Sebuah perayaan empat bulanan yang diadakan Izzuddin Elbarak di Mansionnya, kini tampak ramai dengan kehadiran Lian Xiunhuan bersama kelima adik-adiknya. Keluarga kecil kembar Li Faihung dan Li Fengying kini ikut meramaikan syukuran empat bulan kehamilan Arsyilla. Si tuan kecil Darrell Azkanio tampak asyik bermain dengan Lian, Zhao, Jianheng, Jianying, Qiaofeng, Qiancheng juga Queen diatas karpet berudru tebal.
"Hai, Darrell. Apa kabar?" Sapa anak laki-laki yang begitu manis dan kagum bila dipandang.
"Eoh.. Ying Gege?" Panggil Darrell polos ketika disapa saudaranya yang diketahui bernama Jianying, saudara kembar Jianheng.
"Yakk.. my name is not Ying, but Jianying. Remember!! Call me Jianying gege, okay tittle bro." Jianying protes pada Darrell yang hanya menatapnya polos.
"Jianying, ada apa? Kenapa kau berteriak seperti itu?" Tanya Lian yang tiba-tiba bingung sendiri akan sikap sepupunya itu.
"Oh.. Lian gege, lo and behold. Darrell's call's me
Tamu speisal siapa ya? Hehehe...
Tak lama kemudian terlihat para bodyguard berbaris didepan pintu utama, Izzuddin menyunggingkan senyumnya untuk kesekian kali, ketika menyadari ada tamu terhomatnya menghadiri undangannya. "Darren- hm... maksudku Nak Izzu." Sapa pria paruh baya itu sedikit gagap, Izzuddin menyeringai akan panggilan itu. "Baba Fu," suara Syilla tiba-tiba menyeru, diikuti dua wanita cantik berwajah mirip. Setelah kejadian salah faham waktu itu, kini Syilla kembali memanggil Kun Lian dengan panggilan 'Baba'. Karena hanya Kun Lian sosok yang membuatnya bisa merasakan kasih sayang seorang Ayah sejak dulu. "Salam, Tuan Fu." Sapa Leonella dan Layla pada Kun Lian. "Salam." Jawab Kun Lian sopan, kemudian menatap Syilla dengan senyuman khas. "Xiao Fu, Baba-- Oh, ya Tuhan, Xiao Fu--" pungkas Kun Lian tak percaya akan apa yang beliau lihat, kejutan tak terduga ternyata undangan tempo hari itu sebuah syukuran kehamilan Syilla. Syilla tampak mengangguk antusias.
Kun Lian baru sampai didepan Istana kaca milik Arsyilla, lelaki paruh baya itu tampak kebingungan karena Istana itu tampak sepi. Ada keraguan terbesar pada benaknya, sosok lain Darren itu benar-benar memberinya hadiah yang menurutnya aneh dan mampu membuat orang lain naik darah. Hingga kedua pasang mata coklat gelapnya menangkap sosok wanita berambut panjang sedang bermain air mancur didalam sana. Karena pencahayaan bulan purnama dan lampu khusus dalam istana kaca itu begitu indah dan terang, sehingga sedikit kontras bila ada bayangan seseorang disana. "Aneska.." tebaknya, beliau langsung menghalau bayangan wanita didalam sana, berharap ini hanya sebuah ilusi baginya. "Tidak mungkin Aneska masih hidup, bukankah Darren sudah melenyapkannya? Tapi--" desis Kun Lian bingung sendiri akan apa yang pria setengah baya itu lihat, beberapa kali pria itu memastikan jika apa yang ia lihat hanya bayangan semu, tetapi sosok wanita didalam sana terlihat begitu nyata.
Dibalik pohon mangga tak jauh dari Istana kaca, Syilla menutup mulutnya agar isakannya tak terdengar. Wanita hamil itu sempat shock ketika mendengar pria yang diyakini adalah suaminya itu memanggil Kun Lian dan Aneska dengan sebutan Baba dan Mama. Kebenaran siapa Izzuddin Elbarak bagi pasangan Huang Fu itu terjawab sudah, ternyata Izzuddin sosok Darren Frederich yang memiliki kelainan Alter Ego. Bahkan sejak melihat sosok lain Darren itu memasuki istana kaca, Syilla dapat melihat suaminya tampak begitu bahagia karena sudah mempertemukan kedua Orang tua kandungnya. "Kenapa kau tega menipu kami semua, Kak." Guman Syilla sesak, ia mengusap perut buncitnya seakan meminta ketenangan pada bayi didalam sana. "Darren? Izzuddin? Jahat, orang sepertimu tak pantas dimaafkan. Bodohnya aku, ditipu pria yang ku anggap suami bertanggung jawab, ternyata dia adalah jelmaan iblis itu." "Tuhan.. apa salahku, kenapa kau kirimkan aku pria penipu?" "Hiks.. seharusn
"Ernesta Smokey Luciano. Adik perempuan si berengsek Lucky, bajingan kelas teri yang sudah membusuk di Neraka--" Plak-Plak... dua tamparan keras mengenai pipi cubby milik Syilla, ketika Syilla mengejek pria yang diyakini Kakak dari Dokter gila itu. Terlihat sudut bibir Syilla sobek dan bengkak. Tetapi, Syilla malah tersenyum menantang. "Sekarang kau sudah tahu siapa aku, jika seorang Queen Frederich kebal akan pukulan. Sebagai gantinya akan ku buat kau berteriak kesakitan, hhhh..." "Aku tidak takut," jawab Syilla menyeringai licik. "Sial, bawa dia." Perintah Ernesta pada anak buahnya, dua lelaki bertubuh kekar langsung membopong tubuh Syilla dan menidurkannya disebuah brankar. Syilla tak bodoh jika brankar yang ia tempati adalah ranjang khusus untuk melakukan aborsi, dengan tangan terikat Syilla berdoa siapapun itu untuk menolong calon bayinya disana. Ini tidak lucu, jika Ernesta-- adik Lucky Luciano ternyata seorang Dokter kandungan, sudah pa
"Dimana, istriku?" Tanya Izzuddin pada Bi Sima, wajah wanita paruh baya itu memucat tampak ketakutan, sejak dua jam yang lalu Syilla yang izin ke ladang mengambil apel. Kini tak ada tanda-tanda wanita hamil itu kembali dari ladang, bahkan sudah lima kali Bi Sima memutari ladang, tapi tak ada jejak keberadaan Syilla disana. 'Ya Allah..' seolah tak dapat menjawab pertanyaan Tuannya, Bi Sima hanya bisa menunduk ketakutan. Izzuddin yang menyadarinya hanya mendengus dingin. "Jawab, dimana istriku?" Dengan acuh tak acuh pria itu melirik sinis kepala pelayannya tersebut. "A-anu, T-tuan--" Hatinya yang gelisah membuat Izzuddin tak dapat mengontrol emosinya, sehingga berani membentak Bi Sima. "Cepat katakan dimana, ratu ku? Kenapa sudah dua jam lebih, aku tidak melihatnya lagi?" "Darren, kenapa kamu berteriak, Nak?" Terdengar suara lembut Aneska dari balik pintu sesekat dapur dan pintu mengarah gerbang belakang. Keinginannya untu
Pria pucat itu hanya meliriknya dengan tenang, Izzuddin langsung menoleh ke arah salah satu pintu Mansion rasaksanya. Di sana terdapat sosok pria janggung yang merupakan kembaran pria pucat itu tengah berdiri dengan malas sambil merokok.Kembali ke pria pucat tersebut, Izzuddin langsung memasuki mobilnya dan menyalahkan mesin mobil secara brutal."Jangan gegabah, Lian dan putra kedua mu sudah beraksi sejak satu setengah jam yang lalu." Kata pria pucat yang dipanggil Fai Gege itu penuh teka-teki, Izzuddin melirik pria di sampingnya itu acuh tak acuh.Pria misterius itu benar-benar ...."Maksudmu apa? Istriku diluar sana dalam bahaya, lebih baik jangan campurkan anak-anak dalam urusan orang dewasa...""Hm... kau benar." Faihung hanya berdehem kecil tanpa dosa.Izzuddin mengeram frustasi juga marah, ini yang tidak ia suka, sikap Faihung benar-benar sangat misterius dan menyebalkan. Pantas saja selama pria itu hidup, keluarga Dinasti Li selalu d
"Apakah Mr. Watanake ada disana?" Darren bertanya dengan santai seolah serangan mendadak itu bukan apa-apa baginya. "Benar, Mr. Watanake sedang meluncur kesini bersama Mr. Joseph untuk melakukan serangan balik." "Bos.. Ernesta Luciano, adik perempuan Lucky ditemukan tewas dalam keadaan terpengal disalah satu gedung tua di pinggiran Kota Peterburg, kini aku sedang menyelidiki penyebab ..." "Lempar mayat sialan itu ke dalam kadang Patric." Sela Darren sedikit mengeram marah. Patric yang dimaksud adalah anjing besar seukuran serigala yang bertugas menjaga Kota Peterburg. Setiap dalam kota kekuasaan Frederich, Darren telah menugaskan sebangsa anjing, serigala dan singa untuk menjaganya. Dan, kali ini Darren cukup marah karena Patric tak menyadari kehadiran Ratu tuannya. "Siap laksanakan." Jawab si penelepon diseberang sana. Darren yang sedang kesal langsung melempar tatapan membunuhnya kedepan. "Rupanya akan ada pertumpahan darah d
Lian menatap acuh tak acuh pertunjukkan yang terpapar jelas di kedua mata tajamnya, Eilert terlihat memberontak tak ingin kembali ketempatnya. Anak laki-laki itu terus berteriak kesetanan seolah dirinya nyaman dalam posisi setengah arwah seperti itu. "Tidak.. Paman Fai, aku mohon.." suara serak Eilerd tertengar memohon pada Faihung, namun pria pucat itu hanya menyeringai. "Kau bahkan belum lahir ke dunia, anak muda. Bertahanlah sedikit dan buang emosi gilamu itu." Kata Faihung mengingatkannya, Eilerd yang mendengarnya langsung mencoba melepaskan diri dari cengkeraman pria dewasa tersebut. "Tidak, Aku sangat benci penipu, penipu itu pantas mati. Aku.. aku harus menjaga Ibuku, lepas.. lepaskan aku.." "Lepas emosimu, El. Jika kau tidak melepaskannya, sampai lahirpun takdirmu tidak akan baik." Suara dingin dan santai dari arah Lian membuat Eilerd melototi pria muda itu sinis. "Apa pedulimu dengan takdir hidupku, kau bukan Tuhan. Jan