"Minum?" Reyhan menyodorkan sekaleng soda pada Hardin.
"Thank's," Hardin menerimanya tanpa ekspresi.
Reyhan mengambil posisi duduk di sebelah Hardin. Malam itu begitu dingin. Reyhan beberapa kali terlihat merapatkan jaket denimnya.
Kini mereka tengah duduk di outdoor pool hotel mercure yang langsung menghadap ke arah pantai. Debur ombak terdengar di kejauhan. Memecah keheningan di antara mereka.
"Ada masalah?" akhirnya Reyhan buka suara juga. Dia merasa penasaran dengan apa yang baru saja terjadi. Hal apa yang sampai membuat Katrina menangis?
"Nggak ada," jawab Hardin singkat. Kalaupun iya, Hardin jelas tidak akan menceritaka
Hari ini Hardin sudah mempersiapkan segalanya. Dia sudah menyuruh beberapa orang bayarannya untuk membuat surprise kecil-kecilan di tepi Pantai Kuta. Hal ini dia lakukan demi memuluskan niatnya.Rencananya hari ini Hardin akan mengutarakan isi hatinya kepada Katrina. Di tepi pantai Kuta.Dia tidak akan menunda-nunda lagi. Perasaannya pada Katrina benar-benar membuatnya tidak nyenyak tidur.Hardin sudah selesai berpakaian. Gayanya pagi ini terlihat santai tapi tetap maskulin. Dia mengenakan kemeja berlengan pendek dengan motif floral serta celana kargo berwarna coklat.Hardin terlihat asyik menata rambutnya dengan pomade sambil sesekali bersiul-siul kecil ketika sebuah berita tersiar dari tel
Tragedi bom bunuh diri yang terjadi di Surabaya langsung menjadi sorotan media.Sejak kemarin siang saat pertama kali Hardin tiba di rumah sakit terdekat dari lokasi kejadian, Hardin melihat banyak para pemburu berita yang berlalu lalang di sekitar halaman rumah sakit tersebut.Omah, Opah, Kak Zaenab, Bibi Atiqah, Mang Fu'ad dan Mang Adnan sudah sampai sejak pukul 02.00 WIB dini hari. Mereka juga terlihat sangat shock melihat keadaan Arini.Hardin baru saja selesai menunaikan shalat shubuh. Lalu dia berjalan ke area luar rumah sakit untuk membeli makanan. Sejak kemarin siang Katrina belum makan. Hardin jelas merasa khawatir. Hardin sangat mengerti apa yang kini dirasakan istri tercintanya itu. Terlebih saat pertama kali Katrina melihat kondisi sang Ibunda.
Opah dan Omah sedang di rumah sakit Manyar Medical tempat menampung korban bom gereja di surabaya kemarin, Ibu Katrina menjadi salah satu korban bom yang meledak di gereja santa maria tak bercela saat beliau sedang beribadah," begitulah penuturan sang Opah di telepon kepada Anggia beberapa jam tadi."Jadi, maksud Opah, Ibu Kak Katrina tinggal di surabaya, dan dia beragama Kristen?""Iya, Gia. Memang kamu belum tahu ya? Katrina itu seorang muallaf, sebelumnya dia tinggal di surabaya bersama Ibunya,"Anggia yang saat itu baru saja terbangun dari tidurnya di sebuah kamar hotel dan tiba-tiba menerima telepon dari sang Opah, jelas dibuat sangat-sangat shock. Hingga akhirnya dia langsung bangkit, mengambil tas selempangnya dan langsung pergi meninggalkan hotel, t
Proses pemakaman Arini berjalan dengan lancar. Kini segenap keluarga itu tengah berkumpul di rumah Katrina di Surabaya. Mengistirahatkan sejenak raga mereka yang kelelahan. Malam ini mereka memutuskan untuk bermalam disini. Dan besok baru berangkat kembali ke Bandung."Perasaanku tidak enak, Hardin. Sejak kejadian dirumah sakit tadi, Anggi jadi lebih banyak diam," ucap Katrina begitu Hardin masuk ke kamarnya."Aku juga menangkap hal yang aneh dari sikap Gia, berharap saja semoga tidak terjadi apa-apa padanya. Aku sudah menyuruh Reyhan untuk terus mengawasi Gia," Hardin merebahkan dirinya di atas kasur lantai di kamar Katrina. Lalu matanya menyapu setiap sudut di ruangan itu."Ini kamarmu?" tanya Hardin.
Hari-hari datang, diam dan pergi.Berlalu meninggalkan sejuta kelakar indah, sejuta goresan tajam hingga menyisakan tawa, tangis, bahagia, marah, rindu, sesal dan kecewa...Reyhan sudah berusaha membuktikan hingga titik akhir perjuangannya bahwa dia serius untuk menjalin hubungan dengan Anggia. Dia serius menjadikan Anggia sebagai pendamping seumur hidupnya. Meski nyatanya sekuat apapun dia berusaha menata hatinya, perasaannya pada Anggia hanya sebatas kasih sayang, bukan cinta. Tapi Reyhan belum mau menyerah.Hari ini Reyhan sudah janjian dengan Hardin untuk bertemu di Jakarta. Reyhan sengaja mengajak Anggia. Walau pada awalnya Anggia ogah-ogahan. Jelas dia sangat tidak nyaman jika melihat calon suaminya harus kembali bertemu dengan sang Mantan pacar yang
Lokasi Villa yang di sewa Hardin memang cukup jauh dari jalan raya puncak. Lokasi itu memasuki kawasan perkebunan teh terlebih dahulu. Jadi bisa di pastikan kondisi jalanan sangat sepi di malam hari. Belum lagi dalam kondisi cuaca seperti malam ini.Reyhan bergegas masuk ke dalam Villa sebelum sempat menjawab pertanyaan Katrina."Kunci mobil Hardin dimana?" tanya Reyhan panik.Katrina berlari ke dalam kamarnya. Mengambil kunci mobil di atas meja rias. Dan memberikannya pada Reyhan."Ada apa ini, Kak? Itu baju Kakak kenapa berdarah?" Katrina kembali bertanya. Dia mulai menangis.Reyhan berlari ke arah kamar Anggia.
Katrina masih berjalan kaki menuju villa ketika dilihatnya mobil Hardin melesat bak anah panah melewatinya.Coba itu? Bahkan mereka tidak sama sekali menawarkan tumpangan pada dirinya. Katrina dibuat semakin jengkel."Ayo naik," kali ini sebuah suara terdengar. Suara Hardin. Ternyata dia sedang mengendarai motor matic si penjaga villa yang tadi dia pinjam. Motor itu melaju pelan di samping Katrina.Katrina melipat tangannya di dada. Dia langsung melengos.Enak saja. Tidak segampang itu Katrina akan memaafkannya. Katrina benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang ada dikepala suaminya, hingga dengan begitu tega membohongi istrinya sendiri, hanya demi sebuah pengakuan.
Acara barbeque sudah selesai. Katrina sedang mencuci piring di dapur, ketika Anggia datang menghampirinya."Perlu bantuan?" tanya Anggia."Eh, nggak usah, Nggi. Udah mau selesai kok." Katrina menjawab seraya tersenyum dari balik cadarnya."Lo serius cinta sama Aa gue?" Anggia kembali bertanya. Matanya menatap wajah Katrina lekat-lekat. Ekspresinya terlihat datar. Sebenarnya Anggia benci jika harus berbicara dengan Katrina sementara dia tidak bisa menerka-nerka ekspresi wajah sahabatnya itu sebab tertutup cadar. Jadi, Anggia hanya bisa menebak melalui tatapan mata Katrina saja. Jelas itu bukan hal yang mudah baginya.Katrina langsung berhenti dengan kegiatannya begitu mendengar kalimat yang d