Di sisi lain, Ayu tampak panik hingga tersedak saat Diana bertanya mengenai kalung milik Talia yang hilang."Kamu kenapa, Ayu? Pelan-pelan saja makannya, jangan buru-buru. Oh, Ayu. Apa kamu lihat kalung Talia? Siapa tau jatuh di kamar kamu," ujar Diana pada Ayu tanpa curiga."Ah, tidak ada, Nyonya. Saya tidak lihat." Ayu menjawab gugup dan Michel hanya memperhatikan gelagat Ayu saja."Talia, coba ingat-ingat. Apakah kamu melepaskan kalung itu dan lupa?" Diana menyuruh Talia mengingat-ingat apakah Talia melepas kalungnya atau tidak."Tidak, mommy." Talia menyangkal dan Diana tentu percaya karena tidak mungkin Talia berbohong."Padahal semalam kamu pulang sekolah mommy masih lihat loh. Ayu, nanti tolong ya, jangan lupa kamu cari di kamar kamu. Siapa tau karena Talia tidurnya tidak bisa diam, kalungnya terjatuh." "Iya, Nyonya." Ayu terus menunduk dan semua orang yang melihatnya pasti akan curiga."Kamu kenapa, Ayu? Sakit?" Nyonya Kelly bertanya pada Ayu."Tidak, Nyonya. Sepertinya saya
Selesai menggantikan pakaian rumah untuk Talia, tak lama setelahnya Nathan pulang ke rumah dan memberi Diana bunga mawar yang sama dengan seperti yang Talia berikan pada Diana.Diana tadi sempat lupa bertanya dari mana Talia mendapat bunga itu dan mengira jika Doni lah yang memberinya bunga. Tapi jika seperti ini, tidak mungkin Doni juga memberi Nathan bunga yang sama."Mommy, ini untuk mommy." Nathan memberi setangkai bunga mawar segar pada Diana."Terima kasih, Nathan. Dari mana kalian mendapat bunga ini?" Diana menerima bunga pemberian Nathan dan menciumnya singkat lalu meletakkannya di atas nakas di samping bunga pemberian Talia."Ini dari daddy, Mommy. Daddy yang suruh Nathan sama Talia kasih bunga untuk mommy biar mommy cepat sembuh dan tidak marah lagi dengan daddy." Nathan menjawab sesuai dengan apa yang terjadi."Benarkah? Ternyata bunga-bunga ini dari daddy." Diana tersenyum canggung dan menjadi tidak enak."Iya, Sayang. Bunga itu dariku. Tolong maafkan aku, Istriku. Jangan
"Aku tau, kamu mencuri kalung milik bosmu kan? Mereka tidak mungkin meminjamkan barang mewah seperti itu kepada kamu. Asal kamu mau kembali berpacaran denganku dan tidak mengabaikanku, aku akan tutup mulut dan jika kamu menolak, aku akan melaporkan kamu pada bosmu, aku juga akan viralkan kamu di sosial media." Rayhan memaksa Ayu agar tidak memutus hubungan dengannya."Rayhan, tolong jangan. Berikan kalung itu, aku akan mengembalikan kalung itu pada bosku. Kalau kamu mau kita baikan, oke, aku setuju. Tolong berikan kalung itu," pinta Ayu sedikit memohon dalam kegelisahannya."Tidak mudah, ada syaratnya.""Apa lagi sih, Rayhan? Tolong jangan persulit aku," sambung Ayu lagi."Kamu, tidur denganku." Rayhan tersenyum horor."Apa?!" Ayu melotot tak percaya mendengar ucapan Rayhan barusan yang sangat gila. Bagaimana bisa mereka melakukan itu sebelum mereka menikah? Terlebih mereka masih sekolah."Rayhan sadar! Apa kamu gila? Kita tidak boleh melakukan itu," tolak Ayu bingung dan merasa bahwa
Karena melihat kondisi Ayu tidak baik, Diana membawa Talia dan Nathan tidur bersamanya. Kali ini Michel tidak melarang karena Diana baru saja memaafkannya pagi tadi, jadi Michel tidak ingin mencari dan membuat masalah dengan Diana lagi.Di sisi lain, Rayhan terkejut ketika bangun dan melihat darah di atas spray-nya. Sebentar lagi orang tuanya akan pulang dan Rayhan tentu panik karena takut orang tuanya mengetahui apa yang ia lakukan."Ternyata benar, Ayu masih perawan. Kenapa aku gila sekali. Ayu pasti marah denganku," pikir Rayhan yang bergegas menarik spray kasurnya dan menggantinya dengan yang baru.Sambil menunggu orang tuanya pulang, Rayhan mencoba membersihkan spray dengan mencucinya secara manual. Rayhan mencoba menghubungi Ayu lagi untuk minta maaf dan jika Ayu tidak mau, Rayhan akan mengancamnya.Tapi ternyata Ayu sudah memblokir Rayhan dari semua jenis telepon aplikasi. Jujur saja, Rayhan pasti takut jika Ayu melapor, mereka berdua pasti
Petugas langsung menghubungi Diana untuk melaporkan dan meminta ijin apakah mereka boleh membukakan Rayhan gerbang atau tidak."Ya, suruh masuk." Jawab Diana yang kemudian berjalan ke depan pintu untuk menunggu Rayhan.Diana penasaran dengan alasan Rayhan ingin menemui Ayu. Apakah Rayhan diutus oleh pihak sekolah atau bagaimana.Mobil Rayhan berhasil masuk ke halaman rumah Michel dan berhenti. Rayhan langsung keluar dari mobilnya dan segera memasuki rumah Michel."Permisi, saya temannya Ayu. Apa saya boleh bertemu dengannya, Nyonya?" Dari penampilan Diana, Rayhan sudah bisa menebak bahwa wanita yang berdiri di depannya ini adalah pasti istrinya Michelle dan juga bos Ayu."Oh, Ayu sedang sakit. Apa kamu tidak tau?" Diana menatap bingung Rayhan yang ternyata masih belum tahu jika Ayu sedang sakit."Ayu sakit apa ya, Nyonya? Apa sudah lama atau baru?" Rayhan memastikan."Kamu silakan duduk," pinta Diana mempersilkan Rayhan masuk dan duduk di ruang utama."Terima kasih, Nyonya. Apa saya b
Hari bertambah sore dan Rayhan memutuskan untuk pulang ke rumah. Sampai saat ini Rayhan belum menemukan cara atau jalan keluar dari masalahnya dengan Ayu."Aku akan meminjam ponsel teman Ayu besok. Semoga aja Ayu menerima pesanku." Pikir Rayhan seraya tetap fokus menyetir.Sesampainya di rumah. Sikap Rayhan kian berubah menjadi lebih dingin dan tidak banyak bicara. Tapi orang tua Rayhan yang selalu sibuk tidak pernah sekalipun bertanya pada Rayhan apa yang salah dengan Rayhan.Begitu sampai di rumahnya, Rayhan langsung masuk ke dalam kamarnya dan membersihkan diri seraya tetap berpikir cara menyelesaikan masalahnya dengan Ayu di tengah rasa takutnya.Rayhan takut, karena dirinya Ayu bisa sampai sakit dan pasti sakit Ayu ini serius karena bukan hanya luka fisik, namun juga luka mental.Rayhan takut jika nanti Ayu sampai memutuskan untuk bunuh diri sebelum dirinya bertanggung jawab.Keesokan harinya.Ayu masih dalam keadaan yang sama. Tidak ada kemajuan dalam kesehatannya. Hanya, suhu t
Setelah memeriksakan kesehatan Ayu ke rumah sakit biasa, kemudian Diana berencana membawa Ayu ke dokter psikolog. Entah apa yang Diana pikirkan, tapi Diana sangat yakin jika yang membuat fisik Ayu sakit adalah mentalnya."Nyonya, kita mau kemana?" Ayu menatap bingung Diana yang duduk di sampingnya dan tengah fokus menyetir."Kita ke rumah sakit psikolog," jawab singkat Diana."Kamu tidak perlu takut, jika kamu tidak mau cerita dengan saya, kamu bisa cerita dengan dokter. Mereka akan menbantu kamu dengan solusi." Bujuk Diana seraya menjelaskan niatnya.Ayu menelan salivanya dengan wajah gugup. Tangan Ayu berkeringat dan Ayu mulai merasa kedinginan.Sesampainya di rumah sakit psikolog, Diana langsung mendaftarkan nama Ayu untuk mendapat antrian. Mereka harus menunggu cukup lama karena ternyata di sana cukup banyak pasien yang rata-rata adalah remaja seperti Ayu."Ayuna Moana," panggil petugas ke dalam ruangan untuk menjalani pemeri
"Kalung Talia? Kenapa?" Diana bingung dan bertanya-tanya."Sebenarnya kalung itu, saya simpan ke dalam tas sekolah saya. Saya ingin pamer kepada teman-teman saya, tapi kalung malah hilang saat saya meninggalkan kelas. Dan orang yang mencuri kalung itu adalah Rayhan, mantan pacar saya. Dia memberi saya pesan ancaman dan menyuruh saya agar mengambil kalung itu di rumahnya. Dia ingin kami berbalikan tapi dibalik itu ternyata dia punya niat lain," jelas Ayu sambil sesekali menarik nafas panjang."Dan kamu berbohong pada saya. Kamu berpamitan karena ada tugas kelompok. Benar?""Benar, Nyonya. Maafkan saya, saya sangat takut waktu itu. Saya takut dia viralkan saya karena saya mencuri kalung milik Talia padahal saya akan mengembalikannya. Dia juga mengancam akan melaporkan saya pada anda. Jadi karena saya takut," jelas "Kamu menurutinya?" Ayu mengangguk takut, "Maaf, Nyonya."Diana mengusap kasar wajahnya dan terus menatap lurus ke arah jalan."Kamu tidak perlu ceritakan masalah ini pada o