi aku merasa tidak enak karena terus merepotkannya." Diana menjawab bertele-tele."Lalu? Kamu lebih suka aku atau Dave?" tanya Michel lagi dan kali ini Michel menatap serius Diana."Haruskah aku menjawab Pak Dave agar dia menyerah?" Pikir Diana."Aku suka Pak Dave. Setidaknya dia tidak pernah memaksa atau berbuat hal yang tidak aku suka." Diana menjawab yakin."Huh? Sudah ku duga. Tidak masalah, aku akan tetap membuat kamu mencintai aku suatu saat nanti." Michel menjawab yakin. Diana terdiam mengabaikan Michel dan menikmati sarapannya. Takdir tidak ada yang tahu, jika apa yang Michel katakan itu benar, setidaknya Diana tidak malu karena telah menolaknya lebih dulu.
Di markas Michel.Diana masih terlihat lemas hingga tidak bisa memberikan perlawanan pada Michel. Michel menyuruh untuk Diana memakan sedikit sup agar lebih segar dan Diana menurut.Tak lama kemudian, Michel menyuruh dan membawa Diana masuk ke dalam sebuah ruangan yang terlihat mirip seperti kamar biasa namun Diana menolak."Diana, masuklah istirahat di dalam.""Gak, gak mau. Anda menipu saya, Tuan. Saya tidak akan percaya lagi pada anda," jawab Diana memberi batas diantara dirinya dan Michel. "Hei, kau. Bawa wanita ini ke dalam ruangan saya." Michel menyuruh salah satu anak buahnya membawa Diana ke dalam kamar."Gak! Aku bilang enggak! Gak mau!" Diana berdiri dan menolak saat anak buah Michel datang dan akan memasukkannya ke dalam sebuah ruangan."Kamu pilih, ingin masuk sendiri, denganku atau bersamanya?" Michel memberi Diana pilihan yang sangat sulit untuk Diana pilih karena sesungguhnya Diana tidak setuju dengan kedua pilihan itu."Gak! Aku mau pulang. Aku akan cari sendiri diman
Setelah selesai berkonsultasi pada dokter yang bersangkutan, Michel membawa Diana kembali ke markas. Kondisi fisik Diana sudah kembali normal namun tidak dengan mental Diana yang merasa tertekan.Michel tidak berani berkata-kata lagi pada Diana karena takut membuat Diana semakin stres dan tertekan. Sesampainya di markas, Michel membiarkan Diana masuk ke dalam ruangannya seorang diri dan melewati para anak buahnya dan menatap Diana dan Michel bingung.Darrrrrr!Diana membanting pintu ruangan Michel dan menguncinya. Michel tidak marah atau melarang Diana karena ruangannya sudah dipasang cctv, jadi Michel tetap bisa memantau Diana dari ponselnya."Kalian pergilah periksa apa yang perlu kalian periksa. 5 orang tetap tinggal di sini," ujar Michel memberi perintah pada anak buahnya."Baik, Tuan."Tak lama Michel duduk di kursi depan ruangannya seraya menatap fokus layar ponselnya untuk memantau Diana, Jake menelpon Michel untuk memberi laporan."Tuan, besok malam sepertinya kami akan sampa
Michel menunggu Diana keluar dari toilet tepat di depan pintu toilet. Tapi setelah 5 menit, Diana tak kunjung keluar dari sana."Apa yang dia lakukan? Kenapa lama sekali? Haruskah aku masuk dan melihat? Ah, tapi tidak boleh." Pikir Michel macam-nacam padahal ternyata Diana sedang datang bulan dan tidak membawa pembalut yang membuat Diana bingung.Diana tidak punya telepon yang bisa ia gunakan untuk menelpon Michel. Jadi Diana hanya bisa diam sembari menunggu orang masuk untuk ia mintai tolong membelikan pembalut."Duh, pasti Tuan Michel akan marah karena aku tidak kembali tepat waktu." Pikir Diana.10 menit berlalu dan Michel mulai tidak sabar dan berpikir yang tidak-tidak pada Diana."Apa sesuatu terjadi?" Michel bertanya-tanya.Di sisi lain. Diana yang tidak menemukan orang lain masuk ke toilet berusaha mengintip keluar toilet. Tapi Diana harus terkejut saat melihat Michel berdiri di depan pintu toilet seraya menatap ke arahnya."Apa yang anda lakukan di sini, Tuan?" tanya Diana kag