Damian mengahabisi bibir manis Zahwa.pelan tapi pasti. Lelaki itu mulai menanggalkan baju istrinya satu persatu. Zahwa pasrah saja, hingga Damian melanjutkannya menyusuri liku tubuh Zahwa yang berbukit dan berlembah. Zahwa mulai mencicit karena merasakan sentuhan itu membuatnya larut dalam buaian. Dia bahkan sudah sedikit lebih tenang. Wanita itu sangat berusaha melenyapkan rasa takutnya. “Aku akan melakukannya sangat lembut.” Zahwa mengangguk. Damian kembali memulai aksinya. Kali ini turun ke area leher. Lelaki berambut cepak itu bagai kucing menjilat dan menyesap dengan lembut. Sehingga Zahwa mulai merasakan tubuhnya penuh gairah.
Damian tahu jika wanitanya sudah mulai terpancing. Walau demikian, dia masih memberikan kelembutan-kelembutan. Hingga sampai pada area perut dan pusat tubuh. Damian menyesapnya hingga Zahwa mencengkram sprei karena merasakan kenikmatannya melampaui kepalanya. “Ahhh ....” Damian terus menyusuri tubuh itu. Hingg
Pagi ini terlihat Damian dan Zahwa sudah basah dengan air karena mandi.Zahwa terlihat lebih segar. Entah mengapa rasanya sangat bahagia walau sebenarnya banyak hal yang masih harus dipertanyakan. Dia sendiri belum mengerti.“Sayang, kita jalan-jalan ke Bali mau nggak?” Damian memeluk Zahwa dari belakang. Pagi yang sangat dingin membuat mereka semakin romantis.“Aku nggak masalah, coba tanya Keano bagaimana?” Damian mengangguk. Dia menyugar rambutnya yang nampak masih basah.“Aku samperin dia dulu. Mau sarapan apa? Entar aku bikinin. Kamu belum tahu ‘kan kalau aku bisa masak?” Zahwa berbalik badan. Dia mencubit pipi sang suami. Damian pura-pura mengaduh karena kesakitan. Padahal tidak sakit sama sekali. Damian memilih membalasnya dengan membenamkan bibir sang istri dengan mulutnya. Setelahnya, satu ciuman singkat untuk ke kamar sang putra.Damian sampai ke dep
“Damian, aku ....” Zahwa memeluk erat tubuh Damian.“Tenanglah! Aku sudah menelpon Nathan. Jangan menangis.” Di bagian lain seorang lelai mengepalkan tangannya. Bisa-bisanya seorang wanita yang dia cintai memeluk lelaki lain. Dia lari dengan Damian sehari sebelum pernikahannya. Dia adalah Arsan. Lelaki itu sangat benci dengan dua manusia yang kini saling memadu kasih itu.Arsan menunggu salah satu dari mereka pergi dari ruangan itu. Kali ini dia akan menunggu sampai salahs atu mereka keluar baru akan beraksi. Hatinya sangat hancur walau ternyata dirinya juga tidak sesetia itu. Damian pamit keluar. sebenarnya dia sudah tahu lewat pantulan kaca, bahwa ada Arsan yang mengikuti mereka. Lelaki itu tersenyum smirk. “Sayang, kamu mau makan nggak? Aku mau beli makanan.” Damian tentu sudah tahu jika harus menjaga sang istri. Dia bahkan sudah siap jika Arsan macam-macam.“Tidak, Dam.
Di rumah sakit itu, terdapat perkelahian yang tidak dapat dihindarkan. Damian langsung merarik sang istri dari belakang. Zahwa ingin menjerit, tapi Damian berbisik di telinga Zahwa. “Hus, jangan berteriak. Ini aku!” Zahwa memeluk sang suami dan menangis sejadi-jadinya. “Tidak apa-apa. Aku tidak bohong tentang Arsan ‘kan? Sebenarnya yang memisahkan kita adalah dia. Mari masuk ke dalam.” Damian menyesap air mata sang istri yang selalu dia lakukan jika Zahwa menangis. Setelah itu mulai menggandengnya masuk ke dalam.“Mereka siapa, Dam? Kok bisa tiba-tiba menolongku?” Zahwa bertanya setelah beberapa saat tadi menetralkan perasaanya.“Orang-orangku, jadi jangan takut. Aku akan melindungi kalian.” Zahwa mengangguk. Lelaki itu memeluk pinggang sang istri sambil jalan. Mereka menuju ruang perawatan Keano. Anak laki-lakinya mulai dipindahkan ke ruang rawat. Mereka masuk ke dalam. “Hai
“Hooh,” ujar Zahwa. Dia melingkarkan tangannya di lengan Damian. Dari jauh, Arsan menyaksikannya dengan penuh dendam. Dia masih saja mengikuti kemana pun Damian dan Zahwa pergi. Padahal hatinya merasakan sangat sakit. Tapi dia ingin tahu kapan Damian bisa lengah hingga dia mendekati kembali seorang Zahwa. Dia masih tidak rela jika Damian yang bahagia. Tapi diluar dugaan, Cassandra datang.“Arsan, kamu menghindariku? Aku sudah pulang dari seminggu yang lalu tapi kamu tidak menyambutku. Kamu memang benar-benar, ya?” Cassandra berada di depannya dekarang. Wanita tinggi semampai yang membuat setiap lelaki tergila-gila ingin bermain di lubang senggamanya itu, kini kesal karena telah kalah dengan seorang Zahwa. Bahkan Arsan yang dahulu merupakan seorang pengagumnya lama-lama juga bosan padanya.“Arsan! Aku tanya padamu.” Arsan hanya memandang sinis ke arah Cassandra.“Mau apa lagi? Kam
Damian dan keluarga sduah selesai makan di restoran itu. Lelaki itu menggandeng sang putra dan juga istri bersamaan. Sementara Arsan mengepalkan tangannya yang terasa sangat marah mengetahui kekasihnya pergi dengan suaminya. Seharusnya, memang dia yang sekarang menggendeng Zahwa, bukan Damian. Awalnya memang tujuannya hanya untuk membuat Damian frustrasi mengejar Zahwa karena rasa bersalahnya. Tapi semakin dia dekat dengan Zahwa, kepribadian wanita itu semakin membuatnya tersentuh. Sehingga Arsan yang tadinya memanfaatkan Zahwa menjadi sangat cinta padanya.“Sakit? Itu juga aku sekarang, San. Ketika kamu lebih memilih mengejarnya dan mengacuhkanku.” Cassandra meninggalkannya. Sementara itu, Arsan masih bergelut dengan perasaannya. Otaknya jadi buntu. Sementara itu, dia harus melakukan pekerjaannya, sekaligus mengejar cintanya. Hidupnya sangat berantakan sekarang.“Keano, kalau papa mengajakmu jalan-jalan, kamu pilih mana,Na
Pagi ini Zahwa sudah mandi dan siap-siap membuat makanan. Dia belum memakai baju kerjanya. Untuk sementara, Keano home schooling. Damian belum mengijinkan sekolah, sebab Arsan masih berkeliaran. Kenao menurut saja. Dia sangat suka selama ada vidio games dan internet. “Sayang, makan dulu.” Damian dan Keano keluar hampir bersamaan.“Pagi, Boy.” Damian mengacak rambut sang putra.“Papa, jangan mengacak rambutku!” Keano menyugar rambut lurusnya saat papanya baru saja mengacaknya.“Hahah, kamu mirip papa dulu, marah kalau rambutnya diacak.” Keano duduk di meja makan. Kemudian Zahwa memberikan menu sarapan pagi. Damian hanya sarapan salad saja. Sednagkan Keano meminta nasi goreng kali ini. Kalau susu, keduanya sama. Sangat suka susu rendah lemak.“Papa sama mama ke kantor, Keano di rumah, ya? Mulai besok akan ada guru yang datang ke rumah. Apakah kau su
Damian dan Zahwa masuk ke ruangan Damian. Lelaki itu memepet istrinya ke tembok. “Dengerin, ya nyonya Zahwa Damian. Kau tidak bisa lari dariku. Kau sudah menjadi milikku sekarang.” Zahwa mencubit perut suaminya.“Dasar mesum! Lepasin, kita di sini kerja. Nggak usah usil, deh. Kalau mau ngapa-ngapain di rumah saja.” Damian tidak melepaskan istrinya. Dia malah memajukan wajahnya, sehingga Zahwa merasakan embusan napasnya.“Sekali saja, aku janji akan kilat.” Zahwa menghindar, sehingga David hanya memperoleh ruang hampa.“Nggak! Awas kalau curi-curi kesempatan! Pasa tiga hari.” Zahwa menerobos dari bawah kemudian meninggalkan Damian. Tinggalah dia sendiri yang tersenyum karena triknya tidak mempan. Damian memilih fokus dengan pekerjaannya. Sesekali dia mengobrak-abrik beberapa dokumen karena memang ada beberapa kesalahan, sehingga beberapa orang harus revisi. Sedang serius, ti
Zahwa dan Damian sampai di tepian pantai. Rambut mereka tertiup angin. Sehingga wajah Zahwa tertutup oleh rambut tersebut. Damian menyingkirkan rambut itu. “Sayang, aku dipecat dari perusahaan.” Zahwa tersenyum.“Ada alasan?” Damian hanya mengangkat bahu. Dia tidak mau jika istrinya merasa bersalah karena dirinya dipecat karena menikah dengan Zahwa. “Matamu bohong,’ selidik Zahwa.“Apa kamu mau hidup miskin,” ucap Damian.“Tidak, tapi aku mau berjuang bersamamu,” basal Zahwa. Dia mengalungkan tangannya ke lengan Damian dengan manja.“Tenang saja, Sayang. Aku masih punya perusahaan minyak rambut atsiri yang pastinya diluar mereka. Aku akan buktikan, mereka menyesal telah memecat suamimu ini.” Damian memeluk istrinya. perasaannya damai. Damian tidak memiliki siapa pun. Dia memiliki papi, tapi tak pernah di bela. Selalu keluarganya