"Apa? Ada yang masuk ke dalam mimpimu?" Mikaela berseru kaget. Tangannya menggenggam erat gagang telepon. Hal seperti ini pun bisa terjadi?
"Iya, seminggu ini sudah tiga kali," kata Diana dengan suara lemah. Hening sesaat. "Sekarang juga Mama ke sana. Kalian jangan kemana-mana." Usai berkata Mikaela langsung memutus percakapan. Diana terbengong. "Apa katanya?" tanya Alex. "Mama mau ke sini." Diana mengerucutkan bibir. "Gerak cepat." Alex tersenyum geli. "Hmm...," gumam Diana. Tiga jam kemudian Mikaela sudah berada di penthouse. Dia sangat khawatir tapi wajahnya tetap tenang. "Mama mau nginap lagi?" tanya Diana. "Satu malam saja, Nak. Mama kan harus menpersiapkan pesta kalian." Mikaela tersenyum. "Sekarang ceritakan semua tentang mimpi kamu. Jangan ada yang ketinggBeberapa hari terakhir wajah Tuan Muda keluarga Li sangat suram. Semua pelayan akan menganggap diri mereka sial jika mendapat tugas melayani Tuan Mudanya. Entah apa yang sebenarnya terjadi. Sebenarnya sejak menyusup ke dalam mimpi Diana, hari-hari berikutnya Li Wei seperti menghadapi tembok penghalang di sekitar wanita itu. Tembok kuat yang membuatnya tidak dapat menemui Diana. Itulah penyebab suasana hati Li Wei menjadi suram. Kini satu-satunya cara menemui Diana adalah dengan datang ke pesta yang akan berlangsung lusa. Li Wei harus melihat langsung siapa saja orang yang berada di sekitar Diana, siapakah yang memiliki kekuatan untuk menghalangi infiltrasinya di dunia mimpi. Li Wei mengangkat wajah saat pintu kamarnya diketuk. Hatinya yang suram bertambah gusar karena diganggu. Dia berjalan ke arah pintu dan membukanya dengan kasar. Seorang pelayan wanita berdiri dengan wajah pucat. "Tuan Muda,
Pesta baru akan dimulai pukul enam sore tapi sejak pagi Mikaela sudah sibuk mengatur orang-orang. Alex dan Diana bersantai di kamar lama Diana di kediaman Hartanto. Sebelum kesibukan yang sesungguhnya dimulai Alex bermanja-manja dalam pelukan sang istri. "Kamu khawatir?" tanya Alex. "Kenapa harus khawatir? Kan ada kamu." Diana mengelus rambut ikal Alex. "Jawaban yang bagus. Aku tidak akan meninggalkanmu meskipun cuma satu detik." Diana tersenyum manis. Cuma kehadiran Alex yang dapat mengikis perasaan tidak nyaman yang dia rasakan sejak insiden terakhir dalam mimpinya. "Aku lebih mengkhawatirkan mamamu, dia tampak terlalu sibuk," kata Alex. "Biarkan saja. Sudah lama mama tidak memiliki kesibukan berarti. Kan baru pertama kali mama mengurusi anaknya yang menikah." "Mama yang baik." "Dia mamamu juga, Sayang." &
Semua pemeran utama kini tengah menuju hotel bintang lima tempat pesta diadakan. Dua rombongan yang berbeda kubu itu akan segera bertemu. Langit tampak kelam, awan mendung bergelayut bagaikan mimpi buruk yang enggan hilang. Kilatan halilintar mulai tampak di kejauhan. Mikaela masih sibuk mengecek kerja event organizer, juga sesekali mengintip ke kamar tempat Diana dirias. Alex dan Jack senantiasa berada di sisi Diana untuk melindungi. "Alex, hatiku tidak tenang...," lirih Diana. Tangannya yang dingin menggenggam tangan Alex. "Ada aku dan Jack, siapa yang berani menyentuhmu?" Alex mengecup dahi Diana. "Hei, kalian lupa ada orang lain di sini?" gerutu Jack. "Ada suara tanpa wujud," ledek Alex. "Sial, bisa-bisanya kau mengejek." Diana tertawa kecil. "Mana pacarmu?" tanya Alex. Jack mendesah, "Belum seser
"Shi Fu, apa yang Anda rencanakan besok?" Lao Hu tidak dapat menyembunyikan rasa penasarannya. Saat ini mereka sudah berada dalam mobil menuju villa. "Tergantung pada apa yang dapat kulakukan malam ini." Li Wei memandang ke luar jendela. Wajah mungil Diana terbayang di pelupuk mata. "Baik." Lao Hu duduk diam. "Malam ini kalian beristirahatlah dengan baik, simpan tenaga untuk menghadapi segala kemungkinan. Aku akan bergerak terlebih dulu." Wajah tampan nan dingin Li Wei menyembunyikan hasratnya dengan sempurna. "Baik, Shi Fu." Iring-iringan mobil tiba di villa. Semua orang kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat sesuai arahan Li Wei. Orang-orang yang masih belum kenyang berkumpul di dapur. Li Wei masuk ke kamar dan mengunci pintu. Dia menyalakan dupa beraroma gaharu. Aroma ini selain menenangkan juga meningkatkan aura mistis. Li Wei duduk di tepi t
Mata Diana terbuka lebar, bola matanya berputar dengan liar. Dia harus pergi dari sini, tapi ke mana? Dalam kebingungan sebuah wajah muncul di hadapannya. Diana menjerit kaget. "Ini aku, Princess. Kamu aman bersamaku." Richard memeluk wanita mungilnya yang gemetar ketakutan. "Princess? Siapa Princess-mu?" Diana mendorong lelaki yang tiba-tiba memeluknya itu. Alex terpana. Apa yang terjadi? Baru saja Diana memanggilnya dari dalam mimpi! Diana melompat turun dari tempat tidur menuju pintu. Alex lebih cepat, dia menangkap tubuh Diana dan merebahkannya kembali. "Kenapa kamu?" Alex mengernyit. Pikiran Diana sangat kacau seolah dilalui banyak arus, tapi ada satu sosok yang muncul secara konstan. Lelaki muda yang dipanggil Shi Fu Li! "Lepaskan aku! Harus pergi dari sini!" Diana meronta. "Diana, sadar! Kamu sedang dimanipulasi!"  
"Tenanglah, aku di sini." Alex membelai rambut sang istri tercinta. "Aku tahu, tapi bagaimana kalau aku hilang kendali lagi?" Diana bersandar dengan nyaman di dada Alex. "Aku tidak akan membiarkan." "Mungkin kamu harus mengikatku...." Alex tertawa, "Aku tidak tahu kamu suka hal-hal seperti itu." "Apa? Bukan! Kamu ih!" Wajah Diana merona. "Istirahatlah. Aku sudah mengunci pintu dan jendela, kamu tidak akan bisa kemana-mana." "Hmm...." Alex mengecup dahi Diana dengan lembut. Melihat sepasang mata indah yang mulai terpejam Alex tahu betapa lelahnya Diana. Dia pun memejamkan mata. Dibuai oleh aroma sang istri Alex menuju alam mimpi. Suara jeritan melengking mengejutkan Alex. Matanya mencari-cari tapi sejauh mata memandang hanya ada padang rumput tanpa batas. Alex berlari ke arah sumber suara. Dia tahu itu
Tanpa membuang banyak waktu Alex memanggil Mikaela dan Jack. Hanya dua orang ini yang dipercayainya untuk menolong. Alex menceritakan secara singkat mengenai dua kali kekacauan yang terjadi barusan. "Kamu sudah punya rencana." Sepasang mata Mikaela menatap dalam. "Harus dicoba," cetus Alex. "Sial, jahanam itu sangat keterlaluan! Siapa dia sebenarnya?" Raut wajah Jack sangat suram. Mikaela menghela nafas, "Kuatkan dirimu, Nak. Kami semua akan menolongmu." Tangannya mengelus rambut Diana dengan lembut. Diana mengangguk. "Aku melihat wujud mantra di dalam pikiran Diana. Aku akan mencoba untuk mematahkannya. Tolong kalian tahan Diana supaya tidak melarikan diri." Alex menggenggam erat tangan Diana. "Berhati-hatilah, Alex. Salah sedikit saja kalian akan terperangkap di dalam selamanya." Mikaela mengingatkan. "Aku mengerti."
Alex dan Diana memeriksa setiap sudut ruangan untuk menemukan keberadaan akar mantra tersebut. Tidak ada satu sudut pun yang lolos dari pemeriksaan. Entah berapa lama waktu berlalu, tapi Alex mulai merasa lelah. "Selain tempat ini masih ada lagi?" tanya Alex. "Ehm... Kita belum melihat semuanya." Alex menatap Diana, "Di mana?" "Itu." Diana menunjuk ke sebuah titik. Alex mengangkat kepala. Siapa sangka ada rak buku tersembunyi di atas sebuah pilar besar. Siapa pun yang tanpa sengaja melihat ke atas tidak akan dapat menemukannya. "Sepertinya aku harus memanjat." Alex menghela nafas. "Ada tangga di sana." Diana menunjuk ke bawah pilar. Benar saja, ada anak tangga yang dipahat pada pilar. Tangga melingkar itu baru menunjukkan wujudnya setelah mereka benar-benar memperhatikan. "Pikiranmu rumit sekali, Princess." Alex terseny