Bab59 "Wiliam ...." Angela memanggil Wiliam, ketika lelaki itu memasuki kamar mereka. "Hhmmmm ...." Wiliam melepaskan dasinya dan meletakkannya ke tempat pakaian kotor dan melepas beberapa aksesories yang dia gunakan. "Dimana Aluna Welas? Apakah selama ini kamu diam- diam kembali bersamanya?" selidik Angela dengan sengaja. "Tidak!" Wiliam menjawab dengan acuh tak acuh. "Aku lelah dan tidak ingin banyak bicara! Bisakah kamu tidak menggangguku. Jika kamu terus bertanya dan bicara, maka aku akan tidur di luar," ucap Wiliam sembari membaringkan tubuh. Angel yang duduk menyandarkan diri di dipan pun hanya bisa menghela napas. "Sesulit inikah? Hingga di masa tua pun, kamu tetap tidak mau membuka hati," desah Angela. "Apakah Aluna begitu penting, padahal aku lebih cantik darinya," batin Angela. Memandangi wajah Wiliam yang mulai terlelap. "Apakah kamu mau pulang duluan?" Angela tersenyum menyeringai dan mengeluarkan sebuah suntikan berisi cairan hijau yang pekat. "Tidurlah selamanya
Bab60"Kenapa? Biar adikmu ini tahu diri."Jeremy Alexander hanya bisa menatap nanar wajah Case yang memerah."Sabar Case, demi Ibu. Jika aku pergi dan berlari. Maka aku, tidak akan tahu dimana keberadaan Ibu."Case mensugesti dirinya. Seorang pelayan berlari. "Ada apa?" tanya Angela."Tuan Khan Wilson bersama Tuan Malik datang berkunjung. Mereka berdua, ada di ruang tamu."Angela menatap Jeremy. "Temui mereka lebih dulu! Ibu akan menyusul."Jeremy mengangguk patuh dan berjalan menuju ruang tamu."Kau ..., kembali ke kamarmu! Jangan keluar tanpa perintahku."Case mengangguk. Semua otot wajahnya seakan kaku. Tamparan keras Angela pada wajah Case, meninggalkan luka memar dan kemerah biruan menghias jelas di wajah cantik Case.Angela menghembuskan napas kasar dan berjalan menyusul Jeremy ke ruang tamu."Tuan Malik dan Tuan Wilson, ada apa datang kemari? Apakah ada hal penting?" tanya Angela, sembari mengambil posisi duduk di dekat Jeremy dan menghadap Malik Abraham."Saya datang kemari
Bab61"Hhmmm ...." Malik menghela napas. "Nona Case!" panggil Malik, menatap Case penuh selidik.Angela mendekatkan tubuhnya pada Case, sembari membelai rambutnya."Sayang, apakah kamu sudah memberikan asi pada bayimu?" tanya Angela, sembari menarik rambut Case dengan pelan sebagai code."Nona Case." Kembali Malik menyebut nama Case, berharap wanita itu mau mengangkat wajah dan menatapnya."Tuan, ada apa? Mengapa anda terus memanggil nama Case? Dia ini sangat pemalu, apalagi jika bertemu orang baru." Malik menghela napas. "Tuan Malik, umumkanlah! Karena saya harus segera kembali ke dalam kamar, untuk menemani bayi saya."Case bersuara pelan."Baiklah! Saya akan mulai menjelaskan." Bunyi ketukan high heels menggema. Angela dan lainnya menoleh ke arah pintu masuk.Beberapa orang berpakaian rapi dan tegap berjalan memasuki istana Wiliam. Mantako Jordan berjalan di depan para rombongan lelaki berbadan tegap itu, dengan seorang wanita yang berjalan di tengah-tengah mereka."Kau ...." A
Bab62 Jeremy masih terdiam, menyimak semua ucapan- ucapan Malik Abraham. "Kalian pasti bersekongkol." "Nyonya, ini keputusan berasal dari suami anda sendiri," ucap Malik. "Shiitt. Omong kosong, kamu jangan main-main denganku, oke. Atau, kamu akan menyesali semuanya," ancam Angela. "Pengawal," seru Aluna Welas. "Tangkap wanita ini, dan masukkan dia ke dalam penjara bawah tanah," titah Aluna Welas dengan tegas. "Baik," sahut Mantako Jordan dan memberikan kode kepada anak buahnya. "Stop! Jangan sentuh Ibuku," teriak Jeremy sembari berdiri dari duduknya. "Seharusnya wanita itu yang pergi dan jangan mengacaukan keluarga kami," tegas Jeremy sambil menunjuk Aluna Welas dengan emosi. Angela kembali tersenyum mengejek ke arah Aluna Welas. "Kau akan tahu sendiri, Nak. Wanita yang bergelar Ibu kandungmu itu, adalah wanita jahat, yang dulu menelantarkan kamu belasan tahun," kata Angela pada Jeremy, yang mendekat ke arah Angela berdiri. Aluna Welas merasakan sesak di dadanya, ketika meli
Bab63"Aku tidak tahu apa-apa." Suara wanita itu terdengar semakin meronta. Namun kedua orang yang memeganginya terus menyeret wanita bertubuh tambun itu.Bruuccckkkk. Wanita itu di dorong hingga terjatuh di depan Case yang memang sudah berdiri."Case, menantuku!" desah nyonya Sabhira dengan sorot mata mengiba."Hhhmm, sekarang baru aku diakui. Sebelumnya, aku bahkan hanya dihina dan dikucilkan. Dan sekarang aku baru tahu, kalau anda lah, penyebab Ibuku nyaris mati.""Apa maksud kamu, Case? Mana mungkin aku sejahat itu," elak nyonya Sabhira. Kemudian wanita bertubuh tambun itu menyisir ke sekitar.Nyonya Sabhira sangat terkejut, ketika melihat sosok Aluna Welas yang sedang duduk manis, dengan pakaian rapi dan dandanan make up tipis menghiasi wajahnya."Elegan dan sangat cantik, berbeda sekali dengan dia yang dulu," gumam nyonya Sabhira dalam hati.Tapi mengapa wajah Case memar kebiruan? Bahkan penampilannya lebih buruk dari saat berada di rumahnya. Wanita bertubuh tambun itu sedikit
Bab64"Anda memang masih sehebat dulu," puji Mantako Jordan.Aluna tersenyum getir. "Efek dari kekuatan serum itu, hingga sekarang masih terasa.""Apakah karena itu juga, anda menjadi koma.""Menurut ilmuan dan para dokter yang mengobati begitulah."Aluna Welas berjalan menuju bayi mungil yang berada di gendongan Case. "Dia cucuku?" tanya Aluna Welas."Benar, Bu. Anak Case dan Joe.""Boleh Ibu gendong?"Case sedikit ragu. Namun Aluna Welas langsung mengerti, tatapan mata penuh keraguan dari Case."Tenang saja, aku sungguh benar Ibumu, bukan wanita palsu yang menyamar," kata Aluna, membuat Case tersenyum tipis.Aluna Welas menatap takjub, pada ketampanan bayi mungil yang sedang dia gendong."Siapa namanya?" tanya Aluna Welas."Zaki Welas," jawab Case. Aluna mengernyit."Aku sangat tidak sudi, dia membawa nama ayahnya."Aluna melihat Case, persis seperti dirinya di masa lalu."Bawa dia beristirahat, Case." Aluna menyerahkan bayi mungil itu, dan Case pun membawanya ke kamar, untuk berist
Bab65Kabar kematian Angela Alexander pun kembali mencuat, meramaikan kota Monarki."Deslim, kudengar calon Ibu mertua Mary dalam tahanan.""Ya, wanita tua arogan itu sudah mendapatkan karmanya," sahut Deslim, sambil mengupas buah."Sukurlah, Ibu harap Mary membuka matanya dengan lebar. Apa hebatnya Joe Wilianus itu? Hanya boneka mainan Ibunya yang sangat bodoh itu," cibir Desert White."Wanita bodoh itu, dia terus menangisi kepergian Joe yang tiba- tiba. Keluarga Wilianus itu telah hancur, adiknya saja sekarang memilih untuk bekerja di tempat hiburan malam. Sedangkan beberapa aset keluarga Joe, telah diambil mendiang Ketua Wiliam Alexander begitu saja.""Oh ya? Kenapa bisa.""Kompensasi atas perbuatan nyonya tua itu selama ini kepada Case, yang ternyata anak dari mendiang Ketua.""Luar biasa," sahut Desert White."Dan kita pun mendapatkan dampaknya bukan? Semua juga karena anak perempuan Ibu yang bodoh itu," desah Deslim dengan malas, jika sudah membahas kelakuan bodoh Mary White."M
Bab66"Tuan muda, anda harus kembali ...." Khan Wilson mendesah, menahan kesal membaca pesan dari orang kepercayaan keluarganya."Perusahaan keluarga semakin diambang kekacauan! Anda sangat dibutuhkan saat ini." Kembali lelaki itu mengirim pesan.Khan Wilson merasa sangat terganggu dengan hal ini. Bukankah sudah lama dia dan Ibunya dibuang dan dianggap hanyalah pembawa sial keluarga besarnya.Dan kini, setelah sekian tahun dia mengarungi kehidupan susah, hingga kehilangan nyawa Ibunya di perantauan, dengan mudahnya keluarga besar Wilson memintanya untuk kembali, yang benar saja."Katakan pada Nenek, aku tidak akan pernah kembali, apapun masalah kalian, hadapilah," balas Khan Wilson, kemudian lelaki itu mematikan ponselnya dan merebahkan diri.Dilangit- langit kamar, dia memandangi semua dengan kelabu. Ada perasaan rindu, pada seseorang yang tidak bisa dia jangkau lagi."Rupanya dia bukan orang biasa. Entah apa, yang membuat keluarga itu begitu rumit dan melewati masa yang lebih menger