“Apa kabar?” Sapa Rama dengan senyum yang merekah dibibirnya.
“Ba…baik, ngapain lo kesini?”
“Gue cuma mau main aja kesini, dan ini gue bawain bunga kesukaan lo, masih suka kan?”
Rama mengulurkan bouqet mawar putih yang ia genggam sedari tadi, dan dengan ragu-ragu Alena menerima bouqet bunga itu.
“Gue nggak disuruh duduk nih?” Sahut Rama.
“Oh iya silahkan duduk!”
Ramapun duduk disebuah sofa panjang yang ada diruangan Alena, ia menyandarkan punggungnya pada sofa dan menyilangkan kakinya.
“Lo mau minum apa?”
“Terserah lo aja!”
Alena kemudian menelfon Office Boy menggunakan telfon kantor.
“Halo, tolong buatkan coklat panas dua ya, bawa ke ruangan saya!”
Setelah memesan minuman Alena kemudian duduk disebelah Rama, Alena duduk dengan memberi jarak diantara mereka berdua.
“Lo sebenarnya ada apa kesin
Alena dan Rama menyusuri loby bioskop dengan senyum yang mengembang dari wajah mereka.“Gimana suka kan sama filmnya?” Tanya Rama sambil melirik kearah Alena.Alena menganggukan kepalanya pelan.“Kita makan dulu ya sebelum pulang!” Ajak Rama.“Boleh!”Karena merasa perutnya lapar Rama mengajak Alena untuk makan di salah satu resto favorite mereka dulu yang terletak di mall itu juga.“Masih suka kesini?” Tanya Rama saat sampai di depan resto yang mereka tuju.Itu adalah resto sushi favorite mereka saat masih pacaran dulu, dan karena memang Alena juga sangat menyukai makanan jepang itu.“Masih.” Jawab Alena lirih.Setelah duduk dan memesan makanan, Rama mengarahkan matanya kesekeliling ruangan di restoran tersebut, dengan senyum yang mengembang dia kemudian menatap wajah Alena.“Gue kangen banget sama tempat ini!” Celoteh Rama.“Lo
Pagi ini Alena mengadakan meeting dengan tim marketing Alena Cosmetic untuk membahas tentang penjualan produk baru mereka. Meeting kali ini berjalan dengan baik, tapi entah kenapa Sarah merasa kalau hari ini Alena terlihat sangat berbeda, wajahnya sedikit murung dan tidak biasanya dia kalem-kalem seperti ini saat meeting dengan marketing, karena biasanya Alena sangat menggebu-gebu saat berhadapan dengan marketing-marketingnya.“Nih anak kenapa tiba-tiba aneh gini!”Batin Sarah.Kali ini Alena tidak banyak komentar dan tidak seambisius biasanya. Setelah selesai meeting Alena masih duduk terdiam sendiri di ruang meeting sambil terus menatap ponselnya.“Apa Narandra uda maafin gue ya?” Gumam Alena.Tok…tok…tok“Bu Alena!” Pangil seorang karyawan wanita dari balik pintu ruang meeting.“Kenapa?”“Bu ada tamu yang mau ketemu Bu Alena!”“Past
Naranda berjalan ke salah satu meja karyawan Alena Cosmetic dan meletakkan box makanan berisi cheese cake.“Ini ada sedikit makanan, kalian bagi ya!” Ucap Narandra dengan wajah sendu.“Terimakasih Pak!” Ucap beberapa karyawaan bersamaan.“Ndra!” Panggil Sarah.Narandra melihat Sarah yang berlari ke arahnya dengan wajah yang terlihat panik.“Gue tahu maksud lo apaan tadi nahan gue dulu, thanks usahanya. Tapi sekarang gue uda tahu!” Gumam Narandra.Narandra sebenarnya ingin pulang dan mengurungkan niatnya untuk menemui Alena tapi dia teringat kalau mawar putih yang ditangannya masih belum ia berikan pada Alena.“Gue mau ngasih bunga ini dulu!” Ucap Narandra pada Sarah dan berlalu pergi.Narandra masuk lagi ke dalam ruangan Alena, terlihat Alena dan Rama masih diam mematung di tempat yang sama, sepertinya mereka tetap seperti itu dari beberapa menit yang lalu. Melihat Nar
Narandra mengantarkan Alena pulang ke rumahnya setelah menghabiskan waktu dari siang hingga malam berdua. Alena terlihat kembali ceria dan bahagia bersama Narandra, melihat Alena yang bahagia malam ini membuat Narandra ingin menyatakan kembali perasaannya. Alena berjalan masuk ke rumah tapi Narandra masih terus berdiri di depan pintu memandang Alena dari belakang.“Al.” Panggil Narandra lirih.Alena berbalik badan dan melihat Narandra sedang berdiri di depan pintu rumahnya.“Kenapa?” Alena menjawab dan berjalan pelan menghampiri Narandra.“Aku nggak tahu gimana lagi cara ngomongnya sama kamu, tapi aku rasa aku harus terus mencoba buat selalu ngungkapin perasaanku!”Alena terdiam dan menarik nafas panjang, dari intro yang Narandra jelaskan Alena bisa mengerti kalau Narandra akan menyatakan perasaannya lagi. Dan bahkan jika itu terjadi lagi yang ada dalam fikiran Alena hanya perkataan yang sama dengan sebelumnya ya
Setelah membersihkan badannya dan bersiap untuk tidur Alena tiba-tiba teringat dengan ucapan Narandra tentang Rama. Dia mulai mempertanyakan apakah benar yang dikatakan Narandra kalau Rama masih punya perasaan padanya. Jika benar apa yang harus dia lakukan?“Apa Rama masih suka sama gue?” Gumam Alena sambil memandangi langit-langit kamarnya.“Atau gue yang masih belum move on dari Rama?”****Pagi-pagi sekali Narandra sudah datang untuk menjemput Alena. Dan seperti biasa bouqet mawar putih selalu ada dan tak pernah terlupakan.“Eh Mas Narandra, apa kabar Mas?” Sambut Bibi saat membukakan pintu untuk Narandra.“Baik bi, bibi sehat?”“Iya Mas sehat, Mas Narandra kemana aja kok lama nggak kelihatan?”“Ada banyak kerjaan Bi jadi kemarin-kemarin nggak sempet kesini!”“Oalah, sekarang mau jemput Mbak Alena?”“Iya dong bi, masak mau
Sarah segera masuk ke ruangannya dengan tergesa-gesa, 15 menit lalu dia masih duduk berdua dengan Narandra di sebuah café sebelum Alena menghujaninya dengan puluhan kali panggilan. Setelah sampai di ruangannya dia terkejut melihat Alena yang sudah duduk bersandarkan sofa di ruangannya. Sarah kemudian mengatur nafasnya dan merapikan rambut serta pakaiannya.“Dari mana aja sih lo Sar? Pagi-pagi gini uda kabur aja!” Ketus Alena.Sarah kemudain berjalan menghampiri Alena lalu duduk disebelah bos sekaligus sahabatnya itu.“Gue habis beli kopi tadi, di café ujung jalan tuh!”“Biasanya juga minta dibeliin sama OB!”“Yakan pengen beli sendiri biar nggak ngrepotin OB mulu!”“Tapi lo jadi ngrepotin gue Sar!” Rengek Alena tiba-tiba.“Ke…kenapa emangnya?”“Meeting kita sama client nanti siang batal terus mereka minta dikirim aja filenya
“Kok Sarah bisa tahu?” Batin Alena dengan wajah yang tak bisa menyembunyikan rasa gugupnya.“Kenapa diem? Bingung kenapa gue bisa tahu?”“Maksud lo apaan sih anjir!”“Nggak usah pura-pura gitu deh, gue nggak bisa lo bohongin gitu aja! Gue tahu lo tadi pergi sama Rama kan? Lo makan siang bareng Rama kan?”“Nggak Sar, gue nggak ketemu sama Rama!”“Terus ini siapa?”Sarah menunjukan sebuah foto menggunakan ponselnya dan itu adalah foto Alena dan Rama sedang makan berdua.“Lo dapatin ini semua dari mana?”“Nggak penting, sekarang lo jujur aja deh sama gue, nggak usah lo sembunyi-sembunyi gini sama gue Al, gue cuma nggak mau lo drop lagi kayak dulu itu aja!”Alena menunduk sambil memainkan jari -jari tangannya, setelah beberapa saat terdiam dia kemudian memeluk tubuh Sarah.“Maafin gue Sar, gue uda bohongin lo ta
Sarah mencoba menghubungi Alena tapi sekalipun telfonnya tidak diangkat oleh Alena. Dia mondar-mandir di ruangannya sambil terus menggigit burger yang ditangannya. Saat sedang berusaha menghubungi Alena, ada seorang karyawan perempuan yang masuk ke ruangan Sarah.“Mbak Sarah maaf saya mau tanya tentang berkas perjanjian kerja sama kita dengan agency influencer apakah sudah ditanda tangani ya sama Bu Alena. Soalnya hari ini berkas nya sudah harus saya kirim ke pihak Agency!”“Tadi saya lihat sih ada di mejanya Bu Alena, sebentar ya saya cek. Kamu ikut saya ya!”Sarah dan karyawan itu pun ke ruangan Alena, Sarah kemudian memeriksa berkas yang berceceran di meja Alena, setelah beberapa saat mencari akhirnya Sarah menemukan berkas yang dia cari dan ternyata berkas tersebut sama sekali belum ada tanda tangan dari Alena.“Berkasnya ternyata belum ditanda tangani sama Bu Alena. Tunggu Bu Alena balik ke kantor dulu ya!”