"Kakak mau kemana?"
Gerak Kiara yang tengah menyiapkan piring untuk makan malam terhenti ketika melihat Intan yang akan pergi, yang ditanya sama sekali tidak menggubris. Terus melangkah dan sedikit berlari ketika sudah berada dijalan.
"Kakak kamu kemana?"
"Nggak tahu Bu, langsung pergi."
"Yaudah kita makan dulu aja," Kiara menurut dan memakan dengan nikmat.
"Oh ya Bu, tadi sore kak Intan nanyain sertifikat rumah ini lo."
"Kamu kasih tahu?"
Kiara menggeleng, "kan aku nggak tahu dimana ibu naruhnya."
"Emang buat apa si Bu?"
"Pokoknya kalau Intan nanya lagi, kamu bilang nggak tahu ya!"
"Kan emang nggak tahu Bu."
******
Ada bermacam makanan tersaji dengan lezat di sebuah meja makan, sang p
"Dor!"Sari menggertak sahabatnya yang tengah melamun, Kiara mengelus dadanya menetralkan detak jantung yang tidak teratur."Nggak usah ngagetin bisa nggak si?""Nggak bisa! Ngapain si lo melongo ditengah-tengah keramaian?""Angkasa-""Nggak nongol lagi?"Kiara menatap jengah Sari yang memutus perkataannya."Yaudah si, dibawa happy aja.""Lo nggak ngerti Sar, karena lo nggak jadi gue.""Kalau gue jadi lo, udah gue putusin tuh si Angkasa. Cakep si iya, tapi nggak jelas.""Iya, yang jelas emang cuma lo doang!"Entah marah atau tidak, tetapi Kiara langsung pergi setelah mengucapkan hal itu. Sari menatap kepergian sahabatnya dengan ekspresi tidak terkendali, baru kali ini Kiara membantah perkataannya.
"Jadi?"Kiara menaruh sendok pada piring yang telah kosong, menyeruput lemon tea yang masih penuh."Dia itu om-om yang gue ceritain.""Yang hampir nabrak lo?""Iya.""Ya ampun Ra, dia mah keren banget. Angkasa lewat."Kiara memutar bola matanya bosan, Sari terus saja membandingkan dengan Angkasa."Udah deh, pulang yuk!""Bentar, gue bayar dulu."SREKKursi yang tergeser dengan semangat itu sampai berbunyi, Kiara menghabiskan minumannya sebelun keluar restoran. Sari sudah selesai membayar dan menunggu Kiara untuk keluar bersama."Makasih ya, kenyang deh ni perut.""Santai aja kali.""Eh tunggu deh Ra," Sari menghentikan lengan Kiara, membuat gadis
Tidak ada yang bisa mengobati rasa rindu Kiara terhadap Angkasa, foto maupun kenangan manis yang bisa dia lihat dengan jelas. Hanya bayangan kejadian yang pernah dia alami bersama Angkasa, sangat sedikit dan itu hampir mengelupas disebagian ingatan Kiara.Gadis itu sudah bersiap untuk mengunjungi rumah Angkasa, sedikit berdandan mengenakan dress sederhana. Wajahnya terpoles bedak tipis dan lipgloss orange, begitu pas diwajah mungil Kiara.Melangkah dengan penuh pengharapan jika kekasihnya berada dirumah dengan keadaan baik-baik saja, mulai memasuki wilayah rumah yang dia tuju. Terus melangkah dengan mantap, sampai tiba tubuhnya didepan pagar kayu. Sepi dan tertutup, Kiara mengamati beberapa tanaman yang sudah mulai kering. Seperti tidak disiram, melongok kedalam kaca yang tidak begitu jelas karena letaknya dari pagar rumah lumayan jauh."Nyari siapa Dek?"Ibu-ibu berdaster
Hari senin, hari yang begitu menjengkelkan bagi seluruh siswa. Upacara pagi menjadi kegiatan rutin yang harus mereka hadiri, Kiara memang bukan murid teladan dan pintar. Prestasinya ditingkat menengah, tidak terlalu bodoh dan juga tidak diunggulkan. Gadis itu melakukan kegiatan sekolah tanpa beban, kalaupun harus mengikuti upacara ya tidak begitu menjadi masalah. Itu tugasnya sebagai seorang murid, berbeda dengan Sari yang terus menggerutu karena kepanasan.Kiara menoleh ke arah Sari yang wajahnya sudah memerah, gadis itu terkekeh."Dasar vampire, nggak bisa kena matahari.""Nggak usah ngeledek deh, kulit gue emang gampang merah."Percakapan singkat itu berakhir, waktu upacara hampir selesai karena petugas sudah sampai di acara berdoa.-------Kiara menyempatkan diri untuk mampir dikelas Angkasa, gadis itu masuk dan m
Semua perhatian diruang itu mengarah kepada Kiara, gadis itu menunggu permintaan maaf darinya."Gara-gara kamu, saya jadi gagal arisan!""Iya Bu, sekali lagi maaf ya?"Nenek angkasa menengahi antara Kiara dan perempuan itu, mengusap lembut lengan sang gadis."Maafin pacar cucu saya ya Bu, dia nggak sengaja kok."Ucapan dari mantan mertunya membuat ayah Angkasa berfikir keras, ternyata anaknya itu sudah memiliki kekasih."Yaudah, lain kali itu yang sopan."Perempuan tadi memperingatkan Kiara, Angkasa yang mendengar keributan kecil itu tersadar. Meski pandangannya tidak begitu jelas tapi sayup-sayup dia melihat seorang gadis berseragam SMA, kebetulan Kiara menoleh ke arah Angkasa sehingga hal itu semakin mempermudah penglihatan laki-laki itu.
Ayah dan nenek Angkasa mengurus seluruh keperluan laki-laki itu untuk pulang, kondisi yang memang sudah pulih namun tetap harus mengurangi aktifitas. Akhirnya angkasa tidak lagi menelan bubur menjijikan, laki-laki itu sedikit bersyukur."Semua biaya rumah sakit udah aku urus," ayah Angkasa berucap."Terimakasih Pak.""Emang udah tugas dia Nek, nggak usah makasih," Angkasa menyergah.Pria parubaya itu mencoba bersabar, tidak salah kalau anaknya berkata seperti tadi."Kalau begitu kita pulang dulu Pak.""Biar aku antar."Angkasa melangkah keluar lebih dulu, neneknya tahu kalau Angkasa tidak mungkin mau diantar oleh sang ayah."Nggak perlu, kita naik bus aja."Meninggalkan ruang rumah sakit itu, Angkasa melangkah cepat. Ingin segera terbe
"Yaudah kalau kamu nggak mau bilang, nanti aku nanya sama nenek."Kiara berdiri dan membawa mangkuk tadi ke atas meja ruang makan, Angkasa sendiri sudah kembali keluar untuk menyelesaikan mencuci motor."Aku bantu ya."Lagi-lagi Kiara terus membuntuti Angkasa, laki-laki itu mengambil selang lalu menghidupkan airnya. Karena tadi sudah dia beri sabun maka tinggal proses membilas.Gadis itu merebut selang yang berada ditangan Angkasa sehingga air sedikit muncrat mengenai dressnya, namun gadis itu tidak mempermasalahkan. Tetap mulai menyiram motor kekasihnya, Angkasa mengamati titik yang gadis itu siram. Seperti boss.Tubuh sintalnya memutari seluruh badan motor agar terkena air dengan merata, saat dirinya berada tepat didepan Angkasa kakinya tergelincir oleh lantai yang licin.GREBDengan sigap laki-laki itu menangkap tubuh sintal Kiara, lama mere
"Hallo Pak Rio?""Hallo, aku ada tugas buat kamu."HA HA HASeseorang diseberang sana tertawa, anak buah Rio terlalu hafal dengan maksud boss yang menghubunginya."Udah lama ya, kebetulan aku lagi nganggur nih.""Besok siang, jam pulang sekolah. Kamu dateng ke SMA Taruna Bangka.""Wah, misi apa lagi ini Boss?""Kamu kesana aja, nanti aku nyusul.""Oke lah kalau gitu."KLIKRio mematikan telfonnya, rencana yang sangat cantik. Hanya butuh sesuatu yang remeh untuk mendapatkan seorang gadis kecil."Tunggu aku, manis."Bibir tipisnya menyeringai, nalurinya bergerak, membayangkan kalau dia bisa mencium bibir gadis itu lagi. S