Share

41. Epilog

Aku sedang menikmati segelas es dawet dengan nikmat. Sesekali mengelus perutku yang sudah memasuki usia delapan bulan.

“Mau makan apa lagi?”

Aku tersenyum ke arah Mas Syafiq, “ Enggak Mas, udah cukup ini.”

“Beneran? Ntar dedek bayinya ileran loh?”

“Ileran gak papa. Nanti kalau udah gede biar bisa bikin peta di baju cowok ganteng.”

Aku dan Mas Syafiq tertawa.

“Ya udah, mas mau nyambut tamu dulu ya? Kamu duduk di sini aja. Jangan capek-capek.”

“Siap, Mas.”

Tak lama setelah kepergian Mas Syafiq, Tuti datang.

“Minggir. Minggir. Minggir. Aku mau duduk.” Tuti langsung mendudukkan diri pada kursi di sebelahku. Dia menyandarkan punggungnya pada punggung kursi. Tampaklah perut buncitnya yang sama besar dengan ukuran perutku.

“Huft, capek Mbar.”

“Emangnya kamu habis ngapain?”

“Ghibah.”

“Ck. Ghibahin siapa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status