Bab 61) Tuhan Itu Nggak TidurAira berlari-lari kecil menyusuri lorong rumah sakit, lalu berhenti di sebuah ruang VVIP. Wanita muda itu menyeruak masuk. Di dalam ruangan, seorang lelaki tengah tua terbaring dengan selang infus terhubung di tangannya. Matanya terpejam."Papa...!" serunya spontan."Jangan berisik. Papamu masih belum sadar." Aira menoleh. Tanpa sadar kakinya melangkah menghampiri Kalina. Sepasang alisnya mendadak terangkat, heran melihat penampilan Kalina yang menurutnya tak pantas untuk berada di ruangan rumah sakit. Bayangkan, wanita itu hanya mengenakan gaun tipis yang memperlihatkan jelas lekuk tubuhnya."Apa yang terjadi dengan Papa, Ma?" selidik Aira."Papamu tiba-tiba jatuh saat berada di kamar dan tak sadarkan diri sampai sekarang," jawab Kalina sekenanya. Tak mungkin juga ia menceritakan yang sesungguhnya terjadi, ketika barusan Hendra melihat pergumulan panasnya dengan Harold dan berujung dengan pertengkaran mereka.Tanpa curiga sedikitpun, Aira mengangguk me
Bab 62) Rencana Menceraikan Kalina"Papa tidak perlu khawatir. Nanti akan ada pengacara yang mengurus semuanya. Kita sudah mendapatkan bukti-bukti yang menyudutkan Mama Kalina. Tinggal eksekusi. Papa juga bisa ngobrol banyak dengan Mbak Nana soal proses perceraian, karena ia punya pengalaman soal perceraian," papar Aira."Nana? Siapa dia, Nak?" tanya Hendra."Sebenarnya dia asisten rumah tangga di rumah ini, tapi Mommy Rani mempercayainya menjadi asisten pribadiku. Kebetulan aku mulai mempersiapkan diri untuk masuk ke bangku perkuliahan....""Kamu akan kuliah?" Mata lelaki itu seketika berkabut. Perkataan Aira bak godam yang menghantam ulu hatinya. Gara-gara ia terlalu ingin memuaskan Kalina, sampai ia biarkan Aira tidak kuliah. Entah kenapa waktu itu ia sangat mudah terhasut oleh Kalina, padahal pendidikan itu penting untuk masa depan putrinya sendiri. Setumpuk penyesalan menggayuti benak Hendra sehingga tak terasa tetes-tetes bening itu kembali meluncur dari sudut matanya."Betul,
Bab 63) Bermain-main SebentarSetelah Hendra tak lagi di rumah ini, Kalina benar-benar merasa bebas. Ada untungnya juga lelaki itu sakit, sehingga Hendra lebih memilih tinggal bersama Aira. Masa bodoh dengan kondisi lelaki yang masih berstatus sebagai suaminya itu. Emangnya dia pikirin?!Sementara itu, Kiara dan Alvino sudah datang kepadanya untuk meminta restu atas pernikahan mereka. Dia pun masa bodoh. Mau Kiara menikah atau tidak, mau Kiara membesarkan anaknya seorang diri atau nanti menaruhnya di panti asuhan, itu juga bukan urusannya. Jika Kiara sudah tak mau lagi mendengar pendapatnya, otomatis dia akan mencoret anak itu dari daftar prioritasnya.Prioritasnya kini adalah para lelaki yang menjadi tambang emasnya. Harold, Kevin, Adnan dan masih ada beberapa lagi kliennya yang royal. Dia akan berusaha sedapat mungkin untuk memuaskan kebutuhan ranjang mereka dan tentu kebutuhan ranjangnya sendiri.Kalina kini lebih mengutamakan kesenangannya sendiri. Hidupnya lebih berwarna berkat p
Bab 64) Dasar Bucin Akut!"Kau pikir aku tidak menginginkan hal itu, Brian? Asal kamu tahu itu adalah keinginanku sejak lama, hanya saja belum terealisasi sampai sekarang." Kalina menggerakkan tubuhnya. Selangkangannya terasa bertambah perih karena ulah pria itu."Aku hanya bilang, bahwa mengambil surat kepemilikan Alia Resto and Cafe yang kini berada di tangan Aira, memiliki risiko yang sangat besar. Apalagi sekarang Hendra tinggal bersama Aira....""Ya, aku tahu, tapi kamu pasti bisa melakukannya. Pikirkanlah itu, Kalina. Aku tidak bilang melakukan semua itu mudah, tetapi kamu kan punya otak? Ingat, setelah ini kamu pasti akan mendapatkan dana segar dariku dan kamu bisa bersenang-senang sepanjang waktu. Kamu pun bisa membeli apa saja yang kamu inginkan, rumah dan mobil baru, apartemen, villa, apapun itu," bujuk Brian. Jemarinya meraba inti tubuh wanita itu, menyusupkan jari telunjuknya ke liang surga Kalina, kemudian mengocoknya pelan. Seketika Kalina mendesah."Aku tidak bisa menja
Bab 65) I Am SorryKeano menarik nafas berat. Dia tengah dalam dilema.Sungguh pun Alvino sudah berkhianat kepada Diamond Group, tapi Keano pun tak menutup mata terhadap usaha lelaki itu untuk membuat Kiara move on dari Athar. Jelas ini sebuah keuntungan tersendiri bagi hubungan Aira dan Athar, walaupun secara tidak langsung."Saya bisa mengerti alasan kamu. Oleh karena itu, saya atas nama perusahaan tidak akan menuntut apapun, tapi saya tidak bisa mempertahankan keberadaanmu di perusahaan ini. I am sorry, Alvino. Jadi silakan kamu mengemasi seluruh barang-barangmu dan meninggalkan perusahaan ini."Alvino mengangguk, kemudian segera pamit dan kembali ke ruangannya. Dari awal, dia tahu inilah resiko yang harus diterima andai ketahuan korupsi. Sesampainya di ruangannya, Alvino segera mengemasi barang-barangnya, memasukkannya ke dalam kotak dan segera angkat kaki dari perusahaan yang sudah memberinya kesempatan untuk berkarir ini."Kupikir Tuan Keano benar. Jika wanita itu mencintaiku, m
Bab 66) Aristide Keano FavianSementara itu, Hendra pun tak lepas memandangi sosok lelaki muda yang tengah berjalan menghampirinya. Gagah dan tampan. Itu kesan pertamanya. Namun perawakan dan raut wajah lelaki muda itu membuat angan Hendra melayang, mengingatkannya kepada sosok seorang anak laki-laki yang sering ia lihat lewat foto yang dulu di berikan oleh Alia, mendiang istri pertamanya.Hendra berusaha keras mengumpulkan semua ingatannya. Ingatan yang sebenarnya coba ia kubur karena deraan rasa bersalah terhadap Alia dan putranya, Favian.Saat itu anak laki-laki itu baru berumur 5 tahun. Mungkinkah ia adalah Favian, putra Alia dari suami pertamanya? Kecamuk rasa bersalah itu kembali menyelimuti diri Hendra, karena pernikahan mereka, Alia harus terpisah dengan Favian, putra semata wayang yang tinggal bersama papa mertuanya. Albana sengaja memisahkan Favian dengan Alia, karena berharap Alia mengurungkan niat untuk menikah dengannya. Namun Alia tetap berkeras, membuat keputusan bes
Bab 67) Aira, Adikku?!Tak ingin membuang banyak waktu, Hendra dan Aira segera pergi ke kantor Diamond Group. Sebelumnya mereka mampir dulu ke Alia Resto and Cafe yang sudah tutup itu, karena Hendra menyimpan foto Favian kecil di ruang kerjanya."Loh, Aira, Om Hendra," sambut Keano. Lelaki itu mengerutkan kening melihat kemunculan Aira dan Hendra di depan ruang kerjanya. Sedianya dia dan sekretarisnya akan menghadiri sebuah pertemuan yang nantinya membahas soal perkembangan teknologi perbankan saat ini. Kecenderungan masyarakat yang mulai beralih ke bank digital membuat Diamond Group harus merancang strategi yang tepat agar bisa sejalan dengan animo masyarakat."Ada yang ingin Papa bicarakan sama kamu, Keano," ujar Aira. Sebenarnya ia sungkan. Namun sudah terlanjur datang. Dia melihat Keano dan sekretarisnya sedang bersiap-siap untuk pergi, tentu saja karena ada hal penting yang harus mereka selesaikan. Maklum, Keano pun adalah seorang CEO sebuah grup perusahaan perbankan ternama di
Bab 68) Memenuhi Janji"Aira, adikku?!" Keano melapalkan kata-kata itu berulang-ulang, seolah meyakinkan dirinya sendiri. Padahal seharusnya tak sepantasnya ia meragukan. Jika Aira adalah putri Hendra dan Alia, maka benar Aira adalah adiknya.Adik, saudara seibu dari ayah yang berbeda. Apapun itu, tetap saja mereka di satukan dalam ikatan darah. Darah yang sama mengalir di tubuh Aira. Keano meratapi nasibnya dalam hati. Bencana apalagi ini?Haruskah rasa cinta ini semakin ia kubur? Bagaimana cara mengikis rasa ini? Mencintai dan menginginkan istri orang saja suatu hal yang tak bisa di benarkan, apalagi mencintai dan ingin memiliki adik sendiri!"Aira, adikmu." Suara Hendra kini lebih tegas seolah meyakinkan Keano. Diraihnya tangan lelaki muda itu, digenggamnya kuat-kuat. "Om minta maaf jika ini merepotkan, tapi mengingat kondisi Om yang sudah tidak berdaya seperti ini, Om sangat berharap jika kamu mau membimbing Aira. Ibu kalian mawariskan Alia Resto and Cafe yang sekarang sudah dit