Aroma-aroma perselisihan sudah tercium meski dua pria itu masih berdiri di luar. Zie gamang, tubuhnya gemetar memikirkan apa yang harus dilakukan. Cinta? Sepertinya masih ada untuk Sean, tapi statusnya kini sedang berkencan dengan Surya, benar-benar duo S yang membuatnya kelimpungan. Zie bingung, dia takut Sean hanya gegabah dalam mengambil tindakan, sama halnya dengan Surya yang ingin mengikatnya hanya untuk sebuah nafsu sesaat saja.Zie masih memandangi dua pria itu, hingga Airlangga bangun mendekat ke pintu lalu memanggil dua pria yang salah satunya bisa dipastikan akan menjadi calon mantunya itu.“Sean, Surya, ayo masuk!”“Dengar, papa Air bahkan menyebut namaku lebih dulu dari pada namamu,”cibir Sean dengan seringai nakal. “Itu sudah menjadi tanda kalau dia lebih menginginkan aku menjadi menantu.”“Surya, Sean. Apa kalian tidak lelah berdiri terus?”Kali ini Surya yang menyeringai. Pria itu membalas Sean dengan ucapan yang hampir sama,” Dengar! Om Airlangga bahkan lebih mencemask
“Apa?” semua orang dibuat kaget dengan keputusan Zie. Namun, meski sedikit aneh dan di luar nalar, Sean dan Surya sama-sama setuju. “Baik, aku menerimanya.” “Aku juga!” Para orangtua hanya bisa memijat kening, jika pada umumnya orang berselingkuh secara diam-diam, Zie malah secara terang-terangan ingin berkencan dengan dua laki-laki yang berbeda. Belum lagi, dua prianya malah menyetujui ide itu tanpa berpikir lebih dulu. “Kalian benar-benar setuju?” tanya Zie yang malah heran dengan respon Sean dan Surya. “Hem … “ Sean memandang Surya. “Kita setuju.” “Katakan saja harus bagaimana,”timpal Surya. Zie terang saja malu, hingga memilih untuk mengakhiri pembahasan itu dengan satu kalimat. “Mekanismenya akan aku bagikan via pesan saja.” “Aku tidak mau kalau kamu mengirim pesan secara terpisah, buat grup,”kata Sean. “Gr-grup?” Gia yang sejak tadi diam tiba-tiba angkat suara. “Apa kita semua akan masuk ke grup?” tanyanya dengan muka panik. “Ti-ti-tidak, mungkin maksud Sean grup yang b
Takut dengan ancaman Zie, Sean dan Surya seketika bersikap baik, mereka bahkan saling maaf-maafan seperti orang yang sedang berlebaran. Zie membuat aturan, mereka tidak boleh bertengkar atau bersikap kekanak-kanakan. Ibunda Ken itu berkata, selama dua minggu dia akan membagi masing-masing lima hari ntuk Sean dan Surya. Zie[Apapun yang akan aku lakukan dengan salah satu dari kalian, aku akan memberi tahunya di sini]Sean[ Lalu, siapa yang mendapat giliran pertama?]Zie duduk di tepian ranjang, dia bingung menentukan, jika memilih Surya lebih dulu, dia yakin Sean pasti akan seperti kuda lumping kesurupan. Namun, jika memilih mantan suaminya lebih dulu, dia takut Surya merasa seperti dikucilkan. Hingga, kedewasaan Surya membuat Zie lega, pria itu mengetikkan sebuah pesan yang sungguh bijaksana. Surya[ Tidak apa-apa jika kamu ingin menghabiskan waktu dengan Sean lebih dulu ]Zie mengulum bibir, sedangkan di seberang sana Sean merasa Surya sedang mencari muka. Meski begitu dia teta
“Zie, apa yang kamu lakukan? cepat mandi dan bersiap?”Tanp Zie sadari, Sean ternyata menyusulnya. Pria itu berdiri di ambang pintu kamar Gia dan Airlangga untuk menghardik sang mantan istri.“Memang kita mau ke mana? aku harus bilang dulu ke Surya,”jawab Zie tanpa menegakkan badan, dia hanya menolehkan kepala ke sisi kanan.“Aku ingin mengajakmu ke SMA kita, bukankah kita pernah janji akan datang ke kantin lagi bersama,”ucap Sean.Zie seperti baru tersadar. Ya, Sean memang sudah mengingat kenangan tentang dirinya. Mungkinkah memori malam panas yang pernah mereka habiskan bersama juga kembali? pipi Zie merona, pagi hari memang waktu rawan untuk memikirkan hal berbau dua puluh satu.“Zie tolong kondisikan pikiranmu!” Zie merutuki pikiran bodohnya. Ia akhirnya bangun dan berdiri tepat di depan Sean. “Tunggu! aku mandi dan mengabari Surya dulu,”ucap Zie setelah itu berlalu.Sean sangat senang, dia tatap punggung Zie yang berjalan menjauh sambil menggaruk rambut.“Aku pasti akan ber
Zie menoleh keluar jendela mobil memastikan di mana Sean berada. Dengan apron bercorak kebun binatang dia menutupi bagian depan tubuh sibuk memompa ASI. Dadanya tadi terasa penuh dan sakit, sehingga dia pun meminta waktu memerah ASI di dalam mobil. Zie tersenyum sendiri mengingat Sean menyebut kata 'manusia gelato kesayangan ', sungguh ungkapan yang mengatakan bahwa hati manusia itu rumit memang benar. Zie senang mendengarnya, tapi sedih karena dia belum bisa memastikan akan menerima Sean lagi atau belum. Ia hanya takut disakiti lagi, seperti yang sudah dia yakini di dalam hati, Zie enggan mencintai, dia ingin dicintai. Terlarut dalam lamunan tak bertepi, Zie sadar lalu menengok botol yang terhubung dengan selang mesin pompa, botol itu hampir penuh dan dia pun lega karena payudaranya terasa ringan. Wanita itu bergegas mengemasi peralatan perang yang dibawa, pompa ASI, botol dan cooler bag untuk menyimpan asupan gizi Keenan. Zie keluar pintu penumpang bagian depan sambil merapik
Sepuluh menit yang lalu, Zie baru saja sampai di toko gelato yang sering didatanginya dan Marsha dulu. Toko itu masih sama, masih mempertahankan keontetikan tempat juga rasa, membuat toko gelato itu tak pernah sepi pengunjung. Sean dan Zie bahkan harus rela antri untuk memilih rasa makanan dingin dan lembut itu.“Cokelat,”ucap Zie saat pelayan menanyakan rasa apa yang dia hendaki.“Satu rasa saja kak? bisa di mix dua rasa.”Zie hanya tersenyum, pelayan toko itu baru dan sepertinya tidak tahu kalau dia termasuk pelanggan setia di sana. Hingga satu orang pelayan senior muncul dari dalam membawa satu wadah gelato baru untuk diletakkan di display.“Mba Zie, sudah lama nggak ke sini,”sapanya.“Iya karena tidak ada teman makan,”jawab Zie sambil menerima es krimnya.Pelayan senior itu pun heran, matanya menatap Sean yang berdiri tepat di sebelah Zie. Ia mengambil kesimpulan sendiri mengingat jawaban Zie.“Jadi apa sekarang sudah ada teman makan?” godanya.Sean tersenyum tipis, dia tinggi hat
“Sean, aku dengar kamu kencan dengan Zie hari ini. Wah … apa menyenangkan?”Sean baru saja menginjakkan kaki di ruang tamu, belum juga amarahnya reda karena menyaksikan kedekatan Zie dan Surya, tapi Marsha yang saat itu kebetulan berada di rumah papanya tiba-tiba menanyakan apa kencannya dan Zie menyenangkan.Sean diam seribu bahasa, berubah menjadi mahkluk dingin seperti gelato yang baru saja dia makan tadi.Marsha yang mendapat perlakuan seperti itu hanya mencebik lantas menggerutu. Ingin rasanya dia jambak rambut sang sepupu, jika saja umur mereka masih balita.“Biarkan saja, Sya. Nanti juga kalau sudah tenang dia akan cerita.”Ghea membaca undangan yang baru saja diberikan oleh Marsha. Keponakannya itu akan merayakan ulang tahun pernikahan sekaligus ulang tahun putri pertamanya, Ghea sendiri heran, keluarga Kimi sejak dulu senang sekali mengadakan pesta, mungkin karena Richie memiliki sifat yang lebih mirip dengan almarhumah mertuanya dibanding dengan Daniel.“Bagaimana dia bisa m
Malam itu, Zie tak bisa tidur. Ia bahkan lupa mengirim pesan di grup untuk memberitahu Surya. Hari Sabtu sudah dia habiskan bersama Sean, dan Minggu saatnya pergi berkencan dengan Surya.Zie tak sadar sudah membuat pria itu dan bahkan Sean gelisah. Ketiga orang itu sama-sama tidak bisa tidur. Hingga Zie memutuskan, dia mengirim pesan ke grup chat itu.Zie[ Hari ini aku sudah pergi bersama Sean, jadi besok aku akan pergi bersama Surya]Sean tak menjawab, dia ranjang empuknya pria itu hanya memandangi tulisan Zie dan cemburu, membayangkan apa yang akan dilakukan sang mantan istri dengan Surya membuat Sean gerah. Ia sambar remot pendingin ruangan dan menurunkan suhunya.“Mereka, lihat saja aku akan mengacukan kencan mereka,”gumam Sean.☘️☘️☘️Hari pun berganti, Daniel dan Ghea bangun lebih siang karena hari libur. Mereka kaget mendapati ada bekas sarapan di meja. Ghea lantas bertanya ke sang pembantu dan dijawab kalau Sean bahkan sudah rapi sejak subuh tadi.“Apa yang dia lakukan?” tany