Dua hari kemudian, atau malam minggu semenjak bertemu Ryan, Tiara menelpon sahabatnya, Reni.
“Tumben nihhh nelpon ada apa?” tanya Reni, sambil menatap wajah sahabatnya ini, mereka kini memang gunakan panggilan vidcal.
“Gila Ren, gue ketangkep basah ama si Ryan, pas lagi santai di kafe dengan si kunyuk, Yofan, si mantan yang kini jadi selingkuhanku!”
“Nahhh loeehh…gimana ceritanya Tiara?” Reni pura-pura kaget dan tertawa.
“Gue ga nyangka dia ada di sana, tau ga…bukan masalah ketangkep basahnya yang gue sesali, kok sepupu kamu itu sekarang berubah banget ya, udah ganteng, badannya juga makin gede ajahh, nggak ceking kayak dulu!” cetus Tiara.
Reni langsung tertawa dan bilang salah Tiara sendiri, yang ga sabaran liat Ryan berubah dan malah selingkuh dengan mantan pacarnya.
“Tolongin gue donk, gimana kek caranya agar aku bisa balikan dengan Ryan!” rengek Tiara.
&ldqu
Tanpa di suruh 2X lagi, Ryan langsung mengikuti Reni yang duluan kembali masuk pagar rumahnya dengan naik sepeda, lalu masuk kembali ke dalam rumah mewah ortunya.Gadis cantik ini terpaksa menunda olahraganya gara-gara Ryan.“Lohh kok balik lagi, ga jadi olahraga ya sayang!” ternyata yang menyapa papanya, sesaat setelah masuk kembali ke dalam rumah.“Liat dehh pah siapa penyebabnya hingga Reni gagal olahraga, tuh orangnya yang jalan di belakang Reni!” Om Darma menoleh dan langsung kaget saat melihat Ryan yang berjalan di belakang anak gadisnya ini.“Ryan…kok tumben pagi-pagi ke sini…baju kamu juga masih baju kemarin agaknya, ga pulang-pulang yaa, apa lagi ada tugas khusus nihhh?” sapa Om Darma ramah.“Sorry Om…anu Om…oh iyaa benar ada tugas pengintaian…!” Ryan langsung gugup dan dia menyalami dan mencium tangan Om Darma, yang malah sudah rapi dan ternyata akan langsu
Shania pernah blak-blakan tanya, apakah Reni pernah melakukan hubungan bebas, Reni langsung tertawa dan bilang sampai umur segini dia masih mempertahankan kesuciannya.“Malas banget Mih kayak gituan, biarlah ini buat suami Reni kelak. Jangan di lihat Reni bergaulnya rame dan banyak teman laki-laki, lalu Reni di cap suka pergaulan bebas. Reni masih bisa jaga diri, kalau cuman ciuman dan pegangan biasa, ya ga-papa sih, lebih dari itu jangan coba-coba atau Reni tendang anunya kalau maksa-maksa!” Reni tertawa dan Shania percaya dengan ucapan Reni.Setelah sarapan di rumah Reni, Ryan tiba-tiba dapat telepon langsung dari atasannya di Polda Jatim, agar dia dalam jangka waktu 2x24 jam harus pulang kembali ke Surabaya, karena ada tugas darurat yang harus dia laksanakan.Ryan langsung terdiam dan dia seakan berat pergi ke Surabaya, apa yang memberatkannya, tak lain karena masih ingin bersama Reni.“Kenapa langsung terdiam gitu abis di telpon atas
Ryan terus menyusuri jalanan di daerah pelabuhan itu, penampilannya tak begitu mencuri perhatian, dia bak seorang touring yang jalan-jalan malam di sana.Setelah tau letak yang di tuju, Ryan memarkir motornya, lalu diapun melepas helm dan menitip pada seorang penjaga parkir.Ryan kemudian mulai lakukan pengintaian, dia kini terus berjalan berindap-indah, tujuannya adalah sebuah peti kemas warna oranye, yang letaknya agak dipojokan Pelabuhan itu.Begitu dekat, dia terpaksa menyembunyikan diri, karena ada 2 penjaga yang terlihat berjaga di dekat peti kemas tersebut.Ryan terus pelan-pelan mendekatinya dan kini dari jaraknya hanya 7 meteran dan dia terlindung sebuah peti kemas lain, diapun menguping pembicaraan dua penjaga itu.Ryan tertolong karena di dekat situ penerangan terhalang peti kemas, sehingga posisi dia bersembunyi tak terlihat.“Ton, emank kapan sih peti kemas ini akan dipindah ke mobil bok?” tanya satu penjaga tersebut
Setelah lebih dari 1 jam menggeber motornya, Ryan kini sampai di sebuah kompleks pergudangan yang agak sepi. 100 meter dari sebuah gudang yang terlihat di jaga 5 orang di depan, Ryan pun turun dan menyembunyikan motornya.Ia lalu beringsut-ingsut mendekati gudang tersebut, setelah dekat, Ryan mencari jalan memutar untuk bisa masuk.Namun dia tak ketemuan jalan di maksud, karena dinding Gudang itu terbuat dari beton, setinggi hampir 5 meter.Ryan pun mencari akal bagaimana masuk, kalau lewat depan sama dengan bunuh diri, di lihatnya 5 orang yang menjaga di depan tadi, sepertinya memegang senjata api.Ryan lalu masuk ke sebuah ruko di samping gudang itu, kebetulan pintu samping roku bertingkat dua itu terbuka sedikit, Ryan langsung nyelonong masuk.Begitu dilihat sepi, Ryan naik ke lantai dua dan tanpa mengetok ia membuka salah satu pintu kamar di lantai dua tersebut, Ryan langsung saja nyelonong masuk.Dan alangkah kagetnya Ryan, di kamar itu di lihatnya dua orang sedang bercinta dan s
Saat itulah tanpa Ryan duga, seorang anak buah dari Bernard Tsang bermaksud mengambil minuman di gudang itu, dia kaget saat melihat Ryan ada d ruangan itu.“Heiii siapa kamu…ooh ini polisi yang menggebrek kita di pelabuhan tadi!” teriaknya, pria ini tentu masih ingat pakaian Ryan.Ryan langsung menerjang orang itu bermaksud keluar dari ruangan, karena dia akan terpojok kalau bertahan.Pria ini lebih sigap, dia lari duluan sambil berteriak memanggil rekannya yang lain. Tak lama 5 orang langsung mendatangi teriakannya dan lalu terdengar 3 kali tembakan yang mengarah ke Ryan, Ryan pun bersembunyi dan dia juga mencabut pistolnya.“Dia sembunyi di dekat meja itu, terus berondong dengan tembakan,” teriak Patun, yang ternyata langsung memimpin anak buahnya mengurung di mana Ryan bersembunyi. Letusan tembakan kembali terdengar yang mengarah di mana Ryan bersembunyi.Tak mau konyol, Ryan pun bergerak pelan dan dia membidik Patun yang dilihatnya gaya sok jagoan tak mau berlindung sambil tendang
Setelah 2X24 jam pasca operasi, Ryan akhirnya pulih kesadarannya, saat sadar yang pertama dilihatnya adalah wajah tua dan teduh, Radin Durangga, Opanya. Radin tersenyum melihat cucu kesayangannya ini sudah pulih kesadarannya.“Gimana kabarnya jagoan?” kata Radin pelan. Ryan tersenyum kecil dan tak lama kemudian dia menahan nafas, ketika seorang perawat langsung memberikan dia dua kali suntikan melalui slang infusnya.Suntikan pertama, pereda rasa sakit dan yang ke dua antibiotik, setelah menahan nyeri yang lumayan perih saat antibiotic itu di suntikan, kini Ryan bisa menarik nafas lega, sebab hanya hitungan menit, rasa nyeri itu kini telah hilang.“Papi dan kedua mami Ryan ga ke sini ya Opa?” Ryan bertanya sambil memperbaiki lengannya yang masih kaku, gara-gara dua hari dua tak sadarkan diri.“Mereka sedang istirahat di rumah, dua hari dua malam lohh papi dan kedua ibu sambungmu di sini nemani kamu pasca operasi itu!” s
Luka tembakan di perut Ryan untungnya tidak terlalu berbahaya, ususnya aman dari terjangan peluru. Sedangkan lengannya juga tak seberapa lukanya, sehingga kini Ryan bisa menggerakan-gerakan lengannya pelan-pelan.“Waah kalau begini…paling sehari dua hari kamu udah boleh pulang!” kata dokter Lisa, dokter yang selama ini merawatnya.Dokter yang baru saja menjanda ini sangat cantik, sejak Ryan di rawat, dia sangat telaten merawat pemuda tampan ini, sehari bahkan bisa 3X dr Lisa jenguk Ryan, apalagi saat Ryan belum sadar, tak terhitung dr Lisa memantau perkembangan Ryan.Brigitta dan Deasy yang melihat perhatian dokter Lisa begitu sampai saling pandang dan akhirnya sama-sama tersenyum.“Ga usah aneh Ka…punya anak sambung ganteng macam si Ryan, ya gini lah…semua wanita pada pingin cari perhatian buat dia!” bisik Deasy pada madunya ini.Setelah dr Lisa keluar ruangan dan berpapasan dengan Brigitta serta Deasy
Namun bukan Reni namanya kalau terpojok dengan keluarga besar sepupunya ini, Reni tetap santai selama di desak bahkan kadang olok-olok Oma Sherin dan juga Mami-mami Ryan.Ketika pulang dari rumah sakit, Reni malah kena semprot Oma Sherin, ketika bilang akan nginap di hotel.“Ni anakkk, kayak Oma ini orang lain aja, pokoknya selama nginap di Surabaya, kamu harus tinggal di rumah, titik!” kata Oma Sherin.Reni nyinger-nyinger saja kena omelin begitu, dia tahu kemarahan Oma Sherin karena menyayanginya, bukan marah benaran.Reni akhirnya setuju dan mengiyakan keinginan keluarga Ryan yang minta dia nginap di rumah.Besoknya, Ryan akhirnya benaran bisa pulang karena lukanya dianggap sudah tak berbahaya lagi, yang menjemput pulang ayahnya dan juga komandannya di kesatuan, Kombes Pol Tardono.Begitu bertemu Salman, Kombes Pol Tardono langsung hormat bukan main, sebab baru kali ini dia bertemu ayahnya Ryan, yang juga salah satu konglomerat muda di tanah air.“Mohon maaf…izin pa Salman, saya ju