“Astagfirullahal adzhim.” Alif menarik napas dalam-dalam dan mencoba fokus.
****
Tiga minggu sudah berlalu, sejak Alif pulang ke rumah. Saat kembali ke Sumur Pandeglang, Alif seakan tidak lagi memiliki gairah dalam hidup. Hari-harinya dipenuhi dengan lamunan dan diam menyendiri.
Meski berulang kali ia ke pantai saat sore hari, berulang kali juga ia kembali dengan keadaan masih terpuruk. Sapuan ombak ke pasir putih di Pantai Daplangu yang diharapkan mampu menghilangkan rasa sakit di hatinya ternyata tidak berefek apa pun. Ruang kosong di hatinya bahkan tidak bisa terisi dengan kata-kata semangat dan motivasi dari orang-orang terdekatnya.
“Adikmu mas, Kamu yang sabar ya.”
Suara tangis, lantunan ayat Alquran, dan tanah di pusara masih membekas di ingatan Alif. Selama ini, ia berupaya bekerja sebaik mungkin untuk menjadi kebanggan keluarga, mencari uang untuk membantu ekonomi keluarga dan membiayai pendidikan adiknya.
&ld
Alif menembus derasnya hujan melewati flyover Tol Serang-Panimbang, sesaat kemudian ia sudah sampai di Mandala Rangkasbitung. Ada jejak dan sisa dari nalurinya yang mengingatkan ia untuk berbelok ke arah Alun-alun Rangkasbitung. Tapi kesadaran dan logikanya jauh lebih menyadarkan keberadaan Nurul sudah hilang terhapus air hujan.Alif berhenti di minimarket lampu merah, ia berteduh sekadar mengisirahatkan tubuh karena jarak pandang pun tak kurang dari lima meter, terlalu beresiko jika perjalanan diteruskan.Ia masuk ke minimarket dan mencari cup untuk membuat kopi, setelah melakukan pembayaran di kasir ia pun mencari tempat duduk yang disediakan di depan minimarket. Asap dari kopi hitam buatannya masih mengepul.Pada rintik hujan yang membasahi semua makhluk dan benda di bumi, ia berdoa semoga segala sakit, kesulitan, pedih, dan perih yang ia dan orang-orang rasakan dapat hilang terhapus derasnya rahmat dari hujan yang diberikan Tuhan.Satu teguka
Rutinitas Alif kali ini lebih banyak dihabiskan dengan keluarganya, kembali ke Ujung Kulon saat hari kerja, dan selebihnya ia mencoba mencari peluang untuk membuka bisnis.----/Assalamualaikum....Punten kak sebelumnya mau tanya, kakak punya teman yang aktif di komunitas majlis kah? Untuk wilayah Serang dan Pandeglang?----Kembali, Alif kembali mendapat notifikasi dari Nisa. Ia berkali-kali menghela napas panjang.“Ya Allah, apa lagi ini?”----//WalaikumsalamGa punya Nis---/Ok siap nuhun kak----//Sama-samaSejak Nisa kembali membuka komunikasi dengannya, Alif hanya biasa saja saat meresponnya. Selain ia masih mencoba berdamai dengan kenyataan setelah kehilangan orang yang sangat berharga dalam hidupnya, ia juga masih belum mau membuka hati setelah hubungannya dengan Nurul kandas.Terlebih, orang yang saat ini kembali mencoba intens komunikasi dengannya ialah N
Minggu pertama di bulan Januari Alif telah mengabari orang rumahnya bahwa ia tidak pulang. Setiap awal tahun, di tempat kerjanya banyak sekali rapat-rapat penyusunan agenda dan program kerja. Segala hal yang akan ia kerjakan selama satu tahun kedepan akan disusun dalam agenda penyusunan program tahunan.Kedua orang tua Alif maklum dengan anaknya, terlebih sebagai “orang baru” yang bekerja di kampung orang Alif harus bisa menujukan kinerjanya dengan baik.“Iya Mas, Nggak apa-apa kalau minggu ini nggak pulang dulu, lagian kamu juga harus jaga kesehatan. Bolak-balik Ujung Kulon Tangerang dengan motoran kan nggak sejam dua jam. Ibu selalu doakan kamu dari sini.”Penat dan suntuknya efek dari rapat akhir tahun akhirnya Alif rasakan. Biasanya ia akan melampiaskan rasa suntuknya dengan traveling atau sekadar ke tempat-tempat alam terbuka.“Bang Zul, Minggu ini kan nggak balik nih. Otw kemana gitu yuk!”“Iya nih bt
Sesampainya di indekost, Alif baru memeriksa telepon pintarnya. Sejak sampai di Ujung Jaya yang merupakan desa terakhir di ujung Banten, ia menonaktifkan data internetnya. Beberapa notifikasi masuk, baru saja Alif menyandarkan tubuhnya di tembok kamar matanya menangkap pesan beruntun dari ibunya.----/Assalamualaikum, mas ini siapa yang datang ke rumah?----/Mas Alif, kamu ada janji apa sama Khairunnisa?----/Mas, mbo yo dibalas pesan ibu. Ini ada Nisa di rumahEmangnya kamu jadi pulang?----Jedaggh, Alif menjadi kebingungan dibuatnya. Alif belum membalas pesan dari ibunya, ia mengingat-ingat kembali apa memang ia punya janji atau mengundang Nisa ke rumahnya.----//Walaikumsalam, ibu maafin Alif baru sempat balasAlif baru pulang dari Taman Nasional Ujung KulonAlif nggak janji apa-apa atau mengundang Nisa bu, Alif mau salat dulu ya bu----Alif menenangkan pi
“Udahlah, coba aja dulu, nggak ada salahnya kan?” Mustafa merapikan dokumen kerjanya. “Emang mau sampai kapan loe nutup diri gitu mas?”“Gue nggak nutup diri bang, lagi ngerasa nggak pas aja gitu untuk sekarang.”“Mas bro, Coba deh loe pikir baik-baik. Apa ada seorang perempuan yang datang jauh-jauh dari Pasar Rebo Jakarta Selatan cuma buat numpang ngeteh doang di rumah seorang cowok, ke rumah loe?”
Makjleeebbbbb, Nisa tidak pernah menyangka orang seperti Alif bisa berkata demikian, mendengarnya saja Nisa bagai tersambar petir.“Kok kak Alif ngomongnya gitu sih?”“Kamu terlalu baik buat aku, apa mesti harus ada diksi kayak gitu Nis? Ada apa dengan orang baik, atau mengarah jadi orang baik, emangnya salah Nis?”
Jarak, ternyata begitu memiliki pengaruh yang besar dalam suatu hubungan. Termasuk bagi Alif yang kini menjalani hubungan dengan Nisa. Hubungan jarak jauh dengan komunikasi melalui telepon memang masih bisa dilakukan. Namun, untuk tetep mengenal satu sama lain tidak cukup hanya dengan komunikasi telepon semata.Sebelumnya, tubuh Alif sudah sangat mengenal dan hafal rasa lelah menempuh perjalanan Sumur Pandeglang ke Rangkasbitung. Kini, apa Alif akan sanggup jika untuk sekadar bertemu dengan Nisa, ia harus ke Pasar Rebo Jakarta Selatan.Untunglah, Alif mendapat kabar kalau Nisa baru saja diterima bekerja di daerah Gintung Kabupaten Tangerang. Nisa diterima menjadi guru di pondok pesantren modern terbesar di Kabupaten Tangerang. Ia tidak menjadi guru mengaji, melainkan guru untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk tingkat SMA.----/Kak, Aku udah sampai nih di pondok----//Selamat menjadi santriwati ya kamu----/Heheh
Alif sengaja berangkat dari hari Sabtu agar ia bisa mampir untuk pulang dan istirahat, setelahnya di Minggu pagi ia menjadi pengisi materi, dan siangnya kembali ke Ujung Kulon dengan terlebih dahulu singgah di Bitung untuk sekadar bertemu dengan Nisa.----/Iya, besok Minggu bisa kok kita ketemuKak Alif mungkin sampai di Bitungnya siang, itu pun sebentar karena mau lanjut kerja----//Emang kerja dimana kak?Di daerah Pandeglang Nis----Alif sengaja tidak pernah menampilkan identitasnya sebagai pegawai negeri atau pun label lainnya. Ia paling tidak suka dengan label atau title. Pernah dalam satu kesempatan, selesai mengisi kegiatan organisasi kepemudaan ia mendapatkan pesan dari peserta perempuan seminar. Sebagai orang yang sudah terlanju dikenal oleh peserta kegiatan tersebut, Alif kerap membalas beberapa pesan dari si perempuan. Hingga akhirnya dalam percakapan yang mengarah kepada hubungan lawan jenis, Alif dibuat mati ras