"Hoaaaam..." ini sudah keempat kalinya Khika menguap. Malam tadi benar-benar malam terhectic yang pernah dia jalani. Bali, bandara, naik pesawat ditambah semalaman dimarahi Umi dan Ayah karena pergi pagi pulang tengah malam. Padahal Khika sudah jujur sejujur-jujurnya kalau keterlambatan pulang ini disponsori kedatangan Khika ke acara dadakan pesta ulang tahunnya Serliya Putri di Bali. Eh tapi Uminya malah membentaknya balik.
"JADIAN?!" pekik Zahra ternganga. Seperti yang sudah Khika duga, Zahra pasti kaget.Khika cuma mengangguk lemah, menggigiti sedotan minuman botolnya yang sudah hampir keriting diterjang gigi-giginya.Spontan sahabatnya itu menengok ke setiap sudut kantin, memastikan bahwa tak ada
"Nggak!""Mau!"
KERENGGANGAN itu terendus juga, dibawa oleh angin yang mengiringi setiap berita ke pelosok Sekolah. Khika menjauh dari Vino, semua orang tahu itu. Mungkin positifnya dari kejadian ini adalah perbedaan presepsi yang cukup signifikan sebelum dan sesudah Vino menggencarkan aksi buka-bukaan ini. Pada akhirnya semua orang tahu bahwa Vino lah yang mengejar Khika, bukan sebaliknya seperti yang dituturkan gosip-gosip tak bertanggung jawab dahulu. Jadi setiap Kak Vio melabraknya, dia tak pernah lagi mendengar kata 'jangan deketin Vino' tapi diganti dengan hal lain yang diada-ada."Awas lo cewek muna!
- Kemarin,sepulang Sekolah. -Sudut pandang Vino.
PAK FUAD mengemudikan mobil yang membawa serta Vino di jalan kota Bandung malam itu. Menyusuri jalan yang disoroti lampu kuning dan rimbun pepohonan di pinggir jalan yang menjadi sarang mata Vino untuk memandang kosong.
KHIKA melangkah jemu, menengoki jam tangannya yang sudah menunjukan pukul tujuh pagi. Dia datang sangat mepet nyaris kesiangan. Pak Gatot bahkan sudah menutup gerbangnya setengah, sampai harus memanggil Khika agar berjalan lebih cepat supaya dia tak terlambat.Tapi Khika terlanjur seperti siput pagi ini. Jalan ke kelas pun lambat, bicarapun lambat, sampai-sampai mikir pun ikutan lambat.
"RA! Zahra! Grup hilang! Lo tau nggak Ra?! Parah banget!" Ketika balik ke stand Maurien langsung heboh menghampiri Zahra---tanpa peduli keberadaan Iwan yang sedang mengekori Zahra disebelah wajannya. Saat itu Zahra sangat berterimakasih dengan kehadiran Maurien dan Khika. Karena, setidaknya Iwan akan berhenti memaksanya menjawab."Gimana Ra? Plis jawab gue dulu," ucap Iwan sekali lagi. Membuat Maurien langsung usil menyahut.
DIA membayangkan dirinya tenggelam sendiri dalam danau pengabaian, lalu pundaknya diguncangkan oleh sesuatu hingga keyakinan mencengkram titik kesadarannya.