Bab 9
Sejak Kakak Bermata Dingin bermalam minggu bersamaku saat syukuran ulang tahun Indri di Pantai Losari Lego-lego, setiap malam Minggu pasti aku akan menjemput Kakak Bermata Dingin di Kampus kemudian kami akan jalan untuk bermalam minggu berdua.
Entah kami hanya sekedar nongkrong di Pantai Losari, atau hanya sekedar keluar makan kemudian pulang.
Aku merasakan Kakak Bermata Dingin mulai menaruh perhatian kepada ku. Tentu saja aku bahagia dengan keadaan ini, tapi juga aku masih di liputi keraguan, bukanlah Kak Adit pernah mengatakan kalau dia sudah punya pacar? Lantas hubungan dengan aku, apa dong? Apakah hubungan kami bisa dikatakan pacaran? Sementara dia belum pernah mengatakan menyukai ku?
"Halo, Kak Adit lagi dimana?" Aku menelepon Kak Adit.
"Aku ada di Kampus,Aya. Kamu sendiri dimana?" Balik tanya Kak Adit.
"Aku di kosan Indri ini Kak, Kakak kalau ada waktu kosong, Kakak kemari yah?" Sahutku kemudian.
"Baiklah, entar sore sepulang kuliah aku kesitu yah". Kata Kak Adit kemudian.
"Okey Kak, di tunggu yah". Kataku sambil menutup telfon.
Aku sedang bersama Indri di kosannya. Aku sebenarnya pengen curhat ke Indri, pengen tahu gimana tanggapan dia tentang perhatian Kak Adit kepada ku. Jujur saja aku masih bingung dengan sikap nya yang terkadang cuek terkadang baik.
"Kenapa sih kamu Ya? Dari tadi manyun aja?" Sergah Indri melihatku tak bersemangat.
"Aku lagi bingung,Ndri" Ujarku
"Kamu bingung kenapa?" Tanya
"Aku bingung dengan sikap Kak Adit, kadang dia baik tapi kadang dia cuek banget!"
"Loh, kan emang gitu dia orangnya, dia kan sibuk banget Aya, belum kuliahnya, belum lagi tugas Asisten nya, belum lagi tugas-tugas kuliah nya sendiri, kan banyak kesibukan nya!" Kata Indri menjelaskan kepada ku
"Iya sih, aku ngerti dia sibuk banget, tapi apa bukan karena dia sudah punya pacar?
"Emang dia sudah punya pacar?" Indri balik bertanya
"Dia kan pernah bilang ke saya kalau pacarnya Kuliah di Unhas" kataku
"Oh yang itu, iya sih aku juga pernah dengar dia punya pacar anak Unhas" kata Indri kemudian sambil menatap ku lekat, dia kemudian melanjutkan "Tapi aku tak yakin mereka masih pacaran deh, sudah 2 malam mingguan ini kalian jalan kan? Berarti mereka mungkin sudah tidak pacaran lagi Aya!" Tebak Indri
"Itulah Indri, aku juga bingung, sebenarnya perasaan Kak Adit itu seperti apa kepada ku, aku juga masih bingung!" Kataku sambil memainkan Handphone ku
Aku sebenarnya ingin menelfon Lenny juga, aku mau minta pendapat nya tentang sikap Kak Adit kepada ku. "Aku telfon Lenny juga gimana Ndri?"
"Indri lagi gak bisa hari ini, Katering Mamanya lagi banyak pesanan katanya tadi" kata Indri lagi.
"Oh pantesan dia nggak masuk kuliah tadi" kataku lagi
"Iya emang gitu, kalau pesanan katering Mamanya banyak, Lenny pasti ga masuk lagi, karena yang bantuin Mamahnya cuma dia doank, adiknya kan semua laki-laki, mana mau terjun ke dapur!" Sergah Indri kemudian.
"Oya Aya, kamu sudah makan? Ayuk deh kita makan dulu!" Ajak Indri sambil membuka makanan yang tadi di belinya di warung.
"Ayuk lah, aku juga lapar ini" kataku sambil berdiri dan berjalan mengambil piring dan sendok.
Akhirnya kami makan ala anak kos-kosan. "Enak juga makanan anak kos yah?" Sahutku tersenyum
"Enaklah, kalau gak enak yah di enak-enakin ajah" kata Indri sambil tersenyum.
Aku juga akhirnya tersenyum dan melupakan sejenak kerisauan ku tentang Kak Adit atau Kakak Bermata Dinginku itu
Sesudah makan, aku dan Indri membuka Laptop dan mengerjakan tugas kuliah kami. Biasanya tugas ini kami simpan di dalam Hardisk yang kemudian tinggal di print kalau kami ingin mencetaknya. Hampir tiga puluh lembar tugas ketikan yang harus di selesaikan. Belum lagi tugas-tugas yang lainnya, ternyata menjadi seorang Mahasiswa itu tidak semudah seperti yang dibayangkan karena tugas-tugasnya banyak banget.
Handphone ku berdering. "Haloo Assalamualaikum,!
Rupanya Kak Adit yang menelfon "Lagi dimana?" Tanyanya
"Aku di kosan Indri,kak!" Sahutku
"Ohya, ntar lagi aku kesitu yah, masih ada tugas ini yang belum selesai!" Ujarnya.
"Okey kak, sip!" Kataku menutup telfon.
Sambil nunggu Kak Adit datang, Aku dan Indri melanjutkan kembali ketikan kami.
Banyak nya tugas kuliah membuat kami siang malam harus menyelesaikan tugas kuliah.
Jam 4:00, Kak Adit nongol di kosan Indri. Kak Adit baru saja keluar dari Laboratorium dan langsung ke kosan. Wajahnya yang tampak lelah tidak menutupi wajahnya yang tampan dan nampak dingin.
"Assalamualaikum" sapanya.
"Waalaikum Salam, ayo masuk kak!" Aku dan Indri barengan membalas salamnya.
"Tugas kalian banyak yah?" Kak Adit pura-pura bertanya padahal dia pasti tahu begitu banyak tugas dari kampus
"Lumayan lah kak, ketikan aku ini aja ada tiga puluh lembar" kataku sedikit meringis
"Di bawa santai aja, nanti juga kelar kok!" Kata Kak Adit santai.
"Iya bener, aku sependapat dengan Kak Adit" Indri nimbrung dan ketawa, kemudian bertanya kepada Kak Adit "Oya, kakak mau minum apa nih?" Tanya Indri.
"Apa ajalah, yang dingin sejuk juga boleh" kata Kak Adit.
"Ok sipp, di tunggu yah kak"
Sambil nunggu Indri buat minum, Kak Adit membantu aku mengetik, aku juga tidak bisa berkata-kata lagi melihat cukup besar perhatiannya kepada ku.
Padahal aku mau menanyakan, apakah Kak Adit masih berhubungan dengan pacarnya yang di Unhas? Tapi aku gak berani rasanya bertanya, aku takut dia akan marah kalau aku menanyakan soal itu.
"Kak Adit, minum dulu yuk!" Indri datang membawa segelas minuman dingin.
"Okey makasih yah" Kata Kak Adit sambil menyeruput minumannya
"Kak, aku tidak tahu mau ngomong apa, soalnya Kak Adit baik banget sama Aya" Bisikku perlahan
Cowok Bermata Dingin ini yang menurut ku sangat tampan dan gagah sedang menatap ku, aku balas menatap mata dinginnya dan ingin rasanya tenggelam di dalam lautan mata dinginnya.
***
Hari ini aku bersemangat sekali mau ke kampus karena ada kuliah praktek sebentar, automatis akan bertemu dengan Kakak Bermata Dingin lagi di Laboratorium Sebelum berangkat aku mematut diriku di depan cermin dan memperhatikan perutku yang masih datar dan kemudian aku pamitan ke Mama "Ma, Aya berangkat dulu Mah!" Kataku sambil mencium tangan Mama. "Okey sayang, hati-hati di jalan yah!" Kata Mama sambil mencium pipiku. Aku mengangguk dan tersenyum kemudian ke Papa dan mencium tangannya juga " Aya berangkat dulu Pa!" "Oke sayang, hati-hati di jalan yah!" Kata Papa sambil mengelus rambutku. "Okey Assalamualaikum!" Jawabku sambil menuju keluar untuk mengambil motor dan langsung gas menuju ke kampus. Sesampai di kampus, aku langsung berjalan menuju ke lantai tiga tempat ruangan Lab Komputer. Sampai di atas ternyata ruangan Lab K
Ayo dong Lenny, jangan menangis, mari fikirkan bersama masalah mu ini!" Ujarku mencoba menghibur Lenny. "Gimana aku nggak sedih Aya, sudah 3 tahun aku gak bertemu Papaku, dan sekarang beliau sakit keras, apakah aku tega sebagai anak untuk tidak pergi menengoknya?" Kata Lenny lirih. "Kamu pergi aja nengok Papamu Len, kalau kamu gak pergi nanti kamu juga akan kepikiran, gimana dong?" Indri memberikan solusi. "Iya Len, kamu berangkat aja, gimana kalau kamu berangkat dengan aku? Aku kepengen lihat kampung, soalnya kampungku jauh sihh!" Aku tiba-tiba saja pengen ke kampung nya Lenny. "Beneran Aya kamu mau ke kampung aku?" Tanya Lenny gak percaya. "Iya bener Len, aku pengen ke kampung kamu, bentar kita izin dulu di kampus kalau kita mau izin 2 hari, gimana?" "Okeylah Aya, kalau aku mah seneng aja kalau kamu ikut, aku ada temen di perjalanan" sahut Lenny dengan gembira. "Iya Len, Insya Allah, semoga Mama dan Papaku juga mengizin
Oke baiklah, kamu siapkan semua yang mau kamu bawa, entar Papa panggil kalau Papa sudah mau berangkat, ok!" "Oke Pah, Aya siap-siap dulu yah!" Kataku sambil berlari ke kamar ku, dan memasukkan beberapa lembar pakaian ke dalam tas ransel yang akan aku bawa. Tiba-tiba Handphone ku berdering, aku lihat ada panggilan masuk dari Lenny "Halo Aya, gimana? Jadi nggak kamu?" Kata Lenny di telfon "Iya Len, jadilah. Papa dan Mama sudah ngizinin kok, ntar aku ke rumahmu sama Papa yah!" Kataku ke Lenny. "Oh syukurlah Aya, aku tunggu yah!" Kata Lenny kemudian. "Okey Len, sipp!" Kataku sambil menutup telfon. Akhirnya aku sudah siap berangkat, aku menuju ke teras untuk menunggu Papa yang lagi berpakaian mau ke kantor nya. Tidak lama kemudian Papa muncul "Ayo kita berangkat!" "Ayoh Pah, Mah Aya berangkat dulu yah!" Kataku sambil mencium tangan Mama. "Okey sayang, hati-hati di jalan yah!" Kata Mama sa
Aku memperhatikan keluar jendela mobil, ternyata kita melewati Kota Maros dan sedang memasuki Kota Pangkep atau Pangkajene Kepulauan. Jalur yang di tempuh berkelok-kelok melewati hutan dan bukit serta berhawa sejuk. Nampak bukit-bukit Karts atau bukit-bukit kapur menjulang tinggi di antara kendaraan yang melintas. Bukit-bukit kapur inilah yang di manfaatkan oleh Pabrik Tonasa untuk membuat semen di Pangkep ini. Setelah mendekati Soppeng, jalur sudah tidak berliku-liku lagi, jalur sudah mulai rata dengan latar gunung dan sawah dimana-mana. Maklumlah Bone dan Soppeng merupakan enam besar lumbung padi terbesar di Sulawesi Selatan sehingga sawah terlihat jelas di manapun. Aku melihat Lenny sudah tertidur di samping ku. Rupanya jalan yang lurus dan sudah mulus memasuki Kota Soppeng membuat dia terbuai di alam mimpi. Aku teringat kalau di Soppeng ini mempunyai tempat wisata menarik seperti Permandian Air Dingin Ompo dan Permandian Air Panas Lejja, dan t
Acin menemani kami menuju Taman Kalong yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah Lenny. Acin berjalan sambil menjelaskan kepada kami, bahwa di Kalong-kalong itu akan datang setelah Matahari terbenam dan akan pergi lagi pada keesokan harinya pada saat Azan Subuh mulai berkumandang. "Ohya Kak, disini ada mitos yang salah bahwa bila ada pendatang yang melintas di bawah pohon asam yang di tinggali Kalong kemudian tiba-tiba terkena kotoran Kalong, maka di yakini akan mendapatkan jodoh orang Soppeng!" Begitu katanya mitosnya Kak. Kata Acin sambil tertawa menatap ku. "Ah yang bener aja kamu Cin, emang beneran tuh mitosnya benar-benar terbukti?" Aku juga tertawa tapi masih kurang percaya dengan mitos tersebut. "Namanya juga mitos Kak, kadang bener kadang nggak" kata Acin kemudian. "Oh kirain beneran deh Acin. Ini kita udah sampai di Taman Kalong, Boleh kamu fotoin Kakak dulu disini yah?" Kataku sambil menyodorka HP ku ke Acin.
Jam 10:00 pagi, Acin sudah datang dari tempat kerjanya. Dia langsung mendatangi dan menyapaku "Pagi Kak Ayaa, lagi bikin apa?" Tanya Acin kepada ku. "Duduk-duduk aja ini Cin, sambil minum teh." Jawabku. "Ohya Kak Aya, gimana kalau aku temenin Kak Aya ke Permandian Air Panas Lejja? Sekalian buat bahan cerita Kakak kalau sudah balik kalau Kakak pernah juga ke Permandian Lejja!" Kata Acin memberiku usul. "Yang bener kamu Cin? Aku sih mau banget lihat kesana Cin!" Kataku berharap bisa ke Permandian Air Panas itu. "Kalau Kakak mau kesana aku siap ngantar kok, tapi tunggu setengah jam aku mandi dulu yah!" Kata Acin lagi. "Okey Cin, aku tunggu yah!" Seruku kepada Acin yang langsung bergegas untuk mandi. Aku mencari Lenny di kamar Papanya dan mengutamakan niatku untuk pergi ke Permandian Air Panas Lejja. "Lenny, boleh nggak aku ke Permandian Air Panas Lejja? Acin barusan bilang dia mau nganterin kalau aku mau kesana!" Kataku kep
Setelah membayar Karcis, kami kemudian masuk dan menuju ke tempat permandian nya. Acin menunjuk sebuah Kolam yang uap nya menggepul- gepul menandakan suhunya yang lumayan panas "Uap Air yang lumayan panas ."Kolam yang itu Kak, saking panasnya kolam tersebut bahkan bisa di gunakan untuk merebus telur karena suhunya yang 60 derajat Celcius!" Kata Acin menunjuk sebuah kolam. "Ah nggak usah kesitu Cin, panas banget. Kita ke kolam yang panasnya sedang aja," Ajakku ke Acin. "Ayuh yang disana Kak, disana bisa berendam bahkan berenang!" Kata Acin dan kami pun menuju kesana. Aku benar-benar ingin menikmati hangatnya uap air panas Lejja yang tersohor ini. Aku pun ke kamar ganti pakaian setelah itu turun ke kolam yang bersuhu tidak terlalu panas tersebut. Byurrr.. Aku menceburkan diriku di Kolam air hangat tersebut, hawa belerang menerpa hidungku, konon karena air yang mempunyai kandungan belerang inilah yang bisa menyembuhkan segala macam penyakit k
"Waalaikum salam" jawab Papa Lenny berbarengan dengan Acin. "Om, Aya pamit yah Om, Acin makasih yah sudah nemenin Kak Aya jalan-jalan" Kataku sambil menyalami Papa Lenny dan Acin. Kemudian kami bergegas naik ke atas mobil dan segera melaju menuju Kota Makassar. Jalur yang ditempuh seperti jalur kemarin yaitu kami lewat Kabupaten Bone melalui jalur Camba yang berkelok-kelok dengan jurang di kiri kanan kami. Aku memilih bersandar santai di tempat dudukku sambil menikmati pemandangan di sepanjang jalan sambil memainkan game di handphone ku. Aku melirik Lenny disamping ku juga sementara asyik memainkan Handphone nya. Kayaknya dia lagi menulis pesan W******p dan aku tidak ingin mengganggunya, aku melanjutkan permainan game ku. Memasuki perbatasan Pangkep dan Maros, mobil kami tiba-tiba melambat dan berhenti. Aku melihat ke depan ternyata sedang terjadi kemacetan. Aku terpaksa bertanya kepada Pak Sopir, "Kenapa berhenti Pak?" "Bi