Share

Bab 5

Maharani membisikkan sesuatu pada telinga Dika. Sebuah rencana yang telah dia susun dengan rapi untuk membuat Kevin menyesal. Dika membelalakkan matanya, lagi-lagi ide gila Rani membuatnya tercengang. 

"Wanita gila," ucap Dika meremehkan. 

"Hei Mas Dika, jaga bicaramu, aku ini bosmu." Rani mulai menyombongkan diri lagi. 

Dika terkekeh mendengar, dia lupa jika hanya menjadi suami bayaran saja. "Baiklah, Ibu bos," kata Dika seolah patuh padanya. 

Tiba-tiba saja, Rani memberikan satu bantal, satu guling dan selimut kepada Dika. "Untuk apa?" tanya Dika bingung. 

"Tidak mau? Ya sudah." Rani kembali mengambil perlengkapan tidur tersebut. 

"Sana! Mas Dika tidur di sofa saja," kata Rani dengan mengibaskan tangannya. 

Dika mengernyitkan keningnya. "Kenapa? Kita kan sudah halal," kata Dika lantas naik ke atas kasur bersama Rani, tapi Rani justru mendorongnya untuk menjauh. 

"Ih, jangan tidur di sini!" kata Rani kesal, "Mas Dika tidur di sofa saja, kita kan cuma nikah pura-pura," imbuhnya sambil bersungut-sungut. 

Dika terlihat menghela napas beratnya. Kemudian laki-laki itu turun dari kasur dengan membawa selimut dan juga guling. Rani menahan tawanya saat melihat wajah Dika yang kesal. 

"Nah, pokoknya Mas Dika gak boleh dekat-dekat sama aku. Ini wilayahku, dan Mas Dika di sana saja," kata Rani sambil menunjukkan batas tempat mereka. 

"Iya iya," jawab Dika malas. 

“Oh ya Mas, Mas kan belum cerita tentang asal usul Mas. Sebenarnya Mas Dika ini dari mana dan mau kemana? Kenapa waktu itu sampai di rampok? Dan sepertinya, Mas Dika ini bukan orang sembarangan. tidak mungkin bangsawan sampai di rampok. Oh ya, Mas Dika kerja apa dan di mana? Aku perlu tahu karena sekarang kan kita sudah menikah," celoteh Rani. 

Dika merasa pusing mendengar pertanyaan Rani yang begitu banyak. Laki-laki itu juga heran mengapa gadis yang dinikahinya begitu suka berbicara, bahkan hal-hal yang tidak penting pun dia pertanyakan. Akhirnya karena malas meladeni Rani yang terus bertanya dan berceloteh tidak jelas, Dika memilih untuk memejamkan matanya dan pura-pura tidur. 

"Mas, kok gak jawab sih pertanyaanku," ucap Rani yang menoleh ke arah Dika. 

"Eh dia malah tidur, cepat sekali." 

Melihat suaminya sudah memejamkan mata, Rani pun ikut membalik badan dan mencoba terlelap. Namun, terasa sangat sulit karena terus terbayang-bayang kejadian beberapa hari ini yang membuatnya sangat terluka. Gadis itu terlihat ceria hanya untuk menutupi kepedihannya. Dia berusaha melupakan itu semua, tapi pengkhianatan Kevin yang merupakan cinta pertamanya sangat sulit untuk dihapuskan dari hatinya. 

Sampai tanpa terasa, Rani berlabuh dalam mimpi di alam bawah sadarnya. Ya, Rani sudah tertidur setelah lelah melamun bermenit-menit. Dika yang sebenarnya belum tidur bangkit dan menghampiri istrinya yang ada di sampingnya. Laki-laki itu membenarkan selimut yang menutupi tubuh Rani, lalu kembali lagi ke sofa. 

*****

Pagi yang cerah, yang seharusnya menjadi pagi yang indah setelah melewati malam pertama. Akan tetapi, tidak dengan sepasang pengantin baru yang terpisah di malam harinya. Saat Rani terbangun, dia melihat suaminya yang baru selesai mandi, Dika keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan selembar handuk. 

Rani meneguk salivanya saat tanpa sengaja melihatnya terarah pada bagian perut dan dada Dika. Dika memiliki bentuk tubuh yang sempurna sebagai seorang laki-laki. Dada bidang dengan bulu halusnya serta roti sobek yang berjejer di perutnya, membuat semua mata seolah ingin memakannya. 

Dika yang baru saja menyadari jika Rani tengah dilihat, langsung saja kembali ke kamar mandi. "Lain kali bawa baju ganti sekalian, Mas!" teriak Rani setelah Dika menghilang di balik pintu kamar mandi.

"Ran, tolong ambilkan bajuku dong," punya Dika memohon. 

"Di mana?" tanya Rani. 

"Di tas," jawab Dika. 

Rani membuka tas Dika, dia memilih di antara dua baju yang ada di dalam tas tersebut. Sangat miris, Rani mengira jika suaminya hanya memiliki dua baju saja. “Sepertinya aku harus membelikan dia baju,” gumam Rani. 

Pilihan Rani jatuh pada kaos berwarna hitam. Gadis itu berjalan ke arah kamar mandi, menutupinya dengan lembut lalu melengkungkan baju itu dari pintu depan tanpa menoleh ke arah Dika. Dika tersenyum melihat istrinya yang tampak malu-malu. 

"Kamu gak mau mandi?" tanya Dika yang masih belum mengambil baju yang Rani ulurkan. 

"Gak mandi juga tetap cantik," kata Rani memuji diri sendiri. 

"Cantik-cantik tapi kok ngenes," ledek Dika. 

Spontan Rani langsung ditangkap tajam. Dia yang tadi memalingkan wajahnya, kini dengan berani melotot pada Dika yang telah meledeknya. Namun, setelah lama Rani menatap Dika, justru kini dia sendiri yang merasa takut. 

Tidak sampai 5 menit Rani menunggu Dika yang sedang berganti baju. Kini laki-laki itu keluar dan berganti Rani yang akan masuk. Setelah Rani masuk ke dalam kamar mandi dan suara air mulai mengalir, Dika mengambil ponsel Rani untuk menghubungi seseorang. 

"Hallo, ini aku."

"Halo, ini aku." 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status