"Apa kau yakin melakukan ini, Axton ?" Ucap Melly yang membuat Axton meliriknya dengan tatapan dingin.
Mereka saat ini sedang berada di jet pribadi milik Axton yang sedang terbang menuju Las Vegas. Sudah terlalu lama Axton mengundur keberangkatan mereka.Perusahaannya tidak bisa di tinggalkan lebih lama lagi. Banyak pekerjaan yang menantinya. Lagian hasil sudah keluar dan mengatakan jika Ara baik-baik saja jika melakukan penerbangan.Austin sudah kembali ke Las Vegas dua hari yang lalu. Melly yang memang sedang disewa oleh Axton mau tidak mau harus tetap tinggal."Kau kusewa bukan untuk berkomentar" ucap Axton tajam yang membuat Melly memutar matanya.Melly cukup mengenal bagaimana prilaku Axton walaupun dirinya adalah sahabat Austin. Kedua kembaran itu memiliki paras yang sama tetapi memiliki sifat yang sangat berbeda.Axton cenderung lebih kasar, dingin dengan segala sikap arogannya. Sedangkan Austin lebih tenang dan memiliki sikap yang ramah dengan siapapun.Kembar yang tidak sama."Kebahagiaan ibu hamil itu sangat penting. Jika perempuan ini stress itu akan membahayakan kandungannya" ucap Melly yang membuat Axton melirik Ara yang tidur dengan keadaan yang diikat di kursi.Melly sedikit tersenyum melihat reaksi Axton seperti itu. Tidak pernah Melly melihat Axton merespon hal seperti itu. Pria itu cenderung tidak peduli akan apapun."Sesampainya di Las Vegas kau yang harus memeriksa kandungannya selama kehamilan" ucap Axton yang membuat Melly terkekeh."Meminta bantuan ku, Mr. Ellard ?" Ucap Melly dan Axton hanya diam tak menanggapinya.Melly melihat Ara yang tidur dengan pulas karena efek obat yang sudah di berikannya tadi. Perempuan itu terlihat lebih kurus daripada saat pertama kali Melly bertemu dengan perempuan itu."Bersikaplah lebih lembut, dia adalah ibu dari anak-anakmu nanti" ucap Melly dengan suara berbisiknya yang masih dapat di dengar Axton.*-*-*Ara membuka matanya dan suasana kamar yang berbeda dengan terakhir kali di tempati Ara langsung menyambutnya. Ara mendudukkan tubuhnya dan merasakan sesuatu menahan tangannya.Sebuah borgol yang dikaitkan dengan sandaran ranjang membuat Ara terkejut bukan main.Sialan pria itu memborgolnya!Ara berusaha menarik tangannya tetapi hanya rasa sakit yang dirasakannya bahkan tangannya terlihat memerah karena gerakannya"Kau bisa mematahkan tanganmu jika seperti itu"Sebuah suara membuat Ara menoleh dan menemukan Axton berjalan masuk. Ara menatap pria itu dengan kebencian yang begitu kentara."Lepaskan aku! Kau tidak bisa melakukan hal ini padaku" ucap Ara dan Axton hanya tersenyum kecil."Bukankah aku sedang membuktikan jika aku bisa, Casabelle?" Ucap Axton yang membuat Ara memejamkan matanya."Kumohon mengertilah, aku harus menyelesaikan sekolahku. Kelulusan tinggal di depan mata" ucap Ara dengan suara lirihnya.Inilah yang inginkan Mommynya. Dia harus menyelesaikan sekolahnya. Mommy sudah berjuang mati-matian mengumpulkan biaya untukku agar bisa bersekolah dengan baik.Ara tidak bisa mengecewakan orang tuanya itu."Kau tidak perlu melanjutkan kuliahmu. Semua kehidupanmu ke depannya akan kutanggung. Tidak perlu sekolah tinggi-tinggi" ucap Axton yang membuat Ara melototkan matanya."Perlu dan sangat perlu. Jadi kau harus melepaskan aku dan biarkan aku kembali Ke London" teriak Ara dan Axton hanya diam tak menanggapi Ara yang mulai seperti orang gila itu.Axton yang sudah menggunakan celana panjang dan kaos oblongnya itu melangkah mendekati ranjang yang ditempati Ara.Melihat maksud pria itu Ara terlihat ketakutan. Dengan keadaannya yang seperti ini Axton mungkin bisa dengan leluasa menyentuhnya.Ara tidak akan membiarkan hal itu. Awas saja sampai pria itu dengan beraninya menyentuh tubuhnya."Kau mau kemana ? hey!" Axton menghela nafas menatap Ara yang memang seperti orang gila itu."Ini sudah malam dan aku perlu tidur" ucap Axton dengan merenggangkan tubuhnya.Karena gerakan Axton seperti itu membuat perut rata Axton mengintip dari balik kaos. Ara menutup matanya dan tidak bisa mengatakan apapun.Dirinya tidak ingin matanya ternodai. Axton membuka matanya dan menampilkan sebuah senyuman melihat Ara yang memejamkan matanya dengan erat.Axton melangkahkan kakinya mendekat dan hal itu sama sekali tidak di sadari oleh Ara. Perempuan itu masih sibuk memejamkan matanya erat.Axton menundukkan tubuhnya dan mendekatkan bibirnya ke telinga Ara. Perubahan gerak tubuh Ara membuat Axton paham jika perempuan di depannya ini merasakan kehadirannya."Kau tidak hanya pernah melihat perutku, Nona. Bahkan kau sudah menyentuh yang lainnya"Ara langsung melebarkan matanya mendengar ucapan Axton tepat di telinganya. Axton yang sudah memundurkan tubuhnya hanya tersenyum kecil melihat reaksi Ara dengan wajah memerahnya.Dengan perlahan Axton menidurkan tubuhnya di ranjang yang sama dengan Ara tempati saat ini."Kenapa kau tidur di sini ?" Ucap Ara panik yang membuat Axton melirik Ara dengan wajah bingungnya."Ini kamarku" jawaban Axton sukses membuat Ara melebarkan matanya."Jadi kau dan aku akan ?" Ucap Ara yang serikat terbata bingung ingin mengatakan apa yang ada di pikirannya."Buang pikiran kotormu karena kita hanya tidur biasa" Axton memejamkan matanya.Ara menghela nafas pelan dan menggelengkan kepalanya menghapus segala pikiran kotornya."Jika kau ingin lebih juga tidak masalah" lanjut Axton yang sukses membuat Ara menoleh dengan wajah terkejutnya.*-*-*Ara menatap Axton yang terlihat berkaca di kaca besar. Pria itu membenahi letak dasinya. Ara berdecih pelan bagaimana bisa dirinya baru saja memikirkan jika Axton terlihat tampan seperti itu.Pikiran kotornya ini harus segera di enyahkan. Ara begitu berdosa mengatakan jika pria laknat penebar benih itu terlihat tampan.Sekarang yang seharusnya di pikirkannya adalah bagaimana cara untuk kembali ke London untuk mengikuti ujian.Permasalahannya saat ini adalah dirinya harus segera kembali ke negeranya. Ara tidak boleh terus di sini.Seandainya Ara bisa menghubungi teman-temannya mungkin Ara bisa bernafas lega saat ini. Ya bisa meminta bantuan pada Clark dan Frank adalah keajaibannyaKeluarga Clark adalah orang terpandang dan kaya raya. Bahkan mereka memiliki pesawat pribadi yang pastinya bisa menjemputnya kapanpun."Berpikir untuk lepas adalah hal mustahil" ucap Axton yang membuat Ara langsung tersadar dan menoleh.Pria itu sedang menatapnya dari cermin. Wajah datar menyeramkan itu seakan ingin menakut-nakutinya."Aku tidak sedang memikirkan hal itu" ucap Ara dengan nada jengah seakan ingin menutupi apa yang memang di pikirkannya."Sepertinya berbohong bukan keahlianmu" sindir Axton dan Ara hanya memutar matanya.Axton membalikkan badannya dan melangkah mendekati Ara. Pria itu terlihat kesal ketika Ara dengan berani memutar mata seperti itu."Dengar, Casabelle. Aku tidak suka kau berlaku seenaknya denganku. Kau saat ini sedang di bawah kekuasaan ku dan aku ingin kau patuh terhadapku""Memang kenapa jika aku tidak ingin ? Dengar sini Mr. Ellard. Aku tidak akan pernah patuh dengan orang yang mengekang ku" ucap balik Ara yang membuat Axton mengangkat sebelah alisnya."Jika aku tidak mengekangmu apa kau akan patuh padaku ?"Ara terlihat menimang-nimang dengan jawaban apa yang akan di berinya. Ara tidak ada niatan untuk memberikan kepatuhannya pada pria itu.Dirinya di sini secara terpaksa karena pria itu yang membawanya ke sini. Rahimnya pun terpaksa harus menerima benih pria sialan di depannya ini."Dengar sini, Casabelle. Sekarang kau di negaraku, dan kau tidak memiliki kuasa jadi jangan pernah bermimpi untuk pergi dariku"Axton menegakkan tubuhnya dan menatap Ara dengan wajah datarnya. Perempuan itu terlihat sedang menahan tangisannya."Aku akan melepaskan semua ikatan ini jika kau sudah berjanji tidak akan berusaha kabur dari sini" ucap Axton yang membuat Ara mendongakkan kepalanya."Tapi ini bukan rumahku" bisik Ara pelan.Axton terlihat tertegun dengan ucapan Ara. Pria itu mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum berbalik ingin pergi.Ketika di belakang pintu Axton menghentikan langkah kakinya dan membalikkan badannya menghadap Ara. Tanpa sadar di menunjukkan sebuah ekspresi lain di wajahnya."Kelak aku akan menjadi rumahmu, Casabelle" *-*-*Pintu di buka membuat Ara menoleh dan menemukan sosok perempuan yang sedikit familiar di ingatannya. Hingga memori Ara berputar kembali dan membuatnya ingat dengan perempuan di depannya."Kau dokter itu!" Ucap Ara dan Melly tersenyum mendengarnya.Perempuan itu berjalan masuk dan mendekati ranjang. Hingga sebuah kernyitan muncul di dahi perempuan itu."Pria brengsek" gumam Melly yang membuat Ara menatapnya dengan wajah bingung.Melly mendekati ranjang dan menaruh tas miliknya di bawah ranjang sebelum berbalik tanpa mengatakan apapun.Perempuan itu keluar kamar dan menghilang untuk beberapa menit. Sebelum kembali dengan seorang pria yang terlihat murung seperti baru saja di omeli."Katakan dengan bos bodohmu! Bagaimana bisa dia memborgol perempuan hamil" Omelan Melly meluncur dengan mulus yang membuat Ara paham siapa yang baru saja mengomeli pria itu.Dengan cepat pria itu melepaskan borgol di tangan Ara. Rasa lega langsung menghampiri Ara, setidaknya tang
Ara membuka pintu di depannya dengan rasa ragu luar biasa. Mungkin pria itu hanya mengerjainnya.Ara paling benci jika harus merasa ragu ataupun sampai di kerjai. Perasaan kesal selalu menghantuinya.Namun senyuman Ara melebar ketika pintunya terbuka dan tidak di kunci seperti sebelumnya.Axton menepati janjinya.Ara mengintip keluar dan menemukan seorang pria dengan baju hitam berdiri di depan kamar. Pria itu menoleh dan segera memberikan hormat pada Ara."Nona ingin turun ?" Tanya pria itu yang membuat Ara mengedipkan matanya sebelum menganggukkan kepalanya.Awalnya Ara mengira jika pria itu akan menahannya mungkin bahkan mendorongnya agar masuk. Ternyata pria itu tak menahannya membuat Ara membuka pintu semakin lebar. Suasana ruangan mewah langsung masuk ke dalam matanya.Sepertinya Axton adalah pria kaya. Sialan! Tentu saja pria itu kaya bahkan pria itu memiliki dokter pribadi yang bisa membiusnya sampai bisa di bawa kesini.Bagaimana Ara bis
Axton membuka pintu mobilnya dan menemukan salah satu pengawalnya ada di samping mobil. Pria itu menundukkan tubuhnya hormat pada Axton.Jam menunjukkan pukul sebelas malam. Pekerjaannya hari ini sangat menyita waktu dan tenaga. Kenapa juga banyak permasalahan akhir-akhir ini. Membuatnya semakin lelah saja."Bagaimana keadaan rumah ?" Ucap Axton yang membuat pengawal itu mendongak dan berdehem sebentar."Semuanya aman, Mr. Ellard. Tidak ada yang mencurigakan" ucapnya lancar dan Axton menganggukkan kepalanya.Axton berjalan menuju pintu tepat ketika mobilnya bergerak maju dipindahkan ke garasi rumahnya.Axton membuka pintu di depannya dan berjalan pelan di antara kegelapan di rumahnya ini. Jam sudah malam dan setiap sudut rumah pasti akan gelap gulita.Namun kali ini terasa beda. Kenapa ruang keluarga terlihat lampunya masih menyala. Tidak mungkin jika pelayan berani-beraninya menonton televisi di sana.Axton berdecak kesal dan berjalan menuju ruang keluar
Axton masuk ke dalam ruangan praktek yang membuat seorang perempuan di meja kerjanya menoleh. Sebuah tatapan tak menyangka muncul di wajah Melly."Seriusan ? Mr. Ellard datang ke sini ?" Ucap Melly sambil menggelengkan kepalanya pelan.Axton hanya memandang datar Melly dan memilih duduk di depan perempuan itu. Jam menunjukkan pukul sepuluh siang. "Jadi apa yang mau dikonsultasikan oleh Mr. Ellard nih ?" Ucap Melly sambil mengambil catat buku di mejanya.Di balik wajah tenang Axton sebenarnya Axton sedang mengumpati dirinya sendiri. Bagaimana bisa dirinya berakhir di sini, di ruang praktik Melly.Tidak lain tidak bukan adalah dokter kandungan. Pertanyaan yang sejak semalam terus berputar di pikirannya yang membuat Axton nekat pergi ke tempat praktik Melly."Urusan ranjang ya ?" Celetuk Melly yang membuat Axton berdehem pelan."Itu hal wajar katakan saja mau tanya apa" oceh Melly lagi yang membuat Axton berdehem dan menganggukkan kepalanya."Apa kau ya
Axton memasuki rumah besar itu dan menemukan kesunyian di sana. Menandakan jika orang yang sedang di carinya memang tidak ada di sini. Axton mengalihkan tatapan matanya pada seorang pelayan yang sedang berdiri di samping Vas dengan wajah ketakutannya. Semua orang takut terhadap Axton.Selama bertahun-tahun Axton tidak pernah lagi menginjakkan kakinya di mansion besar ini dan semua orang tau akan hal ituTetapi entah gerangan apa yang membuat Axton mau datang kesini dan menginjakkan kakinya lagi di sini. Tetapi pasti itu bukan hal yang baik."Dimana Austin ?" tanya Axton dengan suara dinginnya dan pelan itu terlihat meneguk ludahnya dengan susah payah."Mr. Ellard sudah seminggu tidak pulang" jawab pelayan itu dengan takut-takut.Wajahnya semakin memucat kala Axton mengumpat keras dan menghela nafas berat. Seminggu ? Waktu yang sama dengan Ara yang menghilang dari rumah.Sepertinya Austin kali ini tidak hanya sedang bermain-main kecil dengan Axton. Tetapi
Ara mendudukkan tubuhnya di kursi makan dan menatap beberapa temannya yang mulai bergabung di meja makan. Pagi ini mereka akan sarapan bersama sambil membahas apa yang akan dilakukan selanjutnya. Itu yang dikatakan Clark."Kau ingin makan sesuatu ?" Ucap Clark yang membuat Ara menoleh dan menggelengkan kepalanya."Aku tadi sudah makan apel. Oh atau bisakah kau membuatkan susu ibu hamil untukku ?" Ucap Ara dan Clark langsung mengiyakan ucapannya.Ara tetap menyandarkan tubuhnya dan mengelus perutnya pelan. Menatap Frank dan Dave yang mulai berbincang ke sana kemari. Tak lupa Ara juga melirik Austin yang juga bergabung dan makan sepiring roti bakar di hadapannya.Ketika asik dengan pikirannya tiba-tiba namanya disebut dan membuat Ara menoleh menatap Dave yang tadi menyebutnya."Apaan ?" Ucap Ara dan Dave menoleh kearahnya."Aku dan Frank berpikir jika sepertinya anakmu ini kan harus ada bapaknya. Nanti aku yang akan menjadi bapak untuk anakmu ini" uca
"Gimana kalau Ara suka denganmu ?" Ucap Austin yang sukses menghentikan langkah kaki Axton.Axton membalikkan badannya menatap Austin yang terlihat serius dengan ucapannya.Suka ? Ara suka padanya ? Pikiran seperti itu tidak pernah terlintas di pikirannya. Walaupun tidak pernah terlintas tetapi hal itu tak menutup kemungkinan jika Ara bisa saja menyukainya.Axton terdiam tidak tau harus mengatakan apa pada kembarannya. Ucapan Axton sangat tak terduga bahkan tak pernah terpikirkan jawabannya."Lebih tepatnya dalam kasus ini. Kau harus mencintainya, Axton. Posisinya tidak akan mudah karena janji bullshitmu. Kita tau akan hal itu" ucap Austin dan Axton langsung paham kemana arah pembicaraannya.Menjadi anak pertama dari Boss Mafia bukanlah hal mudah. Menjadi sosok yang diincar kematiannya oleh setiap musuh ayahnya adalah mimpi buruk bagi Axton.Dulu Axton adalah sosok yang ceria seperti anak pada umumnya. Hingga kematian Ibunya mengantarkannya menjadi sosok pend
"Aku tidak ingin pulang, Axton" ucap Ara dan cengkraman di pundaknya terasa sedikit menekan."Ara kau sedang hamil anakku, jadi kau milikku" bisik Axton lagi dan Ara menggelengkan kepalanya.Ara melepaskan tangan Axton dan maju menerima gelato yang sudah disediakan. Ketika tangannya akan memberikan uang kepada penjual.Tiba-tiba tangan Axton sudah terulur lebih dulu memberikan uang pada penjual gelato itu.Pria itu mengalihkan pandangan matanya ketika sudah menyelesaikan transaksi itu. Menatap Ara yang tentu saja tingginya jauh dari tinggi Axton.Ara tidak ingin kabur. Entah kenapa hatinya ingin mereka membicarakan hal ini. Sampai kapanpun kabur tidak akan menyelesaikan masalah.Buktinya walaupun Austin saudara pria itu sendiri yang membawanya kabur. Pria ini masih menemukannya.Apalagi jika dirinya kabur ke London. Pasti Axton juga bisa menemukannya dengan mudah. Jangan membuang waktu untuk kabur yang tau jawabannya akan sia-sia."London adalah rumahku, hidupku di sana Axton" ucap Ar