"Apa? Ini foto masa kecil aku. Kenapa foto ini bisa berada di lemari Alea? Apa Alea menyimpan foto aku ini? Ini sangat memalukan, aku terlihat sangat lugu dan polos. Ini foto terburuk sepanjang sejarah." kata Alif sambil merasa malu.
Alif langsung menyimpan foto kecilnya. Saat itu, Tamara langsung pergi ke ruangan Andre. "Ini dokumen yang kamu inginkan." kata Tamara sambil tersenyum. "Apa kamu bisa menemani aku? Kita harus pergi ke proyek dan memeriksa pembangunan itu?" tanya Andre sambil tersenyum. "Boleh, aku akan menemani kamu. Kamu pasti akan menemui pak Beni." jawab Tamara sambil tersenyum. Mereka berdua pergi ke proyek pembangunan itu. Dalam perjalanan, Andre menanyakan pendapat Tamara tentang kalung yang dia sudah beli."Bagaimana pendapat kamu tentang kalung ini?" tanya Andre sambil menunjukkan kalung itu. "Bagus sekali. Untuk siapa kalung ini?" tanya Tamara sambil merasa penasaran. "Untuk sese"Ternyata kamu masih mengingat kejadian itu." kata Andre sambil tersenyum."Tentu saja, itu adalah kejadian tidak terlupakan sepanjang sejarah Andre." kata Tamara sambil tersenyum."Aku ingat saat kamu jatuh di depan semua teman kelas kita. Kamu menjatuhkan minuman ke wajah kakak kelas yang sedang kamu sukai sampai dia merasa malu dan pergi." kata Andre sambil tersenyum."Benar itu, aku merasa bersalah terhadap dia. Aku langsung kehilangan harapan untuk dekat dengan dia. Lebih baik mundur daripada ditolak oleh dia. Itu akan sangat memalukan bagi aku." kata Tamara sambil tersenyum."Tidak masalah, terkadang harus ada yang membuat kita merasa malu sampai ingin tertawa. Supaya hidup terasa beraneka ragam. Tidak berjalan dengan datar. Kita memiliki kisah untuk diceritakan kepada pasangan kita nanti." kata Andre sambil tersenyum."Aku setuju dengan kamu, Andre." kata Tamara sambil tersenyum."Tentu saja, aku memang benar."
Rara mulai berhenti menangis dan merasa senang. Aku merasa salah karena menjanjikan sesuatu yang sangat sulit. Alif melihat ke arahku dan tersenyum. Alif langsung memegang tanganku."Jangan khawatir, aku akan menemukan orang tua dia. Aku tidak akan membiarkan kamu merasa sedih. Aku bisa mencari seseorang. Itu sudah tugas aku, tidak akan sulit bagi aku menemukan orang tua dia. Kamu harus percaya kepada aku." kata Alif sambil tersenyum."Baik." kataku sambil cemberut."Jangan cemberut, kamu harus tersenyum. Aku tidak akan mengecewakan kamu. Aku pasti akan menemukan orang tua dia." kata Alif sambil tersenyum."Baik, Alif." kataku sambil tersenyum.Kami sampai di rumahku."Rara, apa kamu ingin makan sesuatu?" tanyaku sambil merasa bingung."Aku menang sangat lapar. Aku ingin makan." jawab Rara sambil merasa sedih."Kamu duduk sebentar saja di sini. Aku sudah memesan makanan untuk kita bertiga." katak
Roni memikirkan perkataan Alif itu benar. Roni tidak akan aman jika dia terus tinggal di tempat ini."Baik, aku akan tinggal dengan kalian berdua." jawab Roni sambil merasa kesal."Bagaimana dengan aku? Kenapa kamu tidak mengajak aku, Alif?" tanya Fauzi sambil merasa kesal."Kamu akan tinggal di rumah Dita, bukan?" tanya Alif sambil tersenyum."Kenapa aku tidak bersama kalian saja? Bagaimana jika aku ditangkap oleh mafia itu? Bagaimana jika mereka menemukan aku di rumah Dita?" tanya Fauzi sambil merasa khawatir."Bodoh, mafia itu bukan polisi. Mereka tidak akan bisa memasuki tempat tinggal seseorang. Mereka hanya akan mencari tempat yang mencurigakan dan sepi. Tempat yang tidak memiliki kepemilikan atau pemilik yang kurang jelas. Sedangkan Alea dan Dita, mereka tidak berurusan dengan para mafia itu." Jawab Alif."Benar itu, aku pikir kamu sudah mulai pandai. Ternyata kamu masih saja lambat, Fauzi." kata Roni sambil te
"Aku sudah tidak memiliki tenaga untuk mendorong batu sebesar ini. Aku tidak kuat." kata Roni sambil merasa lelah."Apa kamu pikir kami sanggup?" tanya Alif sambil merasa kesal."Benar, Roni. Aku lelah tapi ini harus kita lakukan." kata Fauzi sambil merasa kesal.Mereka mencoba mendorong batu besar itu dengan sekuat tenaga. Sampai akhirnya mereka berhasil mendorong batu besar itu."Berhasil, kita harus maju lagi." Kata Alif."Syukurlah, aku tidak perlu lari lagi. Tenaga sudah terkuras dengan sangat dalam." kata Fauzi sambil merasa lelah."Aku sangat lapar, aku ingin segera makan." kata Roni sambil merasa kesal."Kita masih harus mencari jalan keluar sebelum pergi mencari makanan." kata Alif sambil merasa bingung."Ke mana lagi kita harus pergi?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Kita harus menemukan jalan ke arah pulang." Jawab Alif.Semakin mereka maju, mereka semakin tid
Aku merasa bahwa mereka sudah dikejar oleh para mafia lagi. Alif terlihat sangat lelah dan lapar. Aku langsung memesan banyak makanan untuk mereka berdua. Pengantar makanan datang dan mereka langsung memakan semua itu."Kenapa kamu pergi? Apa kalian sudah dikejar oleh mafia itu lagi? Bagaimana kalian bisa datang malam ini? Apa ada sesuatu yang telah terjadi?" tanyaku sambil merasa bingung."Tadi, aku pergi karena Roni memberitahukan kepada aku bahwa tempat persembunyian kami hampir ketahuan oleh mafia itu. Kami langsung pergi dan ternyata mereka sudah menyadari kepergian kami bertiga. Mereka terus mengejar sampai kami masuk ke dalam sebuah jalan kecil yang sangat membingungkan." jawab Alif sambil merasa lelah."Jalan membingungkan? Apa maksud kamu?" tanyaku sambil merasa terkejut."Saat kami masuk, kami terjebak dan tidak bisa keluar. Untung saja kami masih bisa menemukan cara untuk keluar dari tempat itu. Jika tidak, kami pasti masih bera
"Kenapa aku melakukan itu terhadap Tamara? Bagaimana jika dia sungguh marah dan menjauh dari aku? Dasar kamu bodoh, Andre." kata Andre sambil merasa kesal.Tamara langsung mengerjakan pekerjaan dia. Andre melihat Tamara dari jendela ruangan kerjanya."Sepertinya Tamara sangat marah. Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana jika dia ingin keluar dari kantor karena tindakan aku ini?" tanya Andre sambil merasa bingung.Fauzi langsung pulang ke rumah Dita. Roni terbangun dan merasa lapar. Roni langsung pergi ke meja makan. Tapi dia tidak melihat makanan di atas meja makan."Di mana makanan? Apa yang harus aku makan pagi ini?" tanya Roni sambil merasa bingung.Roni langsung memanggil nama Alif tapi Alif masih tidur. Roni langsung pergi ke dalam kamar tidur Alif."Ternyata dia masih tidur." kata Roni sambil merasa kesal.Roni langsung membangunkan Alif dari tidurnya."Alif!" teriak Roni sambil merasa kesa
Zidan langsung masuk ke dalam ruangan kerjaku. Zidan menaruh dokumen di atas meja kerjaku."Ini dokumen yang anda inginkan, ibu Alea. Saya sudah mengejakan semuanya." kata Zidan sambil tersenyum."Bagus, ternyata kamu cepat menyelesaikan semuanya." kataku sambil tersenyum.Aku sangat mabuk sampai tidak bisa fokus saat Zidan menjelaskan tentang dokumen itu."Bagaimana? Kenapa? Apa ada sesuatu yang salah?" tanyaku sambil merasa bingung."Sepertinya ibu Alea kurang fokus. Ada apa? Apa ada masalah yang telah terjadi? Atau ada sesuatu yang salah dari saya?" tanya Zidan sambil merasa bingung.Aku langsung memeriksa dokumen yang diberikan oleh Zidan."Tidak, kamu sudah mengerjakan dengan benar." jawabku sambil tersenyum."Lalu, kenapa? Apa ada sesuatu yang sudah mengganggu pikiran ibu Alea?" tanya Zidan sambil merasa bingung.Aku mulai menceritakan tentang pembicaraan aku dengan pak Beni tadi
"Kenapa kamu tidak ingin menerima tawaran dari aku ini? Aku janji tidak akan melakukan sesuatu yang membuat kamu kecewa lagi. Aku hanya ingin membantu kamu saja. Aku mohon, Andre!" kataku sambil tersenyum."Aku tidak ingin kamu merasa kasihan. Aku ingin mencari investor dengan cara aku sendiri. Aku mohon kamu jangan ikut campur ke dalam urusan aku ini. Sebaiknya kamu pergi saja sekarang." kata Andre sambil tersenyum."Maafkan aku, Andre. Aku sungguh tidak ingin kamu kehilangan investor ini. Aku tidak bermaksud seperti itu." kataku sambil merasa bersalah."Sebaiknya kamu terima saja tawaran dari pak Beni. Aku tidak akan menyalahkan kamu atas pekerjaan ini. Aku tahu dia memilih kamu sebagai rekan kerja. Aku memang merasa bahwa sekarang kamu jauh lebih unggul dari aku dalam berbisnis. Kamu bisa hwbat seperti orang tua kamu dahulu." kata Andre sambil tersenyum.Aku semakin bersalah kepada Andre."Tidak, aku tidak akan menerima tawaran dar