“Pertanyaan bagus, Alien. Aku juga tidak tahu apa yang bisa kuambil dari kalian.” Mata Bayu mengerling pada Wibowo yang berdiri terdiam. “Bahkan jika aku mengambil nyawa salah satu dari kalian, itu akan sama tidak bergunanya.” Kata-kata Bayu telah menambahkan rasa malu di hati Alien. Kata-kata pria
“Aku sangat meridukanmu.” Bayu membelai wajah Marcella yang terbaring idah di bawahnya. Saat ini bagi Bayu, selembut apa pun Marcella, dia adalah kekuatan yang membuatnya selalu menginginkan kehidupan. Begitu pula bagi Marcella, Bayu adalah pria yang akan selalu menjadi cinta pertama dalam hidupny
“Tinggal bersamamu?” Marcella bergumam. Matanya menatap Bayu ragu. Marcella tahu bahwa mereka saling mencintai. Tapi, apakah itu menjadi pilihan yang baik untuk dilakukan? Bisakah mereka memulai semuanya? Kali ini dengan sesuatu yang lebih nyata. “Aku… keluargamu?” tanya Marcella. Bayu tahu bahwa
“Miranti Rukmana.” Manu menyebutkan nama wanita itu. Tatapan Manu dipenuhi dengan kebencian. Mendengar namanya disebut, Miranti menoleh menatap Manu. Senyumnya membuat Manu bergidik. Seharusnya Manu lebih berani beberapa tahun lalu. Saat dia tahu bahwa Gunawan telah memikirkan sesuatu yang buruk t
Setelah turun dari helikopter yang mendarat tidak jauh dari rumah Marcella, Bayu bergegas menuju ke tempat di mana dia melihat Marcella terakhir kali di video Miranti. Mengabaikan keadaan rumah yang porak poranda, Bayu berlari menuju ke bagian belakang rumah Marcella. Bayu datang tepat waktu. Saat
“Dia membutuhkanmu dalam keadaan lemahnya. Kau harus menjadi kuat untuknya, Mom. Sekarang makanlah dan buat dia bangga dengan ketegaran dan kekuatanmu.” Bianca menyodorkan nampan berisi makanan yang ada di tangannya. Marcella menatap nampan itu dengan mata dipenuhi genangan air. Tangannya terulur m
“Masuklah, Tuan. Sopir terbaikmu sudah menunggu.” Marcella berkata tanpa memalingkan wajah pada Bayu. Kedua tangannya menggenggam kemudi tanpa ragu. Mata Marcella mulai mengamati sekitar. Dia sepertinya mempertimbangkan jalan mana yang akan dia lalui. Matanya menembus gelap malam dengan berani. Seb
“Kau sangat menyebalkan!” Sesaat Aryani terdiam menunggu reaksi siap pun yang ada di ruangan itu. Semua oang hanya diam memandang Aryani tanpa menunjukan reaksi. Diamnya semua orang justru membuat Aryani menyadari tindakan yang dilakukannya. Wajah Aryani memerah tanpa sebab yang bisa dipastikan ole