"Habis dari mana,” Indah tersenyum memandang Azahra yang baru saja masuk ke dalam rumah. Gadis cantik itu menyalaminya dan mencium punggung tangannya, mencium pipi kiri dan juga pipi kanannya. sikap Gadis itu masih selalu manja seperti biasa.
“Jalan-jalan Tante tadi kami ke bioskop nonton, terus makan,” Azahra tersenyum ketika menceritakan hal tersebut.
“Padahal tante datang ke sini pengen makan malam di sini bareng sama Azahra, tapi ternyata calon menantu Tante yang cantik ini sudah makan duluan sama abang Ferdi,” ucap Indah.
Wajah azzahra bersemu merah ketika mendengar apa yang dikatakan oleh tantenya. Azahra tersenyum malu-malu memandang tantenya tersebut.
Ferdi yang duduk di depan Attar, terlihat salah tingkah ketika mendengar ucapan mamanya.
Azahra menyalami tangan Daddy dan juga mommynya, dan kemudian menyalami tangan tante dan juga omnya. Azahra tersenyum dan duduk disamping Indah.
“Tadi
Ferdi begitu sangat sibuk dengan pekerjaannya. Pria itu harus belajar bagaimana cara mengolah perusahaan. Bagaimana menarik investor. Bagaimana mencari klien semua itu harus dipelajarinya secara detail. Ferdi jenis orang yang sangat bertanggung jawab dan disiplin. Apa yang dikerjakannya harus sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Uncle nya. Sehingga Ferdi tidak ingin ada kesalahan sedikitpun dari pekerjaan yang dilakukannya. Pria itu hanya beristirahat untuk makan dan juga shalat. Setelah itu, ia akan melanjutkan lagi pekerjaannya. Waktu 3 bulan bukanlah waktu yang panjang. Ferdi akan berusaha untuk memanfaatkan waktu yang singkat ini untuk menunjukkan kepada Uncle nya, bahwa dirinya mampu menjadi calon menantu yang dapat dibanggakan."Permisi pak Ferdi, 30 menit lagi rapat akan dimulai." Sekretaris wanita itu berdiri di depan meja bos nya untuk memberi tahu.Ferdi menganggukkan kepalanya. "Apakah pak Avin sudah menyiapkan semua.""Su
Ferdi begitu sangat sibuk dengan pekerjaannya. Pria itu harus belajar bagaimana cara mengolah perusahaan. Bagaimana menarik investor. Bagaimana mencari klien semua itu harus dipelajarinya secara detail. Ferdi jenis orang yang sangat bertanggung jawab dan disiplin. Apa yang dikerjakannya harus sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Uncle nya. Sehingga Ferdi tidak ingin ada kesalahan sedikitpun dari pekerjaan yang dilakukannya. Pria itu hanya beristirahat untuk makan dan juga shalat. Setelah itu, ia akan melanjutkan lagi pekerjaannya. Waktu 3 bulan bukanlah waktu yang panjang. Ferdi akan berusaha untuk memanfaatkan waktu yang singkat ini untuk menunjukkan kepada Uncle nya, bahwa dirinya mampu menjadi calon menantu yang dapat dibanggakan."Permisi pak Ferdi, 30 menit lagi rapat akan dimulai." Sekretaris wanita itu berdiri di depan meja bos nya untuk memberi tahu.Ferdi menganggukkan kepalanya. "Apakah pak Avin sudah menyiapkan semua.""Su
Azahra berada di kamarnya. Ia menatap foto-foto bersama dengan Ferdi yang di jepitkan di lampu kelap-kelip yang menempel dinding kamarnya. "Rara harus bisa menahan rindu. Rara harus mengerti seperti apa saat ini kondisinya Bang Ferdi. Bang Ferdi begitu bersemangat untuk berjuang menunjukkan ke Daddy Kalau bang Ferdi itu memang bisa menjadi menantu yang baik. Sehingga Bang menunjukkan bahwa dia mampu menerima tantangan yang diberikan oleh Daddy. Meskipun Rara sangat rindu tapi Rara harus bisa mengalahkan kerinduan ini dengan mendo’akan dan mendukung Bang Ferdi." Azahra berbicara sendiri sambil menatap foto-foto pria yang begitu sangat dirindukannya. Sudah hampir 3 bulan dirinya tidak bertemu dengan pria itu. Setiap kali melakukan komunikasi, mendengar suara pria itu melalui sambungan telepon, memandang wajah pria itu melalui sambungan video call membuat kerinduan semakin besar dirasakan Azahra.Azahra memandang layar ponselnya hari ini pria itu begitu sangat sibuk sehing
Ferdi terbangun ketika mendengar panggilan dari ponselnya. Pria itu melihat sambungan telepon dari calon istrinya.“Halo assalamu’alaikum,” ucapnya dengan suara yang serak ciri khas orang yang baru bangun tidur."Halo Abang baru bangun tidur ya?" Azahra bisa menduga dari suara pria yang mengangkat sambungan teleponnya."Ya Sayang,” jawab Ferdi dengan mata yang masih terpejam."Abang apa kesiangan ya bangunnya, ini udah jam 6," Azahra mengingatkan."Astaghfirullahaladzim." Ferdi mengucap ketika menyadari dirinya yang terlambat bangun subuh."Tidur jam berapa semalam?" tanya Azahra."Jam 3 Dek, kesiangan Abang bangunnya. Abang wudhu sebentar ya mau sholat," ucapnya."Iya Assalamu;alaikum," ucap Azahra."Wa’alaikumsalam," jawab Ferdi.Ferdi bergegas ke kamar mandi. Pria itu berwudhu dan kemudian melakukan shalat subuhnya.Setelah selesai shalat Ferdi langsung mandi dan
"Halo Assalamu’alaikum." Ferdi tersenyum lebar saat mengangkat sambungan video call dari calon istrinya.“Wa’alaikumsalam Abang sudah selesai rapatnya,” tanya Azahra. Sejak tadi Azahra begitu sangat tidak tenang. Ingin rasanya dirinya menghubungi nomor ponsel milik calon suaminya. Namun Azahra membatalkan niatnya. ia tidak ingin membuat konsentrasi pria tersebut hilang.“Alhamdulillah sudah selesai. Alhamdulillah juga semuanya berjalan dengan sangat baik karena do’a dari calon istri,” ucap Ferdi tersenyum.“Kapan hasil penentuannya,” tanya Azahra.“Tiga hari lagi akan diinformasikan siapa yang berhak untuk duduk di kursi direktur. Abang tidak terlalu mempermasalahkan tentang jabatan yang pasti Abang sudah berusaha Dek,” ucap Ferdi.Azahra tersenyum mendengar ucapan pria tersebut.“Usaha dapatkan adek.” Ferdi berkata dengan tersenyum.Mata Azahra terbuk
"Kami tidak punya waktu untuk berbasa-basi," ucap pria yang mulai menyerangnya."Aku tidak mengenali kalian, selama ini aku juga tidak punya urusan dengan kalian. Sebenarnya apa tujuan kalian?" Ferdi bertanya."Tujuan kami hanya uang dan akan menghabisi mu sesuai perintah orang yang telah memberi kami uang.”Dengan gerak cepat Ferdi menahan tangan pria yang akan mendarat ke wajahnya dan melakukan serangan balik. Ferdi mengarahkan tendangannya tepat di bagian kepala pria tersebut.Pria bertubuh tinggi dengan kulit berwarna gelap itu tidak mampu menghindar dari serangan lawannya. Pria itu dengan sangat sulit mempertahankan tubuhnya yang saat ini sudah tampak mulai kehilangan kestabilan. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menghilangkan rasa pusing dan juga sakit di bagian kepala tersebut.Tanpa memberi kesempatan kepada lawannya Ferdi kembali menyerang pria itu. Ia melakukan gerakan salto dan menendang dengan keras dada pria itu dengan kedu
Azahra begitu sangat tidak mengerti dengan apa yang saat ini terjadi. Namun melihat wajah mommynya, Azahra merasakan sesuatu yang sangat tidak enak di hatinya. Azahra memandang mommynya dengan berbagai pertanyaan. "Mom kita mau ke mana?" Azahra kembali bertanya."Nanti mommy akan cerita, sekarang ikut dulu sama mommy." Alisa tidak mampu untuk mengatakan apa yang saat ini telah terjadi. Ia hanya memegang erat tangan putrinya.Azahra menganggukkan kepalanya. "Daddy sekarang di mana mom?" Azahra begitu sangat takut bila hal tidak baik terjadi dengan Daddynya. “Tidak biasanya mommy seperti ini. Selama ini mommynya selalu bepergian bersama dengan Daddy, tapi sekarang mengapa mommy membawa Rara pergi seperti ini," Azahra bertanya di dalam hatinya. Penampilan mommynya tidak seperti biasanya yang selalu terlihat cantik dan modis. Saat ini mommynya tidak memakai polesan make up di wajahnya, pakaian yang dikenakan mommynya hanya baju rumah dan juga jilbab. Seda
Azahra membuka pintu ruang ICU, Ia melangkah kan kaki nya ke dalam ruangan tersebut dengan sangat pelan. Suara alat- alat yang berbunyi di dalam ruangan tersebut membuat Azahra merasa sangat takut. Ia tidak ingin calon suaminya meninggalkannya. Membayangkan nya saja sudah membuat dirinya merasa lemas.Azahra menarik kursi yang ada di ruang tersebut. "bang, abang baik-baik saja kan? Rara tau, Abang sangat kuat. Sampai sekarang Rara masih gak ngerti dengan apa yang terjadi. Semua ini seperti mimpi. Gak ada yang mau cerita ke Rara."Azahra mengusap air matanya.“Rara mohon, Abang jangan tinggalkan Rara. Rara cinta abang, Rara sayang abang." Azhara sambil memegang telapak tangan lebar milik Ferdi dan menempelkannya di pipinya."Abang sudah janji, akan bawa Rara jalan-jalan. Abang bilang bakal bawa Rara dan Akbar Main seharian. Sampai sekarang Akbar masih nungguin abang bawa dia jalan. Akbar nanyain Abang setiap hari. Akbar juga selalu menghitung ber