Viky dan Zico merasa berat saat sang guru berada jauh dari mereka. Akan tetapi semangat mereka untuk berlatih dan melatih meneruskan apa yang Andra dan sang ayah angkatnya bangun demi terciptanya penerus -penerus yang memiliki keahliahan luar biasa di bidang seni bela diri. "Baiklah aku tidak bisa berlama-lama di tempat ini, ada yang harus aku kerjakan."
"Terimakasih banyak kalian sudah mau mengurus tempat ini, dan ingat jangan biarkan siapapun masuk ke kamar ayah!" Pesan Andra sebelum meninggalkan rumah itu.
"Baik... kami akan menjalankan tugas sebaik mungkin dan kami pastikan tak akan ada yang masuk ke ruangan itu," jawab Zico.
"Terimakasih!"
"Aku pergi dulu."
Kedua lelaki itu bergegas menuju bandara yang jarak tempuhnya lumayan jauh dari tempat kerja Angkasa. Andra terpaksa memacu mobilnya dengan kecepatan penuh bak di Arena Sirkuit Balap, hingga wajah Angkasa terlihat menegang."Andra kurangi kecepatannya!""Kita bisa tewas jika begini!" Teriak Angkasa ketakutan dengan cara Andra mengemudikan laju mobilnya."Maaf Tuan.. saya hanya takut putri Tuan dalam bahaya," jawab Andra."Jangan khawatir kita sudah berada tidak terlalu jauh dari Bandara!""Dan lagi mengingat kondisi Alexs ia tak akan mungkin bisa menyusul kita dengan kondisinya yang lemah karena serangan yang kau berikan .""Ku rasa kita tidak perlu terlalu khawatir," ucap&nbs
"Ya.. anak itu Andra.""Karena itu ayah sangat yakin pada kemampuan Andra dalam melindungi keluarga Ayah, Andra bukan anak sembarangan.""Kamu harus berbaik hati padanya jangan galak-galak!" Pesan Angkasa Wijaya."Baik Yah... aku mengerti sekarang.""Yah.. apakah Alexs akan terus mengincar keselamatan kita?" Diandra merasa ketakutan ia tidak ingin hidup dalam teror yang akan menghantui hidupnya."Ayah juga tidak bisa menjawab pertanyaanmu, karena ayah tidak bisa menebak isi kepala si Alexs itu." Andai kita bisa membaca fikiran semua orang," sela Diandra.Angkasa menggenggam tangan Diandra beliau mencoba menenangkan putri kesayangannya itu.
Andra berjalan meninggalkan area kafe itu dan kembali ke kediaman Angkasa. Ia masih tak habis fikir Jerry berani menemuinya setelah cukup lama mereka tak bersua.Di depan pintu rumah sang security yang berjaga melihat Andra menuju ke arahnya langsung membukakan pintu. "Tuan Andra mereka tadi siapa, kenapa begitu menyeramkan?" Tanya security itu pada Andra."Dia .. dia itu orang yang suka mencari masalah, nanti jika ia kembali kesini mencariku tolong bilang saja aku tidak di rumah," ucap Andra."Baik Tuan... saya akan melakukan sesuai peemintaan Tuan," jawab petugas keamanan itu.Andra melanjutkan langkahnya menuju
"Bergabunglah dengan club kami!" Suara yang menghentikan langkah Andra. Andra tidak jadi menutup pintu mobilnya. Ia masih duduk sambil menatap seorang laki-laki di hadapannya. Andra mengkerutkan keningnya dan dia menatap tajam ke arah laki-laki itu."Maaf mengganggumu, tapi kami butuh orang sepertimu.""Belum pernah ada yang mengalahkan Westley sebelumnya tapi kamu berhasil menumbangkannya, begitu juga dengan Jack.""Aku tidak tahu siapa kamu tapi melihatmu bertarung sangat memembuatku terpukau," ucap laki-laki itu. "Maaf aku tidak punya banyak waktu karena aku hanya iseng mengikuti pertandingan hari ini.""Aku masih banyak urusan yang harus aku kerjakan, maafkan aku." Andra menutup pintu m
Andra melajukan mobil yang dikendarainya. Sesekali Diandra menoleh kearah jendela melihat pemandangan yang dilaluinya. Tak ada sepatah katapun yang terucap dari mulut keduanya hingga Andra bertanya kemana tujuan gadis itu sebenarnya."Maaf.. tujuan kita kemana?" Andra bingung melajukan kendaraannya ke arah mana."Terserah kamu saja, aku hanya ingin berkeliling." Diandra menjawab pertanyaan Andra tanpa menoleh ke arah Andra ia masih fokus menatap ke luar jendela seakan banyak yang sedang ia fikirkan. Andra pun diam dan melajukan mobil itu menuju pusat kota, karena laki-laki itu bingung jika harus berkeliling tanpa tujuan yang jelas se
Diandra mengikuti langkah Andra menuju mobil mereka yang terparkir di tepi jalan. Andra membukakan pintu mobil untuk putri majikannya yang masih terguncang dengan kejadian yang menimpanya. Gadis itu meletakkan tubuhnya di bangku depan mobilnya. Tepat di sebelah Andra menyetir. Andra membuang puntung rokoknya dan mulai melajukan kembali mobilnya. Gadis di samping Andra itu masih diam seribu bahasa. Sesekali ia menatap sang sopir yang juga fokus berkendara tanpa sepatah kata keluar dari mulutnya. Suasana hening begitu terasa di dalam mobil itu. Tiba-tiba Diandra mulai membuka pembicaraan."Kenapa kamu tadi tidak langsung&nbs
"Ayah angkatku itu mengambilku dari kerasnya hidup di jalanan,kerasnya berjuang di tengah kesendirian, beliau mengajarkan aku menjadi manusia yang lebih manusia." "Hingga sifat liarku perlahan bisa dikendalikannya, tapi aku tetaplah monster dengan masalalu yang gelap, jadi wajar jika anda merasa takut berada bersama mantan pembunuh seperti ku," Terang Andra. Mendengar penuturan Andra mulut gadis itu membisu. Gadis itu mencoba memahami setiap kata dari mulut makhluk yang awalnya dianggapnya angker itu. Dan pemikiran Diandra tentang Andra sedikit berubah. "Sepertinya ada sosok lain dari dalam diri laki-laki ini." "Apakah dia menyimpan banyak&n
"Terserah kamu mau menganggapnya hinaan atau pujian, tapi satu hal yang pasti manusia tak ada yang benar-benar baik ataupun yang benar-benar buruk.""Terkadang keadaan dan lingkungan yang mengubah manusia menjadi seorang monster," ucap Diandra.Andra langsung menoleh dan menatap gadis itu."Kenapa anda bisa berfikir seperti itu?""Apa menurut anda saya bukan orang yang harus ditakuti?""Anda orang kedua yang berfikiran beda setelah mengetahui masa lalu saya, apa ini anda katakan secara sadar?""Saya bisa melakukan apapun pada anda di tempat ini?" Kata Andra mencoba menggertak Diandra."Ya.. aku tahu, tadinya aku berfikir seperti itu, tapi kamu yang bilang se