Mobil yang di kendarai oleh Reynaldi akhirnya berhenti di depan rumah Andri. Tempat tinggal Meytha selama ini ditempati dengan segala keterbatasannya. Si kembar sangat berbahagia saat Reynaldi ikut turun dari mobil. Lalu, si kembar pun mencium punggung tangan Reynaldi saat akan masuk ke dalam rumah Andry.“Makasih Om.., hari ini Bintang senang sekali bisa belajar berenang.” “Sama-sama.., Om juga senang bisa ngajarin Bintang berenang. Kalau Bintang mau.., setiap hari Sabtu dan Minggu, Om bisa jemput ke rumah dan kamu bisa ikut les renang,” tawar Reynaldi. “Hehehehehe.., Om tanya sama Mama aja. Soalnya Mama kadang nggak setuju kalau Bintang kasih tau,” tawa Bintang seraya memandang ke Meytha yang terus memberikan isyarat untuk masuk ke dalam rumah. “Yaa.., nanti Om tanya Mama..,” jawab Reynaldi menoleh ke arah Meytha dan tersenyum simpul. “Ayo pada masuk ke dalam, kasihan Om nya kelamaan nunggu kalian...,” Meytha membuka pintu pagar dan meminta kedua anaknya masuk. “Terima kasih unt
Sekitar jam 5 pagi Meytha telah bangun dari tidurnya. Lalu, ia membersihkan diri begitu juga sang Ibunda, Wulandari. Sekitar Jam setengah enam, Meytha membangunkan si kembar dan meminta mereka untuk mandi di pagi buta ini. “Maa.., pagi sekali kita pergi naik keretanya. Bulan masih ngantuk..,” keluh Bulan masih rebahan. Terdengar dari kamar mandi gemercik air yang digunakan oleh Bintang saat anak lelaki itu mandi. “Iyaa sayang.., kita akan naik kereta jam 7 pagi. Makanya kita harus secepatnya ke stasiun kereta api,” tutur Meytha merapikan rambut putrinya. “Adik Bulan.., cepat mandi.., udah jam berapa ini? Nanti kita ketinggalan kereta..,” ujar Bintang pada Bulan yang dilihat masih bermalas-malasan. Lalu, anak perempuan imut itu beranjak dari tempat tidurnya ke kamar mandi. Sekitar jam setengah tujuh, sebuah taxi berhenti di depan pintu pagar rumah Andri. Lalu, mereka pun masuk ke dalam taxi tersebut meninggalkan semua kenangan baik dan buruk pada rumah yang selama 9 tahun telah dite
Sekitar jam delapan kurang lima menit, Reynaldi telah sampai ke kantor dengan pakaian kasual, sepatu sendal, tas pinggang dan kaca mata hitam bertengger di hidungnya. Beberapa karyawan dan karyawati memberikan hormat padanya.Hingga pada saat langkah kakinya sampai di depan pintu ruang kerjanya, tangan Reynaldi merain hendel pintu dan pintu pun terbuka. Seingatnya, Meytha tak ada ke kantor.Sejenak Reynaldi terdiam, lalu melangkahkan kakinya menuju ruang kerja Dinda. Bersamaan dengan itu, Dinda berpapasan dengan sang CEO saat akan ke ruang kerjanya. lalu ia pun memberikan salam pada Reynaldi. “Selamat pagi, Pak..,” sapa Dinda. “Pagi.., kenapa ruang kerja saya sudah ada yang buka? Saya dengar Meytha sudah berhenti,” ucap Reynaldi menatap tajam netra Dinda dengan masih memegang tas kerjanya dan berdiri dua langkah dari hadapan Reynaldi. Cklek...! Pintu ruang kerja Reynaldi pun terbuka dan Elmira keluar dari ruang kerja sang CEO dan menyapanya, “Selamat pagi.., Pak..” Reynaldi pun me
Suasana di dalam ruang kerja Reynaldi sejenak hening. Dinda dan Andini sama-sama menunggu sang CEO berbicara kembali. Mereka melihat Reynaldi tidak seperti seorang CEO yang garang saat pertama kali bertemu.Mereka juga tidak percaya dengan apa yang si dengar. Kemudian, Reynaldi pun memecah kebisuan yang terjadi disana dengan berbicara pada kedua stafnya.“Apa kalian tau alamat orang tuanya Meytha?” tanya Reynaldi menatap Dinda dan Andini bergantian.“Nggak Pak..,” ucap kedua orang stafnya bersamaan. “Masa Meytha nggak pernah bercerita tentang dimana orang tuanya, Bu Andini..?” tanya Reynaldi lagi.“Selama ini dia hanya cerita tentang si kembar, yang lucu dan pintar di sekolah. Selebihnya nggak pernah bercerita apa pun.., Pak,” tutur Andini yang kini telah lebih tenang, terlebih Reynaldi sudah tidak teriak saat berbicara. Namun dalam hati Andini terus bertanya-tanya tentang hubungannya antara Reynald dan Meytha. Hingga ia pun bergumam, ‘Apa iya ada hubungan khusus antara si Bos
Dinda dan Andini serta Elmira yang mendengar apa yang dikatakan oleh Reynaldi pada Widyawati membuat mereka saling berpandangan satu dan lainnya. Dan Elmira yang awalnya duduk di meja kerjanya beranjak dari kursi kerjanya duduk bersama Andini dan Dinda yang sedang berbicara satu dan lainnya.“Hey.., ngapaen kamu duduk deket kita berdua?” tanya Dinda sengit pada Elmira.“Emang kenapa..? Juga ini bukan ruang kerja kamu!” balas Elmira tak kalah sengitnya.“Dasar nggak tau diri.., udah bagus tadi kita semua buat tenang pak Rey.., kalau nggak tadi mulutmu itu udah di tampar bolak-balik,” ketus Dinda melirik ke arah Elmira.Usai Dinda mengatakan hal tersebut, gadis nan cantik itu terdiam dan merengut kesal pada Dinda. Lalu, Elmira bertanya pada Andini, “Buu.., yang kemarin saya tanda tangani itu status saya kerja disini itu, statusnya dikontrak atau sudah karyawan tetap?” “Semua karyawan/karyawati disini statusnya kontrak dengan sistem bertahap. Dari tiga bulan, meningkat enam bulan d
Usai makan, Reynaldi bersama ketiga temannya berpamitan dengan Widyawati dan Richard untuk mencari tahu alamat kampung halaman dari kedua orang tua Meytha dari tetangga tempat tinggalnya dulu. Sebelum Reynaldi jalan, Widyawati memeluk putranya dan mengelus punggungnya. “Rey..., Maafkan Mami.., kalau aja kamu cerita sama Mami.., mungkin saat ini si kembar udah bersama kita. Mami sempat melihat bingkai photo di meja kerja Meytha dan menanyakan keduanya. Mami nggak menyangka kalau mereka cucu Mami..,” isak Widyawati saat kembali mengingat momen terakhir bertemu Meytha. “Mami jangan sedih dan salahkan diri Mami seperti itu. Rey yang salah Mii.., saat ini Rey perlu doa dari Mami dan Papi,” ujar Reynaldi membalas pelukan Widyawati dan menghapus air mata yang membasahi pipi dari wanita baik hati itu. Setelah itu Reynaldi memeluk papinya, dan Richard pun berkata, “Yakin saja.., kalau memang dia belahan dirimu.., pasti kamu akan segera menemukannya.” Setelah itu, mereka pun masuk ke dalam m
Mobil yang dikendarai oleh Oki pun sampai pada sebuah perusahaan finansial atau pembiayaan yang berada pada sebuah ruko. Kemudian, mereka pun keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu masuk kantor pembiayaan tersebut. Reynaldi yang masih ingat sekuriti di perusahaan itu pun menyalami sekuriti yang seumuran dengannya. “Apa kabar Pak Kirno?” tanya Reynaldi ramah. Namun sekuriti yang sepertinya lupa pada sosok Reynaldi hanya membalas sapaannya dengan menganggukkan kepalanya serta mempersilakan mereka masuk ke dalam ruang kantor tersebut. “Kabar baik Pak.., ada yang bisa dibantu? Untuk pelunasan atau pengajuan baru?” tanya Kirno masih tersenyum dan lupa pada Reynaldi mantan karyawan perusahaan pembiayaan tersebut. “Saya mau bertemu dengan HRD Ibu Intan,” jawab Reynaldi. “Ooh dengan Ibu Intan.., baik.., silakan kami antar ke lantai lima Pak,” ajak Kirno yang mengantarkan Reynaldi ke lantai lima dari tujuh lantai pada bangunan ruko tersebut dengan menggunakan lift. “Bapak-bapak semua
Mobil yang membawa mereka berempat pun berhenti pada sebuah gang yang tidak dapat dilalui oleh mobil. Kemudian mobil pun diparkir pada sisi kiri badan jalan.“Rey.., gang nya udah bener kan?” tanya Oki saat memarkir kendaraannya.“Iyaa.., ‘gang meskipun’ aneh juga nama gangnya yaa..,” urai Reynaldi tertawa kecil.Empat lelaki itu turun dari mobil dan menyeberangi jalan berukuran 8 meter yang dipakai untuk jalan mobil dua arah dan beberapa mobil tampak parkir di kiri Jalan.“Arta.., liatin rumahnya nomor 11B,” ujar Reynaldi mengatakan pada Arta yang berada di depan saat melewati gang berukuran 1 meter.Arta berhenti pada sebuah rumah dengan pagar besi setinggi pinggangnya. Di sisi kanan dari pagar itu ada sebuah warung berukuran 6 meter.“Mau beli apa Pak?” tanya seorang lelaki sembari menggendong seorang anak berusia tiga tahun dengan gendongan balita, saat dilihat Arta terdiam persis diantara pagar rumahnya dan warung/toko kecil dengan penutup dari aluminium.“Uhm.., bentar Pa