"Astaga, Aya. Baru saja jam dua belas malam, masih pagi tauu.!" Indri membalas ku dengan bercanda.
"Ih, pagii dari Hongkong??" Aku terpaksa tertawa dan membalas candaan nya.
"Tapi aku sudah tidur ini, Indri. Besok aja lagi kamu telfon yah, Genk!" Seruku kepada Indri.
"Oke oke siap, Aya. Lanjutkan deh tidurnya, soalnya aku masih begadang ini, Aya. Terus kepikiran mau nelfon gangguin kamu." Di ujung telepon Indri tertawa gembira.
"Ihh jahil kamu yah!" Seruku agak dongkol dikerjain oleh Indri.
"Sudahlah, kamu istirahat juga, Indri. Besok kita ketemu di Kampus yah." Kataku sembari menguap.
"Iya deh, oke deh. Selamat malam, Aya sayang. Selamat bermimpi indah yahh!" Seru Indri sembari menutup telfonnya.
"Ingat loh, Aya. Besok itu sepulang kuliah kita ada tugas ekskul, jadi besok jangan lupa kamu bawa pakaian olahraga untuk nanti di pakai saat kegiatan ekskul tersebut. Ingat loh yah, jangan lupa! Soalnya repot kan kalau kamu gak
"Loh, sejak balik dari Soppeng kalian belum pernah ketemu?" Lenny banyak tanya banget, kataku dalam hati. "Iyoo, Len. Kak Adit nelfon aku aja belum pernah ini" kataku pelan. "Oh ya ampun. Kak Adit kok cuek gitu yah!" Kata Lenny dengan suara sedikit meninggi. "Huss, jangan gitu, Len. Mungkin dia sibuk.!" Kataku membela Kak Adit walau aku juga heran kenapa dia belum menelfon ku. "Udah yuk makan dulu yuk. Aku sudah siapin makanan ini!" Seru Indri memanggil kami makan. "Ayuh deh, lapar inii.!" Seru aku dan Lenny sembari tersenyum. Ntar malam kita jalan-jalan yuk!" Aku lagi santai di rumah ketika Kakak Bermata Dingin menelfon ku. "Jalan-jalan ke mana, Kak?" Aku pura-pura bertanya padahal aku seneng banget di telfon Kak Adit. "Bagusnya kita jalan kemana?" Kak Adit malah balik bertanya. "Aku sih ikut aja deh, terserah Kak Adit saja mau kemana." Aku memelankan suaraku biar Kak Adit tidak tahu kalau aku sangat sena
Aku minuman ringan aja, Kak. Kalau ada jus Alpukat yah itu aja, Kak." Kataku sambil berbisik juga di telinga Kak Adit. "Okey Aya sayang, tunggu yah!" Kata Kak Adit kemudian berjalan ke sebuah bar tender. Aku mengedarkan pandangan ku. Aku yang baru pertama kali ini masuk ke tempat seperti ini sebenarnya merasa kurang nyaman dengan suara musik yang demikian keras. Tapi aku mencoba senyaman mungkin, aku tidak ingin Kak Adit menilai aku kampungan bila aku menunjukkan ketidak nyamanan ku. "Aduhh, tempat apaan sih ini? Bisa marah Papa dan Mamaku kalau tahu aku ke tempat seperti ini!" Bisikku dalam hati. Tidak berapa lama kemudian Kak Adit sudah datang dengan dua gelas minuman di tangannya. "Jus Alpukat gak ada, Aya. Tapi ini enak juga kok rasa jus buah begitu!" Seru Kak Adit agak keras untuk menutupi suara musik yang hingar-bingar. "Makasih Kak!" Seruku sambil mengambil minuman yang disodorkan Kak Adit kepada ku. "Oh ya,
"Maafkan aku Tuhan, kalau aku benar-benar telah melakukannya!" Aku benar-benar menyesal seandainya benar seperti yang aku fikirkan. "Kak Adit, bangun dong," tapi Kak Adit masih tertidur dan kepalaku juga masih terasa pening, akhirnya aku juga kembali tertidur dan tidak ingat apa-apa lagi. Sejak kejadian itu, aku mulai berbohong kepada Papa dan Mama. Aku katakan bahwa malam itu aku terpaksa menginap di kosan Indri karena motor ku tiba-tiba mogok tidak mau jalan. Aku juga berbohong kepada Indri dan Lenny kalau aku pernah menginap di tempat asing berdua dengan Kak Adit. Aku mulai berbohong karena aku masih tidak merasa yakin bahwa kejadian itu benar-benar telah menimpaku. Dan aku mulai berbohong kepada diri ku sendiri bahwa aku baik-baik saja dengan keadaan ini. Aku takut untuk bercerita kepada siapa pun. Aku masih semester satu dan aku masih berusia sembilan belas tahun. "Apakah aku harus bercerita kepada Papa dan Mamaku bahwa aku sudah melakukan perbuata
Sore ini aku sudah merasa agak sehat dan memutuskan untuk pergi jalan-jalan ke sebuah Mall terbesar di kota ku. Aku memutuskan untuk pergi sendiri dan tidak mengajak teman-teman Genk ku. Aku sudah memberi tahu mereka bahwa aku kurang sehat dan kepengen istirahat dulu untuk sementara waktu, dan My Genk tidak banyak bertanya lagi setelah aku menjelaskan pengen istirahat saja. Padahal sebenarnya aku ingin menyendiri untuk sementara waktu. Sejak peristiwa kelabu malam itu, rasanya aku ingin menyembunyikan diri ku sejauh mungkin dari keramaian. Tapi sekarang aku mencoba menguatkan diriku dan ingin mencoba berjalan-jalan di sebuah Mall yang ramai dan penuh dengan pengunjung. Aku tidak ingin larut berlama-lama dalam kesedihan dan keputusasaan seperti yang ku alami sekarang. Setelah sampai di halaman Mall, aku mencari tempat parkir untuk motorku kemudian berjalan memasuki Mall tersebut. Sebenarnya aku tidak berniat untuk membeli apapun. Aku hanya
Maaa.. El main yang itu yah!" El menunjuk sebuah permainan balapan mobil. "El, ini ada Tante Aya. Ayo kesini dulu!" El kemudian berlari mendekat setelah dia melihatku. "Tantee Ayaaa..! El kangeenn..!" Seru El kemudian berlari ke pelukanku. "El, sayangg..! Tante Aya juga rindu sayang!" Kepeluk dan kucium keponakanku dengan rasa rindu. "Papa El, mana Tante?" El menanyakan Papanya sambil menatap ku. "Papa El, kerja nak! El mau ketemu Papa?" Aku tersenyum melihat El menganggukkan kepalanya. "Iyaa, El mau ketemu Papa.!" Sahut El dengan riang. "Kalau begitu ayo ikut Tante Aya, kita ketemu Papa yuk!" Ajakku kepada El yang langsung menatap ke Mamanya minta persetujuan Kakak Iparku. "Nanti saja kita ketemu Papa, yah Nak! Papa sekarang sibuk kerja, sayang!" Rupanya Kakak Iparku masih tidak mau menemui Kakakku. Aku menarik nafas dalam-dalam sembari mencium El dan berkata "El main lagi sana. Tante Aya tungguin El disini yah
"Endi masih di kantor. Tumben Mama nelfon?" Kakakku Endi malah balas bertanya kepada Mama. "Gini loh, tadi Aya cerita ketemu sama Dian di Mall." Mama mulai menceritakan pertemuan ku dengan Kak Dian kepada Kak Endi. "Terus gimana, Ma?" "Gini loh, Endii.! Mama mau, kamu pergi cari si Dian itu terus ambilkan Cucu Mama,!" Kata Mamaku dengan nada tinggi. "Tapi sekarang Dian dimana, Ma? Aku tidak tahu tempat tinggalnya!" Sahut Kakakku Endi dari seberang telfon. "Coba kamu ke tempat kos nya yang dulu. Siapa tahu teman-temannya disitu ada yang tahu dimana sekarang Dian tinggal!" Kelihatan sekali Mama sangat rindu ingin bertemu Cucu nya. "Okey, baiklah. Sepulang kerja ini aku akan mengecek ke kosnya yang dulu, Ma!" Sahut Kakakku cepat. "Okey kalau begitu, Nak. Pokoknya kamu harus cari Cucu Mama sampai ketemu!" Seru Mama kepada Kakakku. "Okey, Ma. Doakan Endi ketemu dengan mereka yah. Sekarang Endi kerja
Kak Endi memberi salam lagi dengan suara agak di keraskan. "Assalamualaikuuum..!" Tetap saja tidak ada balasan dari dalam kamar. "Cari siapa Kak?" Tiba-tiba ada yang menegur Kak Endi dari belakang. "Oh ini, Mbak. Aku cari penghuni kamar ini, Mbak!" Aku memutar badanku dan menjawab pertanyaan Mbak yang tiba-tiba muncul di belakang ku. "Kebetulan yang tinggal di kamar ini sementara keluar, Kak. Mungkin sebentar malam baru balik!" Ujar Mbak itu. "Kalau boleh tahu yang tinggal di sini namanya siapa, Mbak?" Aku ingin memastikan semoga Dian yang tinggal di kamar ini. "Yang tinggal di kamar ini namanya Yulia, Kak. Dia kebetulan lagi kuliah sore sampai malam.!" Mbak itu menjelaskan ternyata bukan Dian yang tinggal di kamar ini. "Oh kalau begitu saya salah alamat, Mbak. Makasih banyak infonya ya, Mbak!" Ucapku sambil mengatupkan kedua tanganku tanda mengucapkan terima kasih. "Oiya, terima kasih kembali, Kak!" Ucap Mbak itu
"Hari ini Aya sudah mau masuk kuliah lagi, Pa" kataku ke Papa kemudian duduk di samping Mama. "Kamu sudah sehat kan, Aya? Kalau belum sehat jangan di paksa dulu, Nak." Ujar Mama sembari menuangkan teh panas untukku. "Alhamdulillaah, Aya sudah sehat, Ma!" Ujarku kepada Mama, padahal di dalam hati aku berkata "Tapi hatiku masih sakit, Ma!" "Syukurlah kalau begitu, sayang. Karena kamu juga sudah seminggu istirahat kan, pasti pasti mata kuliah mu yang ketinggalan, Nak" "Iya, bener, Ma. Aya harus kerja keras ini kejar ketinggalan, Aya." Kataku sambil memasukkan suapan terakhir ke mulutku. "Kalau begitu Aya berangkat dulu, Ma, Pa. Assalamualaikum!" Ujarku sembari bangkit dan mencium tangan Papa dan Mama ku. "Waalaikum salam. Hati-hati di jalan yah, Nak!" Seru Papa dan Mama berbarengan. "Oke deh, Assalamualaikum!" Ucapku mengucap salam lagi kemudian berjalan ke luar menuju ke sepeda motor ku. Aku men