Share

Berawal Dari Sini Bagian 1

Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Semoga suka, selamat membaca🤎

 🌼🌼🌼

"Aku sudah selesai bayarnya, yuk kita ke..." Bibir Kayla kelu saat sepasang matanya menangkap laki-laki yang baru saja masuk ke dalam restoran tempat mereka makan.

"Ada ap..?" Salsha, sahabat Kayla ikut tak berkutik saat matanya mendapati objek yang dituju oleh Kayla.

Laki-laki itu ikut menyadari keberadaan Kayla dan Salsha dihadapannya. Ia ikut salah tingkah.

"Lho cewek perebut ini ada disini juga?" Seorang wanita yang daritadi menggandeng tangan sang pria menyindir puas.

Laki-laki itu menoleh cepat, ada perasaan tak enak hati dalam dirinya. "Dia tidak perebut Sandra, aku yang telah menjadikannya seorang selingkuhan. Dia tidak tahu apa-apa."

Wanita bernama Sandra itu menatap jengah. "Kamu masih membelanya? Masa selama 5 tahun dia tidak pernah menyadari pin ponselmu dari tanggal jadian kita! Aku yakin dia sadar tapi memang dia nya yang kegatelan."

Batin Salsha panas. Ia tidak terima sahabat kesayangannya dituduh dengan perbuatan yang tidak dilakukannya. "Jangan nuduh sembarangan! Kayla orang baik. Dia ngga pernah sedikitpun terbesit untuk begitu! Garin pasti selalu merubah pin ponselnya kalau di depan Kayla!"

"Sudah," Tegur Kayla. Akhir-akhir ini ia lebih memilih damai ketimbang berdebat. "Tidak enak dilihat orang kalau kita berdebat disini. Maafkan aku yang tidak peka dengan situasi selama ini, aku yakin kamu pasti sangat terluka."

Salsha menoleh cepat. Sorot matanya nampak tak setuju. "Ngga, ini lebih tepatnya salah Garin! Dia..."

"Sal, sudah cukup." Kayla yang baru saja sembuh dari depresinya lebih memilih untuk mengalah. Ia sadar kebahagiaan jiwanya jauh lebih penting dibandingkan harus berdebat walaupun ia benar.

Sepasang mata terus memperhatikan gerak-gerik keempat manusia yang saling mengenal itu, para pembeli dan petugas restoran penasaran apa yang tengah mereka ributkan.

Membuat Kayla makin tak nyaman jika harus berlama-lama disana.

"Kalau bukan karna Kayla, aku pasti sudah menjambak rambutmu!" Celetuk Salsha pedas ke arah Sandra.

Spontan, Sandra menatap kesal. "Heh, harusnya aku yang mau menjambak rambutmu! Lagipula aku jadi bingung kenapa Kayla yang sudah mengenakan kerudung tapi sahabatnya ngga. Pasti karena.."

"Karena apa? Coba katakan!" Salsha makin panas. Ia tak nyaman dengan tatapan Sandra seperti ingin mengejek.

"Ngga kok, ngga ada apa-apa. Yaudah cepetan keluar deh, udah selesai kan?" Cibir Sandra.

"Pantesan kamu ham.."

"Salsha, udah!" Kayla yang segera menangkap pikiran yang hendak disampaikan oleh sahabatnya itu segera mencegahnya.

Kayla tahu Salsha hendak mencibir perbuatan mereka yang telah melakukan hubungan yang terlarang di luar pernikahan.

Ia tidak ingin sahabatnya menjadi dosa karena membongkar aib di depan umum. Bukankah akan banyak yang mendengar percakapan mereka?

"Sudah, kalian lebih baik pergi." Ujar Garin, akhirnya ia buka suara setelah terdiam saat para wanita saling bertengkar.

"Oke, kami pergi dulu, selamat makan. Wassalamu'alaikum." Tutup Kayla sopan sambil mengajak Salsha untuk segera meninggalkan restoran.

Setelah keluar dari restoran, rasa kesal Salsha beralih kepada sahabatnya. "Kayla, kamu kok bisa-bisanya bersikap baik pada Sandra padahal dia sudah memperlakukanmu sedemikian rupa?!"

Sambil menatap depan, Kayla tersenyum sendu. "Aku ingin berubah Salsha. Allah menegurku dengan kejadian yang membuatku tersadar bahwa sikapku selama ini sudah keluar batas, kamu tahu kan aku sempat melakukan bunuh diri dan mengutuk diriku sendiri hingga depresi? Aku tidak mau begitu lagi," Ia terdiam sejenak.

"Aku mau berubah Sal, aku sudah lelah." Lanjut Kayla dengan nada suaranya yang terdengar lirih.

Salsha menyentuh lengan sahabatnya hingga menghentikan langkah mereka berdua. Ia menatap sahabatnya takjub. "Aku bangga padamu Key, ku harap lelaki yang akan dijodohkan denganmu benar-benar bisa menjadi obat ya bukan justru membuatmu terluka seperti Wafa yang selalu mengobati semua keadaanku."

Spontan Kayla tertawa geli. Bisa-bisanya Salsha masih membahas pria yang ia incar selama 6 tahun lamanya saat situasi seperti ini.

"Sal, umur kita sudah 20 tahun dan kamu sudah menjadi penggemar Wafa selama 6 tahun memangnya kamu tidak lelah,?" Tanya Kayla penasaran. "Maaf jika menyinggung, tapi Wafa tahu kamu hidup atau tidak saja belum tentu."

Bibir Salsha cemberut. "Enak saja! Dia memang belum tahu aku tapi suatu saat nanti pasti dia tahu! Dan kamu adalah orang pertama yang akan aku beritahu! Aku akan buktikan!" Serunya.

Kayla kembali melangkahkan kakinya sambil menggelengkan kepala, terkekeh atas jawaban sahabatnya.

"Oke, buktikan ya manis." Goda Kayla.

"Iya, akan aku buktikan! Kalau bisa jodohmu nanti yang akan kita temui juga harus ku beritahu. Biar kamu tidak mengajaknya untuk menggodaiku." Tutur Salsha yang makin membuat Kayla gemas.

Setelahnya, mereka berhenti di depan toko buku di dalam mall.

Salsha menatap bingung. "Lho katanya dia tunggu di depan apple store, kok kita malah berhenti di depan toko buku?"

"Aku mau menghubungi dia dulu, takutnya dia sudah ada disana dan berarti aku harus mempersiapkan diri." Ujar Kayla jujur.

Mendengarnya, Salsha nampak terkejut. "Tumbenan Kayla malu bertemu dengan laki-laki, wah kamu banyak berubah."

"Aku selalu begitu Salsha, aku selalu malu jika bertemu hanya saja berusaha untuk menaklukan ketakutanku. Cuman sedihnya aku selalu dibilang mengumbar pesona" Curhat Kayla.

"Sudahlah, Key. Mereka tidak tahu apa-apa tentang dirimu."

Salsha menghela nafas. Ia mengerti perkataan sahabatnya itu, maklum Kayla menjadi sasaran empuk para wanita pemuja laki-laki tampan.

Kayla yang memiliki wajah manis dengan unsur etnik arab dan melayu melekat di wajahnya ditambah kecerdasan yang ia miliki membuat banyak laki-laki semasa SMP hingga kuliah saling menginginkan Kayla.

Ironisnya, Kayla justru memilih Garin hanya karena Garin pintar bersilat lidah.

"Hei, kok bengong,?" Salsha menatap cemas. "Kamu masih kepikiran soal itu ya? Coba cerita"

Kayla tersadar cepat. Kemudian ia menoleh dan menggeleng. "Aku baik-baik saja, tidak perlu khawatir."

"Bagaimana tidak khawatir, kamu hampir mati karena memakan obat kadaluwarsa akibat kejadian itu. Aku tidak mau itu terjadi lagi Key." balas Salsha ketakutan.

Jujur, Kayla sangat beruntung memiliki sahabat baik nan tulus seperti Salsha.

"Terima kasih sudah mau mencemaskanku, tapi aku baik-baik saja kok."

"Beneran?" selidik Salsha.

Kayla mengangguk cepat diiringi senyuman lebarnya. "Iya Salshabilla Hana, aku sangat baik-baik saja."

"Baiklah," Salsha menyerah. Ia tidak mau mengulik yang membuat sahabatnya jadi sedih. "Terus bagaimana? Sudah jadi menghubungi lelaki yang mau akan dijodohkan denganmu itu?"

"Oh iya astagfirullah belum."

"Tuh kan apa kataku kamu pasti bengong. Yaudah, hubungin dulu aja."

Kayla menyengir. Segera ia membuka ponsel dan mulai mengetik beberapa huruf.

Sambil menunggu sahabatnya mengetik, Salsha menoleh kembali ke arah Kayla. Ada hal yang ingin ditanyakan, tetapi dirinya nampak ragu.

"Ehm, Key..."

"Iya, kenapa?"

"Kamu sudah sungguh-sungguh kan mempertimbangkan menerima perjodohan ini? Bukan aku mengatur atau mendadak tidak mempercayaimi tapi kamu baru saja sembuh dari depresi dan koma. Aku hanya takut jika keputusan ini bukan memperbaiki tapi memperburuk keadaan." Sambung Salsha. Nadanya terdengar khawatir.

🌼🌼🌼

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mohamad
Saya sangat dapat pikiran Dan cerdas
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status