Gerda sedang sibuk di dapur untuk mempersiapkan makan malam dibantu oleh Benca. Sementara Lorant dan Gergely sedang duduk di teras menatap langit yang mulai pekat sambil bicara tentang kehidupan Lorant di Arva. Lorant bermaksud memberi pengantar kepada Gergely tentang siapa dirinya, dan bagaimana kehidupannya, untuk memberi gambaran singkat kepada Gergely, bahwa dirinya cukup layak dipertimbangkan sebagai menantu dan pendamping bagi Benca. Gergely tidak ingin membahas tentang apa yang telah dia ketahui bersama istrinya tadi pagi. Bahkan saat makan siangpun mereka hanya bicara tentang hal-hal ringan seputar kehidupan Benca selama delapan belas tahun di tempat yang terpencil. Kenyataan bahwa Benca mengusai sebagian besar ilmu herbal serta keterampilan memasak tentu tidak lagi membuat Lorant bertanya-tanya. Sebab Lorant tahu, Benca mewarisi semua itu dari ibunya. Namun pertanyaan besar tentang ilmu dasar politik maupun kehidupan ala bangsawan termasuk tata krama dalam bersikap sehari
Benca bangun pagi-pagi sekali saat hari masih gelap, lalu membereskan dapur serta menyiapkan kudapan untuk sarapan pagi hari. Ibunya telah lebih dulu membuat adonan roti gandum kesukaan Benca yang dipadukan dengan camembert. Benca suka dengan sensasi lelehan camembert di lidahnya. Disudut, Benca melihat banyak kotak makanan tersusun rapih. Mendadak hatinya sedih "inikah akhir hari bersama kedua orang tuanya setelah delapan belas tahun?" Batin Benca kelu. "Hey, Kamu saudah bangun, sayang?" Gerda yang baru saja menyadari kehadiran Benca di dapur, segera menghampiri putri kesayangannya. Hatinya juga sedih, namun dia berusaha untuk tegar. Bagaimanapun, kebahagiaan Benca adalah yang paling utama. Dengan lembut dia memeluk putri kesayangannya, lalu mencium kening Benca. Dia tidak mampu berkata-kata, takut suaranya akan bergetar, lalu mereka berdua tidak akan mampu membendung tangisan. Yang pada akhirnya, hanya akan menghambat keyakinan Benca untuk pergi bersama Lorant untuk meraih kebahag
Langit mulai redup, meskipun cahaya mentari masih bersinar malu-malu dibalik awan, ketika Benca dan Lorant berhasil mencapai batas desa Arva. Lorant memperhatikan Benca yang belum pernah pergi jauh. Benca terkagum-kagum dengan banyaknya rumah serta beberapa bangunan indah disepanjang jalan. Setiap kali mereka bertemu dengan orang-orang, kebanyakan menunduk hormat pada dirinya dan Benca. Lorant selalu membalas dengan menundukan kepala serta senyuman yang lebar, terkadang juga melambaikan tangan kepada mereka. Lorant tersenyum memperhatikan Benca mengikuti apa yang dilakukan olehnya. Benca tidak menyangka, betapa Lorant sangat di hormati di desa Arva. Meskipun awalnya Benca merasa risih dengan semua perhatian tersebut, namun Benca mencoba untuk membiasakan diri. Seumur hidupnya, hanya Gergely dan Gerda yang berada di dekatnya. Baru lima hari terakhir, Lorant adalah manusia ketiga yang dia kenal selama delapanbelas tahun kehidupannya. Sekarang, tiba-tiba saja ada banyak manusia lain y
Waktu makan malam telah tiba, Erza mampu membuat Ester untuk ikut bergabung dengan janji bahwa dia memiliki suatu kejutan untuk Ester. Menjelang makan malam, Baron Jensey dan Karoly de Czoborszentmihaly yang merupakan kakak kandung dari Baroness Ivett Henrietta de Czoborszentmihaly datang bersama Baron Arpad Czobor de Czoborszentmihaly kakak Erza. Rupanya mereka baru saja mengadakan pertemuan untuk membahas persoalan bisnis dengan situasi kacau yang terjadi di Sisak dan Moslavina. Keluarga Czoborszentmihaly memang terkenal dengan kecakapannya dalam berbisnis. Dan mereka sering mempertahankan bisnis serta kekayaan mereka dengan cara pernikahan antara kerabat dekat, atau dengan bangsawan yang setara kedudukannya. Kehadiran Jensey dan Karoly membawa keceriaan tersendiri, terutama bagi Ester dan Ivett. Sudah lama sekali Ivett tidak bertemu dengan saudaranya, lebih tepatnya sejak dia memutuskan untuk merawat calon mertua perempuannya, di kediaman keluarga Sarvar Felsovidek. Ester sendi
Disaat yang bersamaan, disebuah rumah pohon yang tersembunyi, dua insan dimabuk asmara belum juga menuntaskan hasratnya yang tidak pernah padam selama lebih dari sembilan belas tahun. Mereka seperti tidak mengenal kata lelah. Terus saja bergelut dalam keheningan hutan yang menelan semua rahasia mereka di dekat rumah pohon tempat mereka bertemu bertahun-tahun yang lalu. Meskipun mereka sempat terpisah selama lebih dari empat belas tahun tanpa bertemu sama sekali karena terpisahkan oleh keadaan, namun di lima tahun selanjutnya mereka mulai menemukan jalan untuk bisa saling bertemu, dan di tahun terakhir ini bahkan lebih sering lagi. Rumah pohon yang mengawali pertemuan mereka adalah saksi bisu atas setiap lenguhan dan hasrat asmara yang menggelora antara dua insan tersulut api asmara yang bergejolak. Bagi mereka, strata sosial tidak menghalangi ketertarikan satu sama lain. Mereka menikmati setiap momen dengan penuh perasaan. Segala atribut status sosial ditanggalkan dengan penuh kesa
Ivett memasuki kamarnya dengan kesal, malam ini seharusnya menjadi malam yang paling membahagiakan, karena Lorant kekasih yang selalu dirindukan telah kembali. Namun wanita bernama Benca telah merusak semuanya. Dia merasa sangat tertekan, sepanjang malam Lorant sama sekali tidak menoleh padanya sedikitpun. Meskipun hal itu sangat sering diterimanya, namun tidak dengan tatapan penuh cinta dan sendu pada mata Lorant setiap memandang wanita menyebalkan bernama Benca tersebut di depan matanya. Ivett merasa dunia Lorant hanya dipenuhi oleh Benca, dia seperti terbius. Bahkan sebuah gerakan halus yang dilakukan oleh Benca mampu membuat Lorant menyunggingkan senyuman, sesuatu yang langka dan belum pernah dia terima dari Lorant. Baginya, melihat Lorant tersenyum sudah merupakan berkah, meskipun tidak ditujukan kepada dirinya. Namun, senyuman penuh cinta untuk wanita lain, itu tidak bisa dia tolerir sama sekali. Ketika Ivett menangkap binar cinta di mata Lorant saat memandang Benca, hatinya
Pagi masih terlalu dini, dan di luar masih pekat. Namun Benca sudah mandi dan bersiap-siap menuju dapur. Sekali lagi, Benca akan membuatkan sarapan dengan aneka garnish yang memikat dengan cita rasa yang lezat. Benca berharap hasil karyanya bisa bersaing dengan ibunya. Dia ingin mengulangi kesuksesan semalam. Mempersembahkan keterampilannya di dapur kepada keluarga calon mertuanya. Meskipun Benca bangun dengan tubuh yang pegal-pegal, akibat kurang istirahat. Kemarin seharian dia melakukan perjalanan jauh dari rumahnya menuju Arva. Setelah itu, dia sibuk memasak untuk melaksanakan rencananya bersama Erza dalam rangka mengambil hati keluarga Sarvar Felsovidek, dan dia harus bertahan sampai pesta usai tengan malam. Namun semua itu terbayarkan dengan kebahagiaan saat makan malam bersama keluarga Lorant. Rasa lelahnya seperti menguap entah ke mana. Benca bersyukur memiliki cinta Lorant, juga dukungan persahabatan dari Erza. Dia berharap kebahagiaan ini akan berlangsung selamanya. rasanya
Benca masih dalam tahap akhir merapihkan riasannya ketika pintu kamarnya diketuk, "masuklah, aku sebentar lagi selesai, kamu terlalu mengkhawatirkanku, Erza." Benca menjawab ketukan sambil menatap dirinya di cermin, dia puas dengan riasannya. Saat berbalik, hatinya hampir mencelos, karena Baron Arpad Czobor de Czoborszentmihaly kakak Erza, berdiri di balik punggungnya dengan senyum manis. Benca tidak menduga bahwa yang mengetuk pintu adalah Arpad, dia pikir Erza, sehingga dia menyuruhnya masuk tanpa ragu. Arpad tersenyum menatap Benca, lalu melambaikan tangan kepada pelayan untuk keluar dari kamar. Sejenak Benca merasa gelisah dan tidak nyaman dengan keberadaan laki-laki lain di kamarnya, apalagi kedua pelayan tersebut dengan patuh segera melangkah meninggalkan kamarnya, "Kamu cantik sekali, Benca." Arpad memuji dengan tulus, sementara dengan canggung Benca mencoba tersenyum. "Terima kasih Arpad. Kamu terlalu memuji." Jawab Benca sopan. "Adikku memintaku untuk menjemputmu, dia men