Bab 17) Menggendong Aira"Aku siap untuk menerimamu kembali. Kamu harus tahu, Aira itu tidak sebaik yang kamu kira. Dia mungkin terlihat polos di hadapan semua orang, tetapi tidak bisa mengelabuiku. Kamu lihat sendiri, kan, dia dan lelaki itu berpelukan? Kamu juga kenal siapa lelakinya? Dia sahabatmu sendiri!" Senyum Kiara terkembang di ujung telepon."Daripada kamu dapat istri model gitu, mending kamu balik sama aku. Aira itu penampilannya doang yang terlihat baik, tapi aslinya liar. Buktinya dia mau saja di peluk lelaki lain. Jangan tertipu sama penampilannya, Athar!" Seringainya penuh kemenangan."Cuih! Kau pikir aku mau kembali kepadamu? Jangan mimpi, Kiara!" bentak lelaki itu."Ya, siapa tahu saja kamu jadi berubah pikiran." Tawa Kiara kembali terdengar."Berubah pikiran?! Yang ada kamulah yang seharusnya berubah pikiran. Aku ingatkan, berhentilah mendekati dan memintaku kembali kepadamu. Karena itu hanya ada dalam mimpimu!" maki Athar. Athar mematikan panggilannya secara sepiha
Bab 18) Mengharapkanmu Bisa MencintaikuSembari terus berbicara dengan Nana, Rani memberi isyarat agar Devanka segera membereskan laptop dan menyudahi pekerjaan mereka. Devanka mengangguk. Dia memasukkan laptop ke dalam tas kerja dan akhirnya keduanya berjalan beriringan keluar dari ruang kerja itu.Rani dan Devanka berpisah ketika sampai di basement. Rani memang lebih suka mengendarai mobilnya sendirian, jadi Devanka setiap hari pulang dan pergi ke kantor ini dengan mobilnya sendiri. Wanita cantik berusia setengah baya itu mendaratkan tubuhnya di balik kemudi.Setelah melempar ponsel ke jok di sampingnya, dia mulai menghidupkan mesin. Selang beberapa menit kemudian, mobil berharga 10 miliar itu keluar dari halaman perkantoran PT Central Mega Kencana."Sepertinya sudah mulai ada kemajuan. Siapa tahu pada akhirnya Athar dan Aira bisa menjadi suami istri beneran," harap wanita itu sembari mengibaskan rambutnya. Tatapnya fokus ke depan. Mobilnya melaju di sela-sela kendaraan yang lain,
Bab 19) Papa Harap Kamu Tahu Diri, Kiara Aira memalingkan wajah, tak kuat rasanya melihat tubuh setengah telanjang itu, walaupun Athar sudah sah menjadi suaminya. Dia benar-benar tidak terbiasa. Ini baru pertama kali Athar memperlihatkan lekuk tubuhnya. Tubuh lelaki itu benar-benar bagus. Jangan sampai otak perawannya ternodai saat membayangkan tubuh kekar itu memeluknya saat tidur. Aira menepuk pipinya kasar berusaha membuang segala macam pikiran. Namun sepertinya keinginan dan pikirannya sedang tidak singkron. Wanita muda itu memejamkan mata, tak menyadari senyum tipis yang tersungging dari bibir sang suami yang kini sudah selesai berpakaian. "Aira terlihat tidak nyaman saat melihat tubuhku. Gadis ini pasti masih perawan. Sekarang aku sangat yakin. Ah, dari awal aku memang tidak mempercayai Kiara dan ternyata aku sudah membuktikan sendiri. Kiara, Kiara, setelah ini trik apalagi yang akan kamu mainkan?" Athar bermonolog. Tingkah laku Aira yang memejamkan mata sungguh menggemaskan
Bab 20) Mommy Juga Pernah Muda "Ide?!" Kalina malah beranjak dari tempat duduk dan mengayunkan langkah menuju pintu. Dia menutup pintu kamar itu rapat-rapat. "Ini Mama sedang berpikir. Sebaiknya kamu membersihkan tubuhmu lebih dulu. Penampilanmu kusut begitu. Dari mana saja kamu? Bahkan Mama mencium bau parfum yang berbeda dari yang pernah kamu pakai. Itu bau parfum siapa, Kiara?" tanya Kalina menyelidik. "Mama tidak perlu ikut campur urusanku. Yang aku butuhkan dari Mama adalah sumbangsih pikiran, agar aku bisa segera meraih Athar kembali sebelum semakin terlambat," elak gadis itu. "Tapi bau parfum itu...." "Ya, itu memang bau parfum seorang lelaki dan lelaki itu tidak masuk ke dalam kriteriaku, meskipun dia juga lelaki kaya. Aku hanya menginginkan Athar dan aku tidak rela Aira mendapat apa yang seharusnya aku miliki." Gadis itu beranjak dari pembaringan dan bergegas menuju kamar mandi. "Dasar keras kepala!" maki Kalina menatap horor pintu kamar mandi yang sudah tertutup. "Kalau
Bab 21) Buah Cinta, Bukan Buah NafsuRani mulai menjelaskan rencananya dengan mimik wajah serius. Kalimat demi kalimat meluncur dari mulutnya sungguh membuat Athar dan Aira melongo."Tapi Aira masih belum pulih, Mom. Jangan mikir macam-macam deh, apalagi sampai mikir bayi segala. Kejauhan, Mom," protes Athar. Dia tidak bisa membayangkan jika harus mengikuti tuntutan ibunya, memberikan ibunya seorang cucu. Bagaimana mungkin? Sedangkan dia saat ini belum sekalipun menyentuh Aira, dalam artian melakukan hubungan suami istri. Dia masih ragu dengan hubungannya dengan Aira. Bagaimanapun, Aira hanyalah pengantin pengganti. Mereka menikah terpaksa, tanpa didasari cinta, bahkan mereka terikat sebuah perjanjian.Tak ada kamus di dalam diri Athar untuk melakukan sex tanpa cinta. Bukankah seorang anak itu adalah buah cinta, bukan buah nafsu?"Tentunya tidak sekarang, Athar. Itu rencana jangka panjang. Namun harusnya Aira tahu, bahwa Mommy memang berniat menyerahkan Maharani Jewellery kepada Ai
Bab 22) Ini Salon Atau Klinik Kecantikan?Rani tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi sang putra setelah mendapat kiriman video darinya. Namun dia berharap video itu bisa sedikit membuka mata hati Athar tentang kebusukan mantan kekasihnya. Rani ingin supaya Athar segera move on dan membuka hati kepada perempuan lain, seorang gadis baik-baik yang sudah dinikahinya.Rani meletakkan ponselnya di atas meja nakas, lalu beranjak keluar dari kamar, membawa sepasang kaki jenjangnya menuruni anak-anak tangga."Nyonya," sapa Nana begitu Rani muncul di ruang makan."Bagaimana kabarnya hari ini, Na?" usik Rani. Wanita berusia setengah abad itu mengedipkan mata."Sangat menyenangkan, Nyonya. Semoga kedepannya akan lebih baik. Saya senang sekali melihat Tuan Athar dan Non Aira akur. Saya menyukai Non Aira yang lemah lembut dan tidak sombong, tidak seperti saudaranya yang mantan kekasih Tuan Athar itu.....""Bukan cuma kamu, tapi aku juga. Kehadiran Aira di rumah ini membuat suasana bertambah meny
Bab 23) Pelanggan VVIP*Aira...!" Suara bernada tinggi itu spontan membuat Aira menoleh."Kiara?!" Mimpi apa tadi malam sehingga ia harus bertemu lagi dengan adik tirinya yang luar biasa ini? Di sisi gadis itu, ada sosok wanita yang juga berdiri dengan angkuhnya.Aira mengambil kruknya, mencoba untuk berdiri. Nana membantunya dengan sigap."Ngapain kamu disini?" Kalina menyelidik. Matanya mengamati penampilan anak tirinya dari atas ke bawah. Bagi Kalina, penampilan Aira yang mengenakan baju terusan panjang dengan jilbab model pashmina sama sekali tidak modis. "Aku....." "Tentu saja mau perawatan, Nyonya. Kami mendatangi tempat ini, emangnya buat apalagi, coba...." Nana menyahut dengan berani."Diam kamu, Pembantu! Mamaku menanyai Aira, bukan kamu!" bentak Kiara. "Pertanyaan Nyonya Kalina lebih bernada menginterogasi, Non. Saya tidak suka itu," sahut Nana."Apa hakmu? Kamu itu cuma pembantu," tukas Kalina kesal."Sekarang saya adalah asisten pribadi Nona Aira. Tugas saya adalah men
Bab 24) Pengikat Batin"Diamlah! Jangan menangis. Kita bisa mencari tempat lain selain ini!" dengus Kalina. "Tapi tempat ini sangat recommended, Ma. Aku ingin melakukan perawatan di salon ini. Ini tempat perawatan kecantikan para artis," bantah Kiara tersedu. Dia sangat kecewa. Apalagi setelah tahu Aira terdaftar sebagai pelanggan VVIP tempat ini. Bagaimana bisa Aira kembali mengalahkannya tanpa melakukan apapun? Kiara tidak rela!"Kiara, kita ini sudah diusir oleh mereka. Pantang bagi Mama untuk mengemis....""Semua ini gara-gara Aira. Kenapa sih kita malah ketemu Aira disini?" kesal gadis itu."Mama juga tidak menyangka, Kiara. Dari dulu kan Aira nggak pernah ke salon. Pasti ini ulah ibu mertuanya, si Rani itu," sahut Kalina kesal. Meskipun ia selalu menindas gadis itu, nyatanya Aira selalu menjadi pusat perhatian dan kasih sayang orang lain yang sedang dekat dengannya."Awas saja, Aira. Aku akan segera membalas penghinaan ini!" sungut Kiara.Tak ingin melanjutkan meladeni omongan