"Lepaskan aku, Allaric!" seru Kirana.
"Tidak akan!" hardik Allaric. "Kamu tau, kamu sudah membuatku marah. Jadi, aku tidak akan melepaskanmu."
"Kau gila! Apa salahku?" Kirana terus saja melawan dan berusaha untuk lepas dari cengkraman Allaric.
"Apa salahmu? Jadi, kamu belum tau apa salahmu. Akanku beritahu, setelah aku selesai dengan semua ini." Allaric menarik paksa kemeja yang Kirana gunakan, hingga semua kancingnya terlepas. Kirana masih berusaha untuk melindungi dirinta sendiri dengan segala sisa tenaganya.
Namun, Allaric yang seperti kesetanan tidak mau memberikan Kirana kesempatan sedikitpun. Allaric juga melempar ponsel Kirana, yang tiba-tiba berdering berulang kali. Akhirnya, dengan pasrah Kirana hanya bisa kembali menangisi nasibnya.Di tempat lain, disebuah rumah sakit. Kondisi Mama Kirana kembali menurun, Dokter berusaha untuk menghubungi Kirana. Namun, gadis itu tidak menjawab panggilan. Hingga akhirnya, Mama Ayu mengembuskan nafa
Suasana duka masih menyelimuti Kirana. Sang mama baru saja di kebumikan, para pelayat juga satu-persatu mulai meninggalkan rumahnya. Ia duduk di kamar mamanya dan menangis sembari memeluk photo wanita yang telah melahirkannya."Ma, sekarang Nana sama siapa?" kata Kirana dalam isaknya.Sementara di kantornya, Allaric yang sedang rapat merasa tidak tenang. Pasalnya, sudah satu minggu sejak kepergian mama Kirana. Allaric tidak menemuinya, pasalnya Allaric tidak mau ada yang mengenalinya dan membuat berita yang tidak-tidak.Ia pun memerintahkan Alan, untuk ke rumah Kirana dan melihat keadaannya. Namun, saat Alan sampai di sana, ternyata rumahnya selalu terkunci. Para tetangganya, juga mengatakan kalau Kirana jarang sekali keluar rumah sejak mamanya meninggal.Hingga tepat sepuluh hari berlalu, akhirnya Kirana pun memberanikan diri untuk kembali ke kantor. Namun, kali ini ia ke sana bukan untuk bekerja. Melainkan untuk mengundurkan diri. Allaric berang saat me
"Siapa dia?" tanya Allaric."Siapa?" Kirana menatap bingung.Allaric tersenyum dan mendekati Kirana. "Jangan berpura-pura polos, Sayang.""Aku tidak tau apa yang kau maksud dan satu hal lagi. Jangan panggil aku sayang!" seru Kirana kesal."Mengapa aku tidak boleh memanggilmu sayang? Kau adalah wanitaku, jadi sudah seharusnya aku memanggilmu sayang," jelas Allaric."Siapa wanitamu? Aku bukan wanitamu dan tidak akan pernah menjadi wanitamu," tolak Kirana."Itu menurutmu, tapi keputusanku tidak bisa diubah. Kau adalah wanitaku," kata Allaric mengulang.Kirana menggelengkan kepalanya kesal."Sekarang jawab pertanyaanku. Siapa dia?" ulang Allaric."Dia siapa?" tanya Kirana.Allaric kembali terseyum. Senyum yang akan membuay semua orang terutama wanita menjadi terpikat saat melihatnya. "Dia yang tadi bersamamu," kata Allaric sembari membelai wajah Kirana.Kirana pun tahu, siapa yang dimaksud Allaric. Ia mendengus
Allaric mengantarkan Kirana pulang, setelah makan malam bersama. Allaric masuk mengikuti langkah Kirana. Kirana masuk ke kamarnya dan mengganti bajunya dengan piyama tidur. Setelah selesai mengganti baju, Kirana kembali keluar dan terkejut melihat Allaric masih duduk di ruang keluarga sambil menontin televisi."Apa yang kau lakukan?" tanya Kirana heran."Tentu saja mengikutimu," jawab Allaric santai, sambil terus masuk dan duduk di tepi ranjang Kirana."Aku mau tidur dan beristirahat. Lebih baik, kau pulang sekarang," seru Kirana, kembali masuk ke kamar. Allaric pun mengikutinya sampai ke kamarnya."Pulanglah, aku sudah mengantuk dan ingin tidur," kata Kirana."Kalau kamu mau tidur, ya tidur saja," sahut Allaric, sembari melepas jas dan melemparnya ke kursi belajar Kirana."Aku tidak bisa tidur, kalau ada orang asing di kamarku," ucap Kirana."Aku bukan orang asing. Lagi pula, bukankah kita sudah sering tidur bersama?" cetus Allaric.
"Oh, jadi dia wanita yang membuat Allaric berubah?" geram Clara yang tidak sengaja melihay Allaric yang membawa Kirana masuk ke dalam mobilnya."Aku akan memberimu pelajaran, dasar perempuan tidak tau malu. Kau akan tau siapa aku, saat kau sudah mendapatkan ganjarannya." Clara melangkahkan kakinya, meninggalkan tempat itu dan kembali ke apartemennya.Mobil Allaric tiba di apartemennya. Kirana mengernyitkan dahi kemudian melihat ke arah Allaric dengan tanda tanya."Ada apa?" tanya Allaric."Mengapa kita ke sini?" Aku kan sudah bilang, aku mau pulang!" seru Andien."Kita pulang. Tapi, bukan pulang ke rumahmu. Mulai saat ini, kau akan tinggal di sini bersamaku," putus Allaric."Aku tidak mau!" tolak Kirana. "Aku mau pulang ke rumahku, rumah peninggalan kedua orang tuaku.""Itu hanya rumah dinas, Kirana. Bukan milik keluargamu," tegas Allaric."Tapi, banyak kenangan kedua orang tua di sana," ucap Kirana."Aku tau, tapi aku kha
Kirana mulai terbiasa dengan kehadiran Allaric di sisinya. Sudah satu minggu ini, Kirana tinggal bersama Allaric. Kirana juga bisa menerima Allaric dan membantu mengurusi keperluan Allaric."Sudah," kata Kirana, saat ia selesai memasangkan dasi untuk Allaric."Terima kasih, Sayang." Allaric mengecup bibir Kirana kilat. Kirana mengalungkan tangannya di leher Allaric. Allaric memainkan lidahnya ke dalam mulut Kirana dan perempuan itu pun mengerang saat merasakan lidah Allaric yang menari lincah di dalam mulutnya."Aku tidak jadi ke kantor," ucap Allaric."Kenapa?" tanya Kirana heran."Aku mau lagi," bisik Allaric dengan nada sensual."Cukup... cukup, aku sudah tidak mampu lagi," tolak Kirana.Allaric menaikkan kedua alisnya."Sejak aku ada di sini, kau selalu menyiksa setiap malam," cetus Kirana.Allaric tersenyum dan mengecup bibir Kirana."Kenapa kau tertawa?" tanya Kirana heran."Aku akan membuatmu tidak bis
Kesabaran Allaric mencapai puncaknya pada Kirana. Pasalnya, wanita itu terus saja merengek padanya untuk mengizinkannya untuk bekerja."Cukup Kirana!" hardik Allaric dengan nada tinggi. Ia tidak bisa lagi menahannya, setelah sekian lama ia berusaha mencoba meyakinkan Kirana. Ia juga bingung dan tidaj habis pikir dengan jalan pikiran Kirana.Disaat wanita yang lain ingin dekat dan ingin menjadi spesial di sisi Allaric. Mereka akan hanya akan bermanja-manja dengannya. Tugas mereka hanya melayani Allaric dan bersenang-senang. Tapi, kenapa Kirana malah sebaliknya? Wanita itu masih ingin bersusah payah bekerja dengan alasan ingin mengisi waktu.Bukankah, dirinya bisa mengisi waktu dengan berbelanja? Pikir Allaric, tapi mengapa ia malah memilih ingin bekerja? Allaric juga bingung dengan sikapnya selama ini. Biasanya, ia akan membuang wanita yang tidak patuh padanya. Tapi, mengapa ia justru tidak ingin membiarkan Kirana lepas dan jauh darinya."Aku han
Davindra diam-diam mengikuti mobil yang membawa Kirana. Perempuan itu baru saja pulang dari bertemu dengan teman-temannya. Davindra pun terkejut melihat ke mana mobil itu membawa Kirana."Mansion Allaric," gumam Davindra. "Jadi, selama ini mereka telah tinggal bersama." Davindra kembali melajukan mobilnya dan meninggalkan mansion Allaric.Sementara di kediamannya, Kirana yang baru saja tiba langsung saja menuju kamar mandi untuk membersihkan diri."Kamu sudah pulang?" tanya Kirana, saat melihat Allaric yang telah berada di kamar.Allaric hanya mengangguk pelan. Kirana pun berlalu meninggalkannya dan berjalan menuju lemari. Saat Kirana selesai memakai pakaiannya, ia terkejut melihat Allaric yang telah kembali tampil rapi."Kamu akan pergi?" tanya Kirana."Aku akan bertemu klien," jawab Allaric."Apa Alan akan ikut bersamamu?" Kirana mendekat dan membantunya memasang dasi."Tidak! Alan sedang ke luar kota," jawabnya tersenyum.
Telah beberapa minggu ini, Allaric menghabiskan waktu di luar. Ia pulang saat Kirana telah tertidur dan pergi saat Kirana terbangun. Semula Kirana tidak mempermasalahkan semuanya, hingga pada akhirnya ia pun mulai mempertanyakan kelanjutan hubungannya dengan Allaric.Kirana tahu, Allaric orang yang sibuk. Namun, ia juga butuh kejelasan tentang hubungan mereka, saat ini Allaric bersikap tidak peduli dan tidak menganggap kehadirannya di mansionnya. Kirana menghubungi Alan dan mengatakan kalau ia ingin berbicara pada Allaric. Alan mengiyakan dan mencoba mengatur waktunya. Seperti biasa, Alan akan mengatakan kalau Boss nya sangat sibuk."Wanitamu ingin bicara padamu," cetus Alan, saat di kantor."Wanitaku? Siapa dan yang mana?" tanya Allaric santai."Kirana," jawab Alan.Allaric menghentikan kegiatannya, ia menutup map dan meletakkannya di atas meja."Mau bicara apa dia?" tanya Alan."Aku tidak tau," timpal Alan."Baiklah, aku akan