Setelah dari rumah sakit tadi, Diana memutuskan untuk langsung pulang ke rumah agar bisa bersiap-siap memesan tiket pesawat dan juga menyiapkan keperluan apa saja yang akan mereka butuhkan nanti.Diana tidak memberitahu siapapun tentang keinginannya yang ingin menyusul Dave ke Singapura tapi ternyata Michel sudah tau niat Diana itu.Michel ingin menemani Diana dan mendampingi Diana untuk menemui Dave. Michel juga ingin bertemu Dave untuk kali terakhirnya sebelum Dave benar-benar pergi untuk selamanya. Kali ini Michel harus menekan jauh egonya agar tidak bertindak gegabah saat melihat Diana. "Bagaimana jika Diana menolakku? Dia pasti akan menolakku," pikir Diana membayangkan jika pasti Diana akan menolak niat baiknya itu.Masa bodo dengan pikirannya, Michel segera melajukan mobilnya ke apartemen Dave untuk menemui Diana. Jika Diana menolak, masih ada cara lain untuk bisa menemani Diana yaitu dengan membeli tiket yang kursinya berdampingan dengan Diana.Dengan gugup Michel menekan bel
Jake meminta salah seorang petugas hotel membuka pintu kamar Dave dengan alasan pribadi mereka dan jika pihak hotel menolak, mereka akan dituntut.Pintu hotel terbuka, memperlihatkan Dave dan Mia sedang tidur berduaan dengan Mia memakai pakaian sexi seperti mereka baru saja melakukan adegan panas.Michel melirik ke arah Diana yang terlihat tidak berekspresi saat melihat suaminya berduaan dengan wanita lain yang Diana juga sebenarnya kenal dengan wanita itu.Diana hanya terlihat menghela nafas panjang lalu masuk ke dalam kamar tersebut diikuti oleh Michel sedang Jake menahan Doni di luar kamar karena Doni masih dibawah umur untuk melihat hal seperti itu."Dave, bangunlah! Aku tau kamu berbohong." Dengan tenang Diana membangunkan Dave dengan menendang kaki Dave yang keluar dari selimut.Dave dan Mia pura-pura terbangun mendengar suara Diana. Mereka memasang wajah mengantuk bak baru bangun tidur, padahal wajah Mia masih terlihat segar bahkan makeup Mia masih menempel di wajahnya sedang D
Malam hari.Diana tidur di ranjang yang sama dengan Dave dengan posisi memeluk Dave seperti yang sudah beberapa hari ini dia lakukan. Sedang Michel akan tidur dengan posisi duduk di sofa tak jauh dari ranjang Dave.Sebenarnya Michel tidak benar-benar tidur, Michel hanya menutup matanya saja agar tidak perlu melihat keromantisan Diana dan Dave yang ada di depan matanya. Waktu menunjukkan jam 12 malam lewat waktu Singapura. Diana terlihat sedang terlelap dalam mimpinya dan Dave terbangun karena hendak pergi ke kamar mandi tapi tidak tega membangunkan Diana.Perlahan Dave menggeser tangan dan kaki Diana yang memeluknya seperti memeluk bantal guling dan turun dari ranjang perlahan agar tidak membuat suara yang membangunkan Diana.Michel yang memang selalu siaga, melihat kesusahan Dave, Michel berniat membantu Dave namun ragu karena takut kalau Dave menolaknya.Michel hanya diam memperhatikan Dave berjalan berpegangan pada dinding kamar dan akhirnya berhasil masuk ke dalam kamar mandi.Mi
"Ma, setelah pemakaman selesai, aku akan langsung kembali ke Jakarta. Aku akan melanjutkan bisnis Dave, aku tidak bisa sekarang, tapi aku akan berusaha lebih keras untuk belajar berbisnis. Aku akan melakukan apa yang Dave ingin aku lakukan," ujar Diana pada Clara dan Clara hanya bisa mengangguk pasrah."Tapi, Di. Mama dan Papa masih ada banyak urusan di sini, kami tidak bisa menemanimu dan menjagamu di sana." "Doni ada di sana, Ma. Adikku, dia akan menjagaku. Dia bukan anak kecil lagi, aku yakin dia pasti bisa menjagaku." Diana tidak lupa menyebut nama Doni agar orang tua Dave mengenal Doni."Adik kamu? Masih sekolah kan?" Clara penasaran dan juga bingung karena setau Clara, Doni masih sangat kecil untuk bisa menjaga menantunya."Baiklah, kami akan coba selesaikan masalah kami di sini dan kami akan segera menyusul kamu. Tapi kamu tidak masalah kan kalau Dave di makamkan di sini?" "Iya, Ma. Tidak masalah," jawab Diana mencoba ikhlas ditinggal Dave namun belum ikhlas dengan Michel yan
"Nyonya, kita punya beberapa tawaran kerja sama dari beberapa perusahaan, silakan dibaca, kalau ada pertanyaan bisa tanya saya." Aldo memberi Diana beberapa tumpukan berkas yang tersusun rapi di atas meja."Baik, terima kasih." Diana terlihat fokus dan serius.Diana terlihat serius membuka lembaran demi lembaran dan membacanya, sampai mata Diana berhenti di sebuah halaman depan salah satu berkas yang di sana terdapat nama perusahaan Michel."Rahardian's Company? Jangan-jangan ...." Diana mengerutkan dahinya membaca tawaran yang Michel berikan pada perusahaan Dave jika Diana bersedia menerima kerja sama ini.'Setiap keuntungan yang masuk melalui perusahaan Dave's Entertiment yang dipimpin oleh Bu Diana, kami akan membaginya sebesar 50% secara utuh.'"Ini tidak masuk akal, tolak kontrak kerja sama ini," pinta Diana pada Doni tanpa memberi banyak penjelasan."Oke, Kak. Aku akan taruh kontrak yang kakak tolak di sebelah sini," jawab Doni menunjuk ke arah mejanya.Sudah 5 jam Diana membac
Pagi hari.Diana terlihat sedang melamun sendirian di dalam kamar saat Doni masuk ke dalam kamar Diana untuk membawakan Diana susu dan biskuit."Kak, belum mandi? Kalau gitu, minum susu ini dulu ya," ujar Doni memecah lamunan Diana."Doni, nanti malam kamu tidur di sini aja ya. Kakak takut," ajak Diana terus terang."Ada apa? Takut kenapa, Kak?" Doni yang penasaran ikut duduk di ranjang Diana yang kosong dan menatap khawatir Diana."Tadi malam Kakak kayaknya mimpi buruk deh, badan kakak gak bisa gerak, serem banget. Teriak aja gak bisa, gak ada suaranya." Diana mulai kembali merinding mengingat kejadian aneh bin nyata yang baru beberapa jam lalu terjadi padanya."Tenangkan pikiranmu, Kak. Segera minum susu ini dan mandilah. Kita harus ke kantor, sebentar lagi Kak Aldo pasti akan datang menjemput," ujar Doni berlalu keluar dari kamar Diana berharap Diana menuruti perintahnya untuk mandi setelah minum susu.Tak lama, Doni dan Diana sudah selesai bersiap-siap dan sedang menunggu Aldo men
"Benar juga, kemana Mia? Bukankah waktu itu Mia, Doni dan Jake kembali lebih dulu ke Jakarta?" Pikir Diana bingung."Doni, kamu pulang duluan kan sama Kak Mia? Kemana dia?" Diana bertanya pada Doni yang juga terlihat bingung."Gak tau, Kak. Setelah dia antar Doni ke apartemen, dia katanya mau pulang. Tapi gak tau sampai sekarang kok tidak hadir ya?" Doni menatap Aldo meminta jawaban."Mia kembali ke agensi, dia ada jadwal pemotretan. Dia memang biasanya datang ke sini kalau lagi kosong jadwal." Aldo menjelaskan."Oh, gitu." Serentak paham semua orang yang hampir salah paham."Mama bawa apa aja ini? Kok banyak banget?" Diana menunjuk ke arah tumpukan barang yang mertuanya bawa."Oh ini, ayo kita buka sama-sama. Ini untuk kamu sama Doni, ini barang-barang milik Dave. Oh ya, mulai sekarang Mama sama Papa akan tinggal di sini." Clara membuat Diana dan Doni kaget."Di apartemen, Ma?" Diana memastikan."Tidak, di rumah kita. Kalau kamu mau, kalian bisa tinggal bareng Mama dan Papa di rumah
Saat Clara hendak masuk ke dalam toilet wanita, ternyata Diana terlihat sudah akan keluar dari toilet sehingga Diana dan Clara berpapasan di depan pintu."Kok lama banget, Di?" tanya Clara pada Diana."Iya, Ma. Kayaknya aku lagi sembelit deh," jawab Diana berbohong sembari mengajak Clara agar segera berjalan dan agar Michel bisa segera keluar dari toilet.Sesampainya di meja yang mereka pakai, Diana langsung menatap makanannya dengan penuh semangat."Diana, setelah ini kita ke dokter ya. Katanya kamu sembelit," ujar Clara pada Diana dan Diana yang mendengar ucapan Clara hampir saja tersedak."Uhukkk ... Iya, Ma. Kita ke dokter Kania aja ya, Ma." Pinta Diana takut. "Oke," jawab singkat Clara yang tidak curiga sama sekali dengan gelagat Diana.Setelah makan, Clara dan Diana pergi berdua ke rumah sakit sedang yang lain kembali ke kantor. Tadinya Doni ingin ikut ke rumah sakit yang Kania ada di sana, tapi karena tidak diajak, Doni tidak bisa bicara.Di rumah sakit, tepatnya ruangan Kania