"Siapa pria itu?" balas Hazel juga berbisik."Jadi kalian mau makan atau berdiri disini saja?" tanya Dods yang juga sangat penasaran dengan pria yang bersama Emma."Makan!" seru Leon bersemangat.***Emma tiba tepat waktu di restoran tempat Ethan menunggu. Dia langsung masuk dan matanya langsung menatap Ethan yang memang sengaja duduk searah dengan pintu masuk agar bisa langsung melihat Emma.Jantung Emma berdetak sangat cepat begitu matanya menatap wajah Ethan. Rasanya Emma ingin berlari dan memeluk pria itu.'Emma sial! Kau sedang marah, mengapa malah memikirkan hal yang tidak-tidak?' batin Emma sambil menegakkan tubuhnya.Dia berjalan dengan gugup ke meja Ethan, sementara Ethan menatap Emma dengan mata terpana. Dia tidak mengerti mengapa selama ini dia tidak melihat kecantikan Emma yang begitu terpancar. Apa selama ini dia buta?"Ada apa, Tuan Ethan Logan Navarro?" tanya Emma berusaha tampak dingin."Ayolah Emma, selama ini kita sudah berteman baik. Mengapa harus bersikap seperti i
Emma yang belum sempat duduk langsung berdiri lagi. Kali ini dia menatap Ethan dengan tatapan panik, seakan-akan meminta bantuan. Ethan kembali mendekati Emma dan berdiri tepat di depan Jessica dan Oliver, hingga menutupi Emma dari pandangan Jessica dan Oliver."Kalau kalian mau makan silakan makan dengan tenang. Jangan membuat keributan disini! Kalau kalian mau bicara, kita bicara diluar!" tegas Ethan, membuat Jessica dan Oliver agak ketakutan dengan nada suara Ethan."Aku hanya ingin menyapa sepupuku, apa masalahmu?" tanya Jessica tampak gentar di hadapan Ethan.Ethan mengangkat alisnya dan menatap Jessica seakan-akan dia akan memakan wanita itu. Jessica langsung mundur dan menarik Oliver."Kita makan ditempat lain saja, aku tidak sudi makan dalam satu ruangan dengan orang-orang miskin seperti mereka berdua!" seru Jessica dengan suara keras, sehingga seluruh restoran mendengarnya termasuk rekan-rekan kerja Emma.Hazel segera berdiri dan menemui Emma dengan wajah khawatir begitu kedu
"Tapi apa?" tanya Emma penasaran."Tapi kali ini kita tidak impas lagi. Kau berhutang padaku, karena itu kalau kau membutuhkan pacar palsumu kau harus membayarnya," jawab Ethan sambil tersenyum."Bayar? Berapa aku harus membayarmu? Apakah kekayaanmu sekarang masih kurang?" tanya Emma polos.Ethan langsung tertawa terbahak-bahak, sementara Emma menatapnya dengan bingung."Kekayaanku lebih dari cukup dan aku tidak memintamu untuk membayarku dengan uangmu," jelas Ethan setelah tawanya reda."Jadi kau mau aku membayarmu dengan apa?" tanya Emma panik sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada."Ayolah Emma, kau pikir aku pria seperti apa? Tenang aku tidak memintamu membayarku dengan tubuhmu!" seru Ethan dengan wajah kesal, meski lagi-lagi dia merasa gemas dengan kepolosan Emma."Lalu?""Aku akan memberitahumu besok, apa yang harus kau lakukan untuk membayarku," jawab Ethan sambil mengedipkan satu mata. Emma langsung mengalihkan pandangannya, dia tidak mau Ethan melihat wajahnya bers
"Yeay, akhirnya kita karaoke lagi," seru Leon dengan mikrofon di tangannya.Hazel, Emma dan Dods tertawa melihat tingkah konyol Leon itu. Hazel, Dods dan Leon memesan minuman beralkohol, hanya Emma yang memesan jus. Dia tidak pernah minum alkohol dan tidak tertarik mencobanya. Hidup dengan ibunya membuat Emma sangat selektif dengan apa yang masuk ke tubuhnya."Ayo Emma, berdiri dan majulah! Kali ini kau harus menyanyikan lagu bersemangat!" panggil Leon dengan mikrofon.Hazel segera menarik Emma dan mereka bertiga berjoget sambil melompat-lompat. Sementara Dods tetap duduk dengan tenang di kursinya.Dods sedang mengambil gelas minumannya ketika melihat ada panggilan di telepon Emma yamng terletak di meja. Suara musik yang keras membuat Emma tidak menyadari kalau teleponnya berbunyi. Dods menatap layar telepon Emma, nama yang sama muncul. Kali ini Dods yakin peneleponnya adalah Ethan, bukan Tony seperti yang dia duga sebelumnya. Dods langsung mengambil telepon Emma. Dia mematikan telep
Mereka tiba di depan gedung karaoke, ketika Emma tiba-tiba pingsan."Emma!" teriak Hazel lalu segera berlari ke arah Emma."Kau masuklah! Aku akan mengurusnya!" bentak Dods yang kesal karena Hazel terus saja menempel pada Emma."Aku yang akan mengurusnya."Tiba-tiba Ethan muncul dengan setelan jas, karena dia melarikan diri dari rapat untuk mencari tahu keberadaan Emma.Ethan segera mendorong Dods dan membopong Emma yang sudah tidak sadarkan diri."Siapa kau berani-beraninya membawa Emma?" teriak Dods marah."Aku kekasihnya!" jawab Ethan singkat dengan suara gelap dan berwibawa lalu segera membalikkan tubuhnya dan berjalan ke mobilnya."Ethan, bolehkah aku juga ikut? Aku khawatir dengan Emma," ucap Hazel memohon."Masuklah," jawab Ethan santai.Sementara Dods masih berdiri mematung, dia mengepalkan tangannya dengan kuat hingga memutih. Kali ini dia marah, benar-benar marah.***"Apa yang terjadi? Berapa banyak alkohol yang dia konsumsi?" tanya Ethan pada Hazel saat menunggu Emma diper
"Apa? Kau sedang bercanda bukan?" tanya Hazel dengan wajah panik."Tidak, namanya Ethan Logan Navarro, putra dari pemilik Atlantis Grup," jawab Emma meyakinkan Hazel."Aku pasti sudah gila! Aku memanggil namanya dengan santai, bahkan menyebut dia pembohong! Aku sudah tamat! Kenapa kau baru mengatakannya sekarang?" teriak Hazel yang menyesali semua tindakannya kepada Ethan. Dia mengacak-acak rambutnya karena tidak percaya dengan kenyataan yang baru saja dia dengar."Karena kau sudah keterlaluan. Kau bahkan tidak mengenalnya, tapi kau terus-terusan menghinanya.""Emma! Kau benar-benar sudah mendorongku ke jurang! Apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Hazel hampir menangis."Tidak usah melakukan apa-apa, berpura-pura saja tidak tahu kalau dia adalah putra mahkota Atantis Grup. Dan ingat, jangan memberitahu siapapun!" jawab Emma santai."Kau benar-benar gila!" maki Hazel dengan bibir bergetar. Emma tertawa melihat kepanikan Hazel."Jadi, apa kalian benar-benar berpacaran?"Hazel men
"Apa maksudmu?" tanya Emma mengernyitkan dahi."Sebenarnya aku sudah mencoba mengacuhkan kecurigaanku, tapi gelagatnya malah membuatku semakin yakin dengan kecurigaanku.""Kenapa kau curiga?" Emma menarik tangan Hazel agar gadis itu duduk di sampingnya."Semalam ketika kita sedang bernyanyi, aku tidak sengaja melihat Dods mengaduk-aduk minumanmu. Bukankah itu mencurigakan?""Memangnya kenapa kalau dia mengaduk minumanku?" tanya Emma yang merasa Hazel agak berlebihan."Untuk apa dia melakukannya? Aku yakin dialah yang memasukkan alkohol ke dalam minumanmu. Dia pasti merencanakan sesuatu yang buruk terhadapmu.""Hazel, apa kau yakin dengan tuduhanmu ini? Kau tahu kalau itu bisa saja menjadi fitnah?" Emma menatap Hazel dengan mata membesar."Tentu saja aku tidak seratus persen yakin. Tapi bukankah lebih baik untuk berhati-hati?" tanya Hazel mencoba meyakinkan Emma."Aku ...." Emma tidak ingin terpengaruh dengan tuduhan Hazel, tapi keraguan terhadap Dods mulai muncul di dalam hatinya."
"Tuan Dods," seru Hazel dan Emma bersamaan."Aku memang masih harus beristirahat, tapi aku kedatangan temanku yang sangat membutuhkan bantuan. Jadi aku keluar untuk membantunya," jawab Emma gugup."Bantuan apa yang harus kau berikan di toko furnitur?" tanya Dods sambil mengernyitkan dahi."Ceritanya panjang. Maaf Tuan, tapi kami harus segera pergi sekarang," jawab Emma lalu segera menarik lengan Alice dan keluar dengan terburu-buru. Hazel segera mengikuti Emma tanpa menatap Dods.Mereka bertiga segera masuk ke dalam taksi kosong yang sedang berhenti di depan toko, lalu segera meminta supir taksi itu untuk menjalankan taksinya.Hazel dan Emma langsung membuang napas dengan keras, membuat Alice bingung."Bagaimana dia bisa tahu kalau kita kesana? Apa dia mengikuti kita? Wah, pria itu benar-benar menakutkan!" seru Hazel dengan tidak percaya.Mereka bertiga segera pulang dan memutuskan untuk memesan makanan pesan antar, karena khawatir Dods akan mengikuti mereka.***Alice dan Hazel sibuk