UNLIMITED KISSES.
EVA mengerjapkan pandangannya beberapa kali sebelum akhirnya memutuskan kalau pria yang barusan mengucapkan kata-kata itu adalah Bruce Spencer Smith. Ia meneguk salivanya kasar. Astaga! Apa yang Bruce lakukan di sini? Dan kenapa pula pria itu bisa melihat dirinya dan Andrew? Apakah… apakah Bruce membuntutinya? Tidak. Itu tidak mungkin terjadi, bukan? Bruce dan dirinya sama sekali tidak punya alasan untuk bertemu. Tentu saja Bruce juga tidak punya alasan membuntutinya seperti sekarang.
“Siapa kau?” Kening Andrew mendadak berkerut dalam. Pria itu memalingkan wajah dan menatap Bruce penuh permusuhan. “Apa yang kaulakukan di tempatku.”
“Kubilang lepaskan dia!” geraman rendah dan buas bangkit dari dada Bruce. Pria itu sama sekali tidak mengalihkan tatapannya dari Andrew.
Andrew tertawa. Cengkeraman tangannya seketika melemah. Eva menggunakan ke
TOUCH ME, PLEASE.EVA mengamati Bruce yang saat ini tengah mengobrol dengan Huxley lewat sambungan telepon. Akhirnya, dia tahu nama pria yang selama ini menjadi tangan kanan Bruce-Huxley. Nama yang cukup menarik dan sepertinya sesuai dengan karakter orangnya. Tegas dan… “Pastikan saat aku tiba di rumah tidak ada siapa pun di sana.”“…”“Jangan banyak bertanya, Hux. Lakukan saja perintahku. Kupastikan aku baik-baik saja.” Pria itu melirik Eva sekilas dengan tatapan nakal.Eva memalingkan wajahnya, kali ini ia merutuki dirinya sendiri karena tidak berpikir dua kali sebelum bertindak. Jika biasanya nia selalu berhati-hati, satu jam yang lalu ia bersikap sangat ceroboh dengan membuat perjanjian paling konyol dengan pria paling arogan di muka bumi. Seandainya saja Eva tidak sedang dalam misi menyelamatkan Andrew, mungkin ia tidak mau direpotkan dengan perjanjian i
THE WORLD OUTSIDE.EVA tahu dia tidak akan bisa berhenti sekarang. Tidak setelah Bruce membaringkannya di atas tempat tidur dalam keadaan tanpa busana. Pria itu menunduk dalam lalu kembali mengecup bibirnya. Sesuatu di antara paha Bruce menggelitik kulitnya yang sensitive hingga Evaa tersentak karenanya.Gerakan itu rupanya disadari oleh Bruce. Dia melepas pagutan bibir mereka lalu menatapnya dengan yang berkobar di sorot matanya. “Apa kau siap?” tanyanya dengan suara serak.“Entahlah. Aku… gugup.”“Aku tahu apa yang kau rasakan.” Bruce mengeucup keningnya lama. “Aku juga. Tapi aku tidak yakin akan melepaskanmu begitu saja. Jadi, sekarang atau nanti, tidak ada bedanya.”Eva membelai dada Bruce lalu menghentikannya tepat di bagian sensitive pria itu. Tangannya mengukur seberapa besar kejantanan Bruce selama beberapa saat. Setelah itu, erangan pelan
MY SOULMATE.BRUCE hanya bisa mendesah pelan saat melihat Eva turun dari ranjang untuk menerima panggilan dari ibunya. Ia ingin sekali mendengarkan apa yang tengah Eva bicarakan dengan sang ibu, tetapi ada hal yang harus ia urus. Ayahnya. Entah mengapa firasatnya mengatakan kalau apa yang akan dikatakan sang ayah bukanlah sesuatu yang baik. “Ya, Dad.”“Di mana kau?” tanya sang ayah tanpa basa-basi.Bruce mendesah, pertanyaan ayahnya sungguh sangat tidak sopan. Tidak bisakah Dewa menanyakan bagaimana kabarnya? Bukannya malah menanyakan keberadaannya. Tanpa bertanya pun, seharusnya sang ayah tahu di mana dirinya berada. “Di rumah. Apa ada yang mengganggumu?” tanya berusaha bersikap setenang mungkin.“Aku akan sampai di rumahmu kurang dari satu jam. Bersiaplah! Ada yang ingin kubicarakan padamu.”Dewa nyaris memutuskan sambungannya, beruntung bagi Bruce ka
CONTENTS OF THE AGREEMENT.BRUCE membawa kedua kakinya menuju ruang makan di mana ia akan menghabiskan makan siang dengan kedua orangtuanya. Ia melangkah dengan gontai dan berat hati. Siapa pun yang berada di posisinya saat ini pasti memilih untuk kabur ataau menghindari pertemuan dengan dua orang keras kepala yang sialnya berstatus sebagai orangtua biologisnya. Bruce mengedarkan pandangan saat hampir tiba di ruang makan. Sebelumnya, ia telah meminta Eva untuk menunggunya di kamar dan untungnya wanita itu tidak keberatan dengan permintaannya.“Mom… Dad…” Bruce memeluk ibu kemudian berganti dengan ayahnya. Tak lupa ia mendaratkan sebuah ciuman di pipi mereka berdua. Seburuk apa pun hubungannya dengan Gadis dan Dewa, Bruce merasa ia tetap harus menghormati mereka. “Maaf membuat kalian menunggu.”“Aku berniat menyusulmu ke kamar. Tapi Huxley melarangku. Apa kau meny
VENEZUELA.HUXLEY menghampiri Bruce yang tengah menghabiskan waktu bersama Eva di pinggir kolam renang sore itu. Setelah puas bercinta, akhirnya Eva bisa keluar dari kamar Bruce. Untung saja Gadis dan Dewa tidak berniat menginap di rumah itu. Mereka memutuskan untuk menginap di hotel dan melanjutkan honeymoon yang sempat tertunda karena harus bertemu dengan Bruce. Setibanya Huxley di dekat mereka, pria itu langsung menyampaikan tujuannya. “Ada panggilan darurat. Apa kau mau menerima atau setidaknya memeriksa pesan dari klien kita?”Bruce memutar bola matanya. “Hux, tidak bisakah aku cuti satu hari saja?”Huxley berpikir sejenak. “Seharusnya, bisa. Tapi ini mendadak dan kita tidak punya waktu untuk membahasnya nanti. Bisa dibilang-““Baiklah, baiklah. Kirimkan data yang harus kuperlajari dan aku akan langsung memeriksanya dari sini. Kau boleh pergi.” Po
A KIDNAPPING.EVA membuka kelopak matanya perlahan setelah terik matahari yang menyilaukan menyerbunya dengan sangat kejam. Setelah semalam begadang karena menunggu Bruce selesai meeting dan melanjutkan percintaan mereka yang sempat tertunda, hari ini ia terbangun setelah terik matahari meninggi. Eva meraba sisi tempat tidurnya dan berharap menemukan Bruce, tapi tidak ada siapa-siapa di sana. Hanya ada guling yang sengaja dipasangkan di pelukannya. Pasti ulah Bruce. Pikirnya dalam hati.Dallas Suite Hotel. Di sanalah ia terbangun dengan hati dongkol karena Bruce meninggalkannya sepagi ini. Eva membuka lebar-lebar matanya lalu berusaha bangkit setelah semua nyawanya terkumpul. Semalam saat mereka masih berada di dalam pesawat Bruce memang mengatakan kalau ia akan pergi pagi-pagi sekali untuk menyelesaikan pekerjaannya. Seharusnya Eva tidak merasa tersinggung, tetapi entah mengapa ia merasa kesal dengan tindakan Bruce t
MORE HELP.BRUCE mendadak panik setelah membaca pesan itu. Wajahnya pucat seolah tidak dialiri darah sejak satu jam yang lalu. Rasa takut menjalar di sepanjang tulang punggungnya. Eva diculik? Ulangnya dalam hati. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa? Apa kah ini jebakan? Ia melirik Huxley dan melihat pria itu terlihat bingung dengan situasi mereka. Saat ini, mereka tidak bisa meninggalkan rapat yang tengah berlangsung. Namun Bruce tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk memastikan kalau Eva baik-baik saja.Dengan perasaan campur aduk, Bruce mengamati Rach. Ia mengetik pesan kepada bodyguard yang bertugas menjaga Eva dan menanyakan kronologi hilangnya Eva. Tak berapa lama kemudian, ia mendapat jawaban. Semuanya berawal dari toko roti saat Eva membantu seorang wanita itu yang terlihat iba. Bruce mengeluh dalam hati. Ia tahu Eva adalah wanita yang baik hatinya dan mustahil membiarkan seseoran
THE TWINCY.BRUCE kembali menyeka air matanya dengan punggung tangan. Entah sudah berapa banyak air mata yang sudah diteteskan untuk menyesali kelalaiannya karena telah membiarkan Eva diculik. Sudah lebih dari 24 jam berlalu dan Bruce belum berhasil menemukan wanita itu. Kepanikan terjadi di rumah kedua orangtunya, rumah keluarga Eva dan rumah keluarga Brooklyn serta di kediaman Alex di Indonesia. Akhirnya berita hilangnya Eva tersebar di seluruh keluarga tersebut karena Bruce dan Romeo tidak berhasil menemukan wanitanya.Karena tidak memiliki pilihan lain, Bruce memutuskan untuk menghubungi keluarganya agar mereka bisa membantu mencari Eva. Keputusan yang sangat berat dan beresiko itu terpaksa ia ambil karena Bruce tidak mau sesuatu terjadi dengan Eva jika ia tidak segera menemukan wanita itu. Hanya selang beberapa menit setelah Huxley menelepon ayahnya, Ava dan Volta bergegas menghubunginya. Ava mengatakan kalau kedua o