Share

Bab 15. Aya hamil

Pagi hari itu menjadi tak biasa bagi Aya, ia menangis terduduk di atas kloset kamar kosannya, ia menggigit bibir bawahnya begitu menahan isakan tangis walau air mata terus membasahi wajahnya. Ia memegang hasil alat tes kehamilan, tanda plus itu tak bisa berbohong. Aya tertunduk, ia semakin terisak. Hal bodoh dihidupnya pun menimpa dirinya. Tak heran jika kini ia kalut dan tak tahu harus berbuat apa.

Sementara di lain tempat, Rangga duduk diam mendnegar ocehan bunda yang terus mencecar dirinya kenapa bercerai dengan Sonya dan membuat malu keluarga. Rangga yang sadar jika ia tak bisa hidup mandiri tanpa sokongan keluarga, hanya bisa menahan emosi karena dirinya bodoh. Terbiasa hidup mewah dengan fasilitas lengkap juga gelimangan harta, ia kembali harus mengorbankan harga diri dan orang yang ia cintai.

“Lihan kan, Rangga, mana bisa kamu hidup tanpa sokongan Bunda, bisa apa kamu! Kabur sama Aya yang pada akhirnya kamu pulang lagi. Bunda tau kamu. Kamu nggak akan bisa hidup miskin kayak A
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status