Share

RUMITNYA CINTA

Aku duduk di depan papa Devano. Aku menemuinya karena semua keputusan sudah aku ambil. Jujur aku merasakan sakit yang luar biasa. Bagaimana bisa aku melihat Devano dipenjara sedangkan ayahnya sudah memiliki skenario. Aku tidak bisa berbuat banyak lagipula Papa Devano tidak merestui hubungan kita. Prinsipku ternyata masih berlaku. Papanya menyeruput kopi hitamnya.

“Ah, enak sekali kopi ini!” Papa Devano menikmati secangkir kopi aku hanya bisa melihat gerak-geriknya saja. “Baiklah, Nona Raina. Seperti janji yang aku lontarkan tadi. Akhirnya kau mau juga meninggalkan anak saya.” Papa Devano terlihat bahagia. “Nyalimu sangat kecil sekali baru digertak itu langsung menciut. Aku kira kau gadis pintar yang aku pikirkan ketimbang Natasya.” Papa Devano terkekeh.

Aku kali ini ingin marah. Tidak suka aku harus di banding-bandingkan dengan orang lain. Aku bersikap sabar dulu.

“Ehm ... Maaf, Om. Saya tetap menjadi gadis pintar. Saya tidak takut dengan gertakan, Om. Saya hanya ingin Sean bahagia da
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status