Reno memutar gagang pintu kamar nya cepat lalu mendorongnya masuk. Dengan kesal Ia langsung melempar tas punggungnya ke sembarang arah dan kemudian menghempaskan tubuh atletisnya itu di kasur king size-nya dengan posisi terlentang dengan merentangkan kedua tangannya.
Sebelah tangan Reno meraih guling di dekatnya lalu dipeluknya, "Sialan!! Bego banget sih gue? Kenapa juga gue bisa se-khawatir gitu sama Adelia? Padahal statusnya, dia kan rival gue? Nggak lucu dong gue khawatir sama musuh gue sendiri?" gerutunya.
Tak berapa lama kemudian, Ia pun bangkit dari posisi tidurnya, "Biarin aja deh! Biar seneng dulu tuh anak, tapi awas aja ntar, gue bakal bikin dia jatuh cinta sama gue, biar nyahok dia!"
Sesaat pandangan Reno mengarah pada sebuah kalender duduk di meja belajarnya, yang pada angka 14, Ia lingkari menggunakan bold maker warna merah dua hari yang lalu. Pemuda itu mengernyitkan dahinya seraya
Adelia menatap dirinya di depan cermin. Ia mengenakan jeans hitam yang memperlihatkan sedikit dengkul nya karena terdapat sobekan pada bagian itu. Lalu Ia juga memakai kaos panjang warna hitam pula tetapi dilengkapi dengan rompi jeans warna biru muda. Sepatu? Ia memakai sepatu casual hitam dan berlogo ceklist.Adelia tidak memakai banyak make up, hanya sedikit bedak tipis yang Ia oleskan pada pipinya tersebut sudah membuatnya terlihat cantik, apalagi dengan rambutnya yang tergerai bebas dan sedikit curly pada bagian bawah itu. Karena pada dasarnya, Adelia tomboy itu tidak suka make up.Setelah meminta izin kepada Marissa, Adelia langsung mengeluarkan motor Ninja merahnya dari bagasi kemudian menaikinya dan memakai helm full face-nya kemudian melesat keluar halaman rumahnya dan menuju ke cafe Delima, dimana Reno menunggu."Gue pesen pizza, spaghetti bollonice, friench fries, banana sweet, milk shake, sama vanilla la
BERANGKAT dan pulang sekolah bersama Dicky mulai hari ini sudah menjadi rutinitas baru Adelia. Dan orangtua mereka lah yang menyuruh nya dengan tujuan untuk mendekat kan mereka. Seperti sekarang ini, dua sahabat itu tengah berada di atas jok motor Ninja merah yang telah dimodif oleh sang pemiliknya, yaitu Dicky.Diam-diam cowok itu melirik spion motornya, sekedar untuk melihat objek menarik yang selama ini bayangan nya selalu memenuhi otak dan fikiran Dicky. Dan dibalik helm full face nya itu Ia pun menyunggingkan senyumnya. Dapat dirasakan Dicky, sesuatu dalam perut seperti sedang menggelitikinya.Gue seneng bisa ngeliat wajah Lo lagi.Wajah manis dan lucu Lo.Gue seneng bisa ngeliat senyum Lo lagi.Senyum manis yang selalu gue kangenin.Gue seneng bisa ngeliat blushing Lo setiap di deket gue.Lo ternyata masih kecil dan polos, tap
"Lo duluan aja deh ke kelasnya, gue mau ke loker dulu nih! Mau ambil buku! Oke? Bye!"Dicky menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah sampingnya, Adelia, "Oh yaudah!" dan seperginya gadis itu, Dicky langsung diserbu cewek-cewek di sepanjang koridor yang sejak tadi asik bergosip ria dengan pemuda itu yang menjadi topik pertama dan utamanya."Haii Dicky""Pagi Dicky""Udah sarapan belum?""Kalo belum, bareng gue yuk ke kantin""Eh Kak, Lo sama Kak Adel ada hubungan apa sih kok bisa berangkat bareng?""Kalian pacaran ya?""Kok cepet banget sih jadiannya?""Nggak ada harapan lagi dong?""Sebel deh! Masa sih kalian pacaran?""Iya! Lo nggak pacaran sama Adelia kan, Dick?""Dicky, follback twitter sama ig gue dong?" 
"Adel? Gimana sama dinner Lo tadi malem? Lo, jadi kan dinner sama Kak Reno? Kalian udah jadian? PeJe dong?"Adelia menghentikan acara menulis nya dan menoleh ke araj sampingnya. Ia menatap Friska yang memasang wajah keponya itu dengan heran, "Iya! Biasa aja tuh! Dan, atas dasar apa gue jadian sama Reno? Idiot tau nggak!"Mendengar jawaban itu, Friska pun tertawa. "Hahaha!! Kan katanya Kak Reno mau deket sama Lo? Kali aja gitu dia langsung nembak Lo? Dia kan playboy jadi nggak butuh waktu yang lama dong buat PDKT?" katanya.Adelia mengidikka bahunya, "Idihh!! Mana mungkin!! Orang dianya aja tadi malah ngatain gue rakus? Songong banget nggak sih? Pengen rasanya gue timpuk dia dan gue tenggelemin di dasar samudra deh!" katanya sembari menggenggam erat penanya."Hahaha!! Kok bisa? Makanya yang jaim dikit dong di depan cowok jangan kayak orang kepalaran!" kata Friska namun Adelia hanya bertopang dagu, "Ya
"Huh~ pedes parah gila kuadrat!" gerutu Adelia sembari mengibaskan tangannya cepat di depan mulutnya yang terbuka. Ia pun langsung menyambar gelas berisi es teh manis itu dan meminumnya, "Duh~ pedes banget sih! Ini cabe, cabe setan kalik ya?" gumamnya lagi setelah menaruh gelas yang isinya telah tandas itu.Dicky yang berada di sebelahnya pun menghentikan aktivitas menyantap semangkuk bakso di depannya dan menoleh kearah Adelia, "Namanya juga cabe! Ya pedes lah! Kalo manis namanya bukan cabe! Makanya kalo nggak tahan pedes nggak usah sok-sok an pake sambel banyak! Tau rasa kan? Hahaha persis kayak cacing kepanasan Lo! Hahaha!!" ledeknya di sela-sela tawanya.Memang, Adelia tadi menuang 5 sendok sambal ke dalam baksonya. Cewek itu langsung meninju lengan Dicky seketika mendengar penghinaannya. "Heh! Siapa yang sok-sokan? Lo lupa ya kalo gue udah suka pedes tuh dari kecil? Kalo nggak pedes gue nggak napsu makan! Aduhh~ cepet siniin minum Lo do
"Ekhem! Adelia, Lo dipanggil tuh sama Bu Windy disuruh ke kantor guru sekarang!"Adelia melepaskan sedotan yang terhubung langsung dengan segelas es teh di tangannya itu dan memutuskan tatapan Dicky. Begitu pula dengan cowok itu yang langsung menarik kembali tangannya dari kening Adelia dan menggaruk kepalanya yang tak gatal seraya menatap kearah lain. Untuk menutupi saltingnya, Adelia pun segera menoleh ke sumber suara, "A- apa? Gue disuruh ke kantor guru? Ngapain?" tanyanya sembari menunjuk dirinya sendiri.Sedangkan cewek itu hanya mengangkat bahunya, "Nggak tau! Mending Lo kesana aja deh sekarang! Takutnya kan tuh guru ntar malah marah-marah lagi! Tau sendiri kan killernya kayak gimana dia kalo udah marah? Seremnya udah kayak macan kelaparan dan harima
Keluarnya dari kantor guru, Adelia dan Adrian bersama-sama menghentikan langkah mereka di depan pintu. Gadis itu berkacak pinggang sembari menolehkan kepalanya ke Adrian, sesungguhnya Ia malas sekali mendapat tugas itu apalagi berurusan dengan cowok yang belum pernah Ia kenali sebelumnya. "Heh, sebenarnya Lo belajar sendiri bisa kan? Kata Bu Windy aja tadi Lo pinter! Nggak usah manja deh, gue males dapet tugas ini tau nggak!" sebal Adelia.Cowok itu terlihat berfikir sebentar, "Ehm~ nggak!" jawabnya sembari menggelengkan kepala. "Gue nggak pernah belajar! Karena nggak ada nyuruh atau maksa gue buat belajar! Jadi buat apa gue belajar? Kecuali kalo ada ulangan aja sih, gue sempetin lah buka buku!" tambahnya lagi lalu menaikkan kedua alisnya.Adelia men
DIBALIK rimbunnya semak-semak di taman itu, Friska berjalan mengendap-endap seperti maling. Sesuai dengan niatnya tadi yang ingin mencari tahu siapa cowok secret admirer nya Adelia. Ia terus melangkah di tanah subur yang ditumbuhi oleh rerumputan hijau tersebut dengan sebelah tangannya yang sedari tadi menggenggam erat ponselnya yang berlogo apel tergigit.Pandangan mata Friska tetap fokus pada satu titik, yaitu pintu gerbang belakang sekolah yang letaknya berada di ujung semak-semak yang dilalui oleh nya. Dan disitulah nanti Friska akan memantau karena warung tempat nongkrong anak-anak yang suka bolos berada di seberang pintu gerbang itu.Tak butuh waktu lama, gadis itu pun sampai disana, Friska dapat melihat beberapa anak laki-laki campuran dari kelas 10, 11, dan 12 yang sebagian dari mereka ten