Louis kembali beraktivitas seperti biasa di rumah sakit. Tidurnya tidak begitu nyenyak karena terus terbayang wajah wanita dan anak kecil yang ditolongnya. Pagi ini, ia melangkah menuju ruangan dengan segelas kopi hangat yang baru saja diberikan oleh salah satu perawat. Baru di tengah perjalanan, seorang dokter cantik spesialis bedah menghampiri Louis sekadar menyapa dan memberikan satu kantong yang berisikan makanan sehat untuk sarapan. Louis menerimanya dengan ramah. Pria itu sama sekali tidak pernah menolak pemberian orang lain. Belum selesai, dua perawat menghadang jalannya dan menyodorkan sebotol jus buah dan juga satu box kecil aneka buah yang telah dipotong.Louis menghela napas. Menyenangkan sekaligus merepotkan. Hampir setiap hari kejadian itu berlangsung. Kadang kala, orang tua pasiennya turut serta untuk memberikan makanan padanya. Semua pemberian itu, sering Louis bagikan pada rekan dokter satu ruangannya.Saat hendak berbelok mengarah ke ruanga
Lilian merasa jika dirinya sedang diperhatikan oleh Victor Zhang. Lilian tidak mengerti maksud dari tatapan itu. Pria itu menyukai penampilannya? Ada sesuatu yang salah di wajahnya? Atau masih tidak mempercayai jika dirinya adalah Xi Nai? Entahlah, Lilian tidak tahu jawaban pasti dari semua pemikirannya mana yang benar. Lilian ikut mencuri lirik ke arah Victor. Wanita itu merasa wajah Victor sangat familier, tetapi ia tidak tahu pernah melihat wajah itu di mana. Mungkin saja, Lilian melihat di majalah atau iklan, sebab Victor Zhang termasuk orang yang berpengaruh di Shanghai, begitu pun keluarganya. Mereka menyudahi santapannya dan mulai mengobrol mengenai kontrak kerja yang akan ditandatangani. Victor meminta Lilian agar memantau progres animasinya secara langsung. Victor berharap dalam hati, Lilian menyetujuinya, tetapi ternyata tidak semudah itu. "Maaf, tetapi saya tidak bisa mengabulkan permintaan anda. Saya cukup banyak memiliki pekerjaan yang harus diselesaikan. Seperti yang l
Utusan Victor memberitahu Tuannya, jika Lilian menjadi korban bully teman-teman satu sekolahnya. Namun, wanita itu tidak lemah sehingga bisa membalas setiap perkataan yang menjelekkannya. Victor yang mendengar informasi itu bergegas turun menuju restoran tempat di mana Lilian mengadakan reuni. Akan tetapi, keinginannya tidak berjalan lancar untuk segera menjadi pahlawan bagi wanita incarannya. Victor bertemu dengan kolega kerja berasal dari luar negeri yang kebetulan menginap di hotelnya. Pebisnis tampan itu tentu saja harus berbasa basi, menyapa dan berbincang meskipun hanya sejenak. Victor berdiri di depan pintu masuk restoran. Dari sana, ia bisa melihat punggung Lilian yang duduk di antara teman-temannya, hanya saja tampaknya semua dalam keadaan baik-baik saja. Di dalam restoran, Lilian kembali dipancing emosinya oleh Lu Wanwan. Wanita itu bahkan sebelumnya tidak terpikirkan jika foto yang diedit oleh Wu Lei memang sangat mirip dengan Victor. Lilian merasa sangat celaka. Beberapa
Lilian menatap lekat genggaman tangannya dan Victor. Keduanya melangkah menuju lift khusus yang berada pada ujung lorong. Lilian masih sulit mencerna semua kejadian hari ini. Wanita itu melirik Victor dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Keduanya berjalan berdampingan dengan hening. Tidak ada yang ingin membuka suara selama berada di lorong. Saat di dalam Lift, Victor menoleh ke arah Lilian dan tersenyum. Bukan balasan senyum menawan diberikan Lilian, tetapi sebaliknya sebelah telapak tangan Lilian melayang dan mendarat tepat di pipi kiri Victor. Sontak Victor terkejut lalu genggaman tangan mereka terlepas. Kedua alis Victor bertaut, menatap Lilian bingung. "Itu bayaran untuk ciumanmu tadi," desis Lilian. Wanita itu menatap kedua bola mata Victor dengan berani. Tidak ada kelembutan di sana, apalagi gairah besar yang siap meledak seperti malam itu. Lilian yang berada di hadapan Victor seperti jelmaan wanita lain. "Seharusnya kau berterima kasih padaku, bukan justru menamparku,
Jeff melakukan perjalanan menuju ke wilayah Tiongkok Barat yaitu kota Chongqing. Chongqing berada di tepi Sungai Yangtze, salah satu kota yang berlimpah dengan budaya, sejarah dan kuliner yang lezat. Perjalanan Jeff kali ini untuk melakukan pemotretan sampul majalah sekaligus liburan satu hari berkeliling mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada di Chongqing. Pria itu tampak antusias. Dengan pergi ke sana, Jeff bisa menggali ide baru untuk menulis lirik lagu dan juga membuat musiknya. Kepergian Jeff ke Chongqing bersama dengan asisten pribadi, manajer dan juga empat bodyguardnya. Saat sampai di bandara, para fans penyanyi tampan itu sudah berjejer dan berkerumun menyambut kedatangannya sambil membawa spanduk atau hanya ingin mengambil gambarnya. Jeff melambaikan tangan, menyapa semua orang yang datang ke sana untuk sekadar melihatnya. Jeff menerima banyak surat dari penggemar, tetapi pria itu menolak untuk diberikan hadiah berupa barang dan juga makanan. Jeff hanya menerima surat,
Victor berjalan di depan Lilian. Wanita itu mengekor, melewati lobi hotel dengan masker menutupi sebagian wajah. Victor membukakan pintu penumpang untuk Lilian masuk ke dalam mobilnya membuat beberapa pegawai hotel itu takjub, tetapi tidak ada satu pun yang berani mengucapkan sepatah kata pun. Victor benar-benar menaruh peraturan menjaga privasi tamu agar dipatuhi oleh semua pegawainya di seluruh perusahaannya. Victor mengambil tempat duduk bersebelahan dengan Lilian. Saat di mobil, Victor kembali menyatukan jari jemari mereka agar menggenggam satu sama lain. Lilian melirik sekilas, lalu membuang pandangan ke jalanan. Mengabaikan perlakuan Victor yang tentunya tidak bisa dilarang. Helaan napas kasar Lilian terdengar oleh Victor, membuat pria itu menoleh. "Di mana apartemenmu?" tanya Victor. "Zaozhuang Road, Blue Court Place Jingqiao Middle Ring," jawab Lilian. Victor mengangguk mengerti. Lingkungan tempat tinggal Lilian berada di tengah kota. Akses menuju landmark kota Shanghai p
Belum genap 24 jam Jeff sampai di Chongqing. Penyanyi tampan itu telah menemukan wanita yang berhasil menarik hatinya. Wanita yang akan bekerja bersamanya dalam beberapa waktu ke depan. Jeff sebelum berangkat ke Chongqing sama sekali tidak memiliki keinginan untuk bercinta dengan wanita asing, tetapi melihat Lin Yuan membuat gairahnya muncul membabi buta. Jika ketiga sahabatnya tahu apa yang terjadi hari ini, sudah pasti Jeff akan menjadi bahan olokan mereka. Jeff yang biasa tenang, terlihat dingin, kini menjelma menjadi pria penggoda nan liar. Sungguh seperti melihat orang lain di dalam tubuhnya. Jeff diantar oleh manajer juga asisten pribadinya ke kamar yang telah disiapkan oleh pihak perusahaan majalah. "Jangan berbuat kegaduhan lagi. Artikel tentangmu sama sekali belum reda. Kau tidak boleh mendekatinya saat ini." Manajer Jeff, Alice, mengingatkan penyanyi tampan itu. Jeff tampak tak acuh. Pria itu sibuk bermain game di ponselnya. "Tapi aku senang, akhirnya kau kembali nor
Lin Yuan merapatkan diri hingga seluruh bagian tubuh wanita itu menempel dengan rapi di tubuh Jeff. Jeff memejamkan mata, mencoba bertahan untuk tidak terburu-buru membopong tubuh Lin Yuan ke tempat tidur dan bercinta dengannya tanpa ampun. Jeff memiringkan kepala dan menunduk ke arah leher jenjang Lin Yuan yang terekspos karena wanita itu menyanggul rambutnya tinggi. Napas Lin Yuan mendadak tersengal. Bukit kembarnya menempel di dada Jeff. Bola matanya terbelalak saat bibir Jeff mengecup kulit lehernya dengan sangat lembut. Jeff menarik diri dan menatap wajah Lin Yuan yang tersenyum. Lin Yuan tersenyum bak wanita penggoda yang menginginkan hal lain dilakukan oleh Jeff. Lin Yuan menarik tengkuk leher Jeff mendekat dan menciumnya. Dengan mulut terbuka serta lidah menjelajah. Mata keduanya terpejam rapat-rapat menikmati pertukaran saliva itu. Ciuman itu hanya berlangsung satu menit, tetapi belum pernah Jeff merasa sangat bergairah seumur hidupnya. Jeff sangat mendambakan Lin Yuan. Me