Bab 43 : Tanda Tanya
"Kurang ajar!" geram Fakhrurrazi dengan cengkeraman tangan yang semakin keras di jubah pria di hadapannya.
"Tu–Tuan Fakhrurrazi! Sabar ... sabar, Tuan .... " Umar spontan menghalangi Fakhrurrazi yang hendak melayangkan pukulan kepada Andrew.
Mata Haris terbelalak. Ia sangat terkejut dengan apa yang dilakukan sang ayah. Sontak ia meraih lengan sang nenek, merasa ketakutan.
Zara berusaha menenangkan sang cucu dengan membelai pundak kecilnya.
Jena yang tadi ingin menyampaikan pesan Roseline kepada Andrew kaget dengan insiden tersebut. Belum sempat ia menyampaikan bahwa sang putri memesan buah, Jena pun membalikkan badan dan langsung berlari kencang melapor kepada Roseline.
"Kalian tamu di negeri ini! Tapi apa kalian tidak tahu etika!" seru Fakhrurrazi. Kali ini tangannya sudah melepaskan jubah Andrew denga
Bab 44 : Dia yang KembaliSetelah Fakhrurrazi pergi dari tempat itu, Umar langsung memerintahkan Andrew untuk segera berangkat. Tadinya pembantu Roseline tersebut ingin mendatangi Zara dan meminta maaf, tetapi tidak sempat. Ia harus segera mengurus pekerjaannya.Umar pamit dengan terburu-buru. Karena mereka sudah terlambat.Haris menatap Roseline dan bertanya, "Tuan Andrew mau ke mana?" Ia tampak keheranan karena pria itu pergi begitu saja."Tuan Andrew harus bekerja dulu, Sayang ...." Sang putri membelai rambut halus Haris."Bukankah kita mau membuat layangan dan pedang bersama Tuan Andrew?" tanya Haris lagi mendongak melihat sang putri."Iya, dia akan kembali segera. Setelah itu baru kita minta bikinkan layangan dan pedang." Roseline tersenyum di balik cadarnya."Sudah. Kita temui dulu Nenek Benazir."
Bab 45 : Penantian yang Tak Sia-SiaPria itu melangkah perlahan, semakin mendekat. Tampak kristal-kristal memenuhi permukaan matanya. Ada bulir bening yang siap memecah dari bendungan pelupuk manik safirnya.Zara bangkit dari duduk, begitu juga Benazir yang ikut tertegun. Wanita yang tidak memudar kecantikannya walau usia sudah kepala empat tersebut mengerjapkan mata basahnya. Alisnya bertaut berusaha menajamkan penglihatan yang buram."Ya ... ini aku, Rasyad," ucap pria di hadapannya. Air mata penuh kerinduan telah jatuh berderaian dari pelupuk netra safir itu kini. Suara berat tersebut terdengar serak."Yaa, Allaah ...!" pekik tertahan Zara setelah mendengar pengakuan itu. Seketika tubuhnya luruh, berlutut. Ia menutup wajahnya yang kembali bersimbah air mata. Bahunya berguncang-guncang, menangis sejadi-jadinya.Andrew yang kini mengaku bernama Rasyad lan
Bab 46 : Bermain Bersama Tuan AndrewRasyad berusaha bersikap normal. Begitu juga dengan Zara dan Benazir."Yang Mulia," sahut Rasyad membalas teguran sang putri."Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Roseline heran seraya melangkahkan kakinya mendekat menyusul Haris yang sudah di pangkuan sang nenek."Aku mau minta maaf kepada Nyonya Zara soal insiden tadi, Tuan Putri," jawab Rasyad dengan suara tenang. Dia mampu menguasai diri walaupun jantungnya berdegub lebih kencang, khawatir sang putri curiga."Iya, Tuan Andrew meminta maaf kepadaku, Tuan Putri. In syaa Allah aku sudah memaafkannya." Zara menimpali sembari membelai rambut halus sang cucu yang ada di pangkuannya."Oh, begitu. Baguslah kalau Nyonya Zara sudah memaafkanmu, Andrew," sahut sang putri, "pekerjaanmu sudah selesai?" tanya Roseline lagi."
Bab 47 : Bagaimana Mengenal Tuhan?Sudah sepekan Haris tidak diizinkan oleh Fakhrurrazi berkunjung ke kastil. Bocah itu mulai bosan di istana. Ia ingin bertemu dengan Roseline."Nek, aku ingin bertemu ibuku," rengek Haris kepada Zara. Rengekan bocah tersebut sangatlah mengganggu."Nanti kita minta ayah agar mau mengantar ke sana ya," ujar Zara. Di dalam hati, wanita itu pun sangat merindukan suaminya."Ayah selalu bilang sibuk!" Wajah Haris tampak kesal, tapi menggemaskan."Nanti nenek yang bicara ke ayah," hibur Zara seraya membelai pundak kecil cucunya."Janji ya?""Iya, in syaa Allah," sahut sang nenek."Aku mau main sama Rubi dulu!" Haris lalu berlari meninggalkan Zara di ruang tersebut.Di halaman dekat kebun istana Haris mengajak temannya yang
Bab 48 : Ikrar nan SuciSeketika sorot mata Benazir menjadi cerah. Bibirnya tertarik ke atas. Ia merasa bahwa sang putri makin tertarik kepada Islam. "Menjadi muslim itu dengan mengucapkan ikrar kesaksian bahwa tidak ada yang haq disembah kecuali Allah dan Muhammad itu utusan-Nya. Hanya saja itu bukan sekadar ucapan belaka, Tuan Putri," papar Benazir."Ap–apa yang harus aku lakukan jika ingin masuk Islam, Nek?" tanya Roseline lagi."Tentu Anda harus mengingkari semua sesembahan lain. Anda sudah melakukan itu." Benazir tersenyum lebar."Oh, ya?" Alis Roseline bertautan. Ia masih belum mengerti."Ya. Anda sudah separuh muslim. Hehehe .... " Benazir terkekeh.Sang putri semakin bingung. Dahinya berkerut."Ketentuan dari kesaksian itu ada dua, Tuan Putri," ujar Benazir."Per
Bab 49 : Belajar Surat Al FatihahRasyad sedikit heran, mengapa sang putri kelihatan begitu gembira. "Aku dengar Anda mencariku, Yang Mulia?""Ya, Andrew. Ke mana saja kau seharian kemarin?" tanya Roseline masih dengan senyuman di balik cadarnya."Ada pekerjaan yang harus aku lakukan di pasar," jawab Rasyad."Oh, begitu.""Apakah ada hal yang penting, Tuan Putri?" tanya Rasyad lagi."Ya! Ini penting sekali." Netra biru nan indah sang putri berbinar-binar. Hatinya terasa membuncah karena kebahagiaan yang sangat.Rasyad menyimak. Dahinya mengernyit, tapi bibirnya tersenyum melihat sang putri yang tampak sangat bahagia."Sekarang aku adalah seorang muslimah," ujar sang putri dengan menarik kedua ujung bibirnya. Entah mengapa suaranya terdengar bergetar dan matanya kini dipenuhi kaca-kaca.
Bab 50 : Tawaran dari ZaraBocah itu terlihat sangat antusias mendengar berita ke-Islaman sang putri.Benazir mengangguk seraya menyunggingkan senyuman ke arah Haris. "Aku mengajak Tuan Putri Roseline ke masjid menemui Syaikh Ahmad Imran. Beliau yang menuntunnya bersyahadat," ujarnya seraya mengedarkan pandangan kepada Zara dan Fakhrurrazi."Alhamdulillaah! Doaku dikabulkan Allah. Allah baik ...!" Haris tampak sangat riang.Zara dan Fakhrurrazi tercengang mendengar hal itu."Maa syaa Allah, alhamdulillaah," seru Zara sembari melihat ke arah sang putri.Roseline tersenyum di balik cadarnya. Ia melirik ke arah Fakhrurrazi, hendak melihat reaksi sang pejabat menteri. Entah mengapa gadis itu penasaran dengan tanggapan pria itu. Jantungnya berdegup kencang."Kalau itu benar, suruh Tuan Andrew menghadapku. Bi
Bab 51 : Jalan Kebersamaan"Yang Mulia, aku pergi sekarang." Rasyad pamit kepada Roseline di depan ruangannya.Akhirnya Rasyad menerima tawaran dari sang istri. Di dalam hati, pria itu pun sebenarnya ingin sekali dekat dengan Zara. Sudah sangat lama mereka berpisah. Betapa besar kerinduannya untuk bersama lagi seperti dulu.Setelah siang tadi ia mengurus pembaruan surat jaminan keselamatan kepada musta'min, tiba waktunya ia harus meninggalkan kastil. Pria itu telah mengundurkan diri dari toko gandum di mana ia bekerja.Roseline tersenyum tipis di balik kain penutup wajahnya. "Sering-sering kunjungi aku kemari ya, Andrew," pinta Roseline."Tentu saja, Tuan Putri. In syaa Allah aku akan sering datang." Rasyad mengangguk."Baiklah, hati-hati di jalan.""Assalamualaikum," Rasyad pun membalikkan badan kemudian mel