Empat hari sudah, gadis malang itu tak kunjung membuka mata indahnya, membuat Izzuddin dilanda kekhawatiran yang mendalam. Izzuddin makin terlihat sangat frustasi, lelaki itu mendatangi dokter yang menangani gadisnya dengan tatapan bengis.
Pintu ruang Dokter Jo terbuka secara tak terduga setelah tendangan kuat dari luar, lelaki muda itu menarik kerah jas dokter Jo dengan kasar.
"Kenapa Syilla tak sadar-sadar juga, huh!"
"Maafkan saya, Tuan! Tu-tunggu hingga 6 jam lagi. Jika Nona Syilla tak kunjung melewati masa kritisnya, maka ia dinyatakan Koma--"
Bugh.. Bugh.. kenyataan kata 'Koma' membuat Izzuddin tega memukul keras wajah dokter itu membabi buta, pendengarannya terasa panas jika mendengar kata itu. Karena bukan ini yang ia inginkan, ia benci kata itu, ia tak peduli lagi, ia hanya ingin gadisnya sadar bukan malah berbaring tak berdaya diranjang sialan itu.
Pagi-pagi buta tepatnya pukul 3 dini hari ada seorang gadis dewasa membuat gempar seluruh isi Mansion Elbarak, putri sulung Keluarga Elbarak itu berteriak histeris memanggil kedua Orang tuanya, membuat kedua Orang tuanya terkejut juga cemas bukan main. "Ada apa, Kak?" "Izzu, Yah! Izzu--" "Ada apa lagi dengan anak itu?" Guman Ayah Jem cemas. "Ayo, Yah! Kita periksa keadaan putra kita." Seru Bunda Vanya tak kalah cemas, Wanita paruh baya itu langsung lari menaiki undak-undakan tangga menuju kamar putra tercinta, dan langsung tertegun karena akan apa yang ia lihat. "Ayah... Ezha... cepat panggil Dokter Matthew." Teriak Bunda Vanya histeris, Ayah Jem yang baru sampai dikamar Izzuddin diikuti putri sulungnya langsung menghubungi Dr. Matthew. 10 menit adalah waktu paling cepat khusus dokter asal Italia itu, ia baru saja terlelap langsung ditelepon dadakan oleh Tuan Elbarak. Membuatnya g
"Lepas, Yah! Gadis bodoh itu harus bangun sekarang juga! Lepass..." teriak Izzuddin tak terkendali, jiwanya sudah tak bisa dikendalikan lagi, peduli syetan jika Victo menyaksikan kegilaannya, ia hanya ingin Syilla-nya sadar. "Istighfar, Nak! Istighfar, kamu bisa melukai Syilla." pinta Bunda Vanya lirih dengan lelehan air mata, Beliau merasakan sakit yang dirasakan putranya, putranya begitu menderita selama Syilla hilang beberapa bulan lalu, tapi lelaki itu bersikap seolah tak terjadi apa-apa. Walaupun ia begitu butuh sandaran untuk berkeluh kesah, tapi Izzuddin tetaplah Izzuddin, lelaki muda itu sangatlah pandai menyembunyikan penderitanya hanya tak ingin keluarganya ikut terluka. "Tidak, Bun! Tolong jangan menangis, Izzu mohon, mengertilah! Izzu benar-benar tak tahan... Izzu mohon, jangan menangis." Lirih lelaki itu lemah. Ia memang sedang sakit, tapi ia akan tambah sakit jika melihat Bundanya m
"Kak, Syilla minta maaf ya? Syilla banyak salah sama Kakak, sebenarnya Syilla tak pantas Kakak perlakukan seperti ini, Syilla bukan gadis kecil Kakak lagi, Syilla hanya perempuan-" "Diamlah! Jangan mengoceh terus seperti burung beo dan jangan mengingat apapun lagi, cukup Kak Izzu-mu ini yang harus kamu ingat. Kakak sangat mencintaimu, Kakak mencintai kekuranganmu, tak peduli apapun itu sebab dan akibatnya. Karena Kakak mencintaimu tanpa syarat, lihatlah Kakak masih ada di sampingmu, semua itu karena cinta... karena cinta kita!!" Ungkap Izzuddin tegas dan penuh keyakinan, membuat Syilla terharu akan kekuatan cinta Izzuddin padanya. "Terima kasih." Hanya itu yang bisa Syilla ucapkan, ia terlalu bahagia karena Izzuddin telah mencintainya tanpa syarat. Ia seperti gadis paling beruntung sedunia karena tetap diperjuangkan oleh lelaki yang sudah ia sakiti dua bulan lalu.
"DOKTER MATTHEW... MATTHEW.. CEPAT PERIKSA GADIS GUE." Teriak lelaki muda itu lantang. Bodo, ini Rumah Sakit apa lapangan yang terpenting Syilla cepat-cepat mendapatkan perawatan. Gara-gara teriak-teriak kesetanan, sayup-sayup para pengunjung dan penghuni Rumah Sakit khususnya kaum wanita pada bisik-bisik tetangga. 'Waduhh... ganteng-ganteng kok berteriak sih, babang tampan! Makin seksi deh.' 'Udah ganteng pakai baju koko lagi, masya'allah... sempurnanya.' 'Ya Allah, sungguh sempurnanya ciptaan-Mu.' 'Sungguh suami idaman, adik sakit saja langsung dibawa ke Rumah Sakit dan berteriak-teriak seperti itu sama dokter.' 'Eh... kok mas ganteng itu mirip aktor China ya? Siapa ya?' 'Wah... itu kan dokter bule asal Italia itu, wow... mataku ternodai pagi-pagi lihat bule kesasar ke Rumah Sakit.' Ya, seperti itulah crewa-crewi ala emak-emak rempong
"Kak Izzu." Panggil gadis itu serak, sepertinya gadis itu baru bangun dari pingsannya, Izzuddin tersenyum manis kearah gadisnya. "Iya, sayang! Kamu mau apa, hm?" "Haus." Mendengarkan permintaan sederhana itu Izzuddin langsung membantu gadisnya minum, lalu ia menata bantal dibelakang punggung Syilla, agar gadis itu lebih mudah bersandar. "Sayang, kamu makan ya? Biar Kakak suapin." Lelaki itu berseru sambil mengambil bubur dari atas nakas, tapi gadis itu hanya menggelengkan kepala lemah. "Hey, kamu belum makan sedari kemarin, ayo makan sekarang." "Nggak mau, Syilla belum lapar, Kak!" "Dasar gadis bodoh kepala batu." Izzuddin menyelutuk dengan kesal. "Syilla memang bodoh, kenapa? Mau protes." Ketus gadis langsung membuang muka kearah lain. "Syilla, hentikan jangan keras kepala, Kakak tak bisa melihat kamu seperti ini." "Tapi k
Sesampainya di Apartemen Izzuddin, Syilla langsung istirahat dikamar, tanpa membantu Izzuddin beres-beres dulu. Karena Izzuddin melarang gadis itu kemana-mana dulu karena kondisinya yang masih belum stabil. Gadis itu merasa begitu lelah akan hidupnya, masalah percintaannya, masalah masa depannya, semuanya membuatnya tak bisa berfikir jernih lagi, akhirnya ia memutuskan untuk tidur sejenak, mungkin dengan tidur ia bisa melupakan masalahnya dulu dan hatinya bisa sedikit tenang. Suara pintu kamar terbuka, muncullah sosok malaikat berhati selembut sutra dengan wajah bersinar sepertinya ia habis menyelesaikan sholat dzuhur berjamaah di Musholla khusus penghuni Apartemen itu. Ia tampak tersenyum manis ketika melihat wajah damai gadisnya. Di kecuplah dahi Syilla dengan penuh kasih sayang lalu menaikan selimut sampai batas leher. "Happy Sleepy, Sweaty." "Ingatlah, Kak Izz
"Kenapa pakai baju itu?" Ucap Izzuddin agak ketus. "Loh kan, tadi Kakak bilang Syilla bisa makai baju Kakak yang mana saja sesuka hati, kenapa sekarang pakai ini malah diprotes?" "Iya, tapi kalo pakai baju itu yang benar, masa nggak pakai dalaman." "Dalaman? Pakek kok! Nih lihat Syilla pakek kok." Jawab gadis itu polos, sambil membuka area pahanya menunjukkan s-tringnya disana, membuat Izzuddin menghela nafas kasar, hati lelaki itu seperti sangat dongkol karena pemandangan tak nyaman di sampingnya. "Ya ampun, nggak usah dibuka juga kali. Maksud Kakak itu dada kamu, sana deh!! Balik kamar terus ganti baju yang lain." Gerutunya kesal. Seketika gadis itu memeriksa dadanya dan benar saja gundukan itu menyembul indah dibalik kemeja putih itu, membuat gadis itu menyeringai licik. "Ah, sok jual mahal, begini-begini Kakak mau juga, kan?" "Nggak
"Berhenti menganggu adik kecil Kakak! Sakit tahu." "Eoh, adik kecil Kakak yang mana? Disini kan nggak ada Queen, adik kecil Kakak itu sedang di Mansion Elbarak." Izzuddin menghela nafas kasar mendengarnya. "Itu yang kamu duduki." Jawab Izzuddin gamblang. Syilla langsung menunduk dan benar saja! Disana ada gumpalan keras yang sedari tadi seperti minta keluar. Seketika Syilla tersenyum licik dan malah semakin mendudukinya. "Kakak punya adik lagi selain Queen?" "Hm, adik kecil yang bisa membuatmu mengandung anak Kakak selama sembilan bulan." "Wahh.. itu hebat sekali." "Sudahlah, cepat turun sekarang." "Ihh, nggak mau! Syilla mau ini, Syilla nggak mau berhenti." "Mau apa, hm? Syilla mau ini?" Dengan jahil Izzuddin menekan bongkahan padat itu kearah adik kecilnya yang menyembul sehingga terasa ditusuk-tusuk, membuat gadis itu menjerit