Happy Reading . . . *** Waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi, dan saat itu juga. Benjamin baru melepaskan rantai yang mengikat dan menggantung tubuh Nalla selama hampir dua puluh empat jam lamanya. Air mata wanita itu rasanya sudah habis ia keluarkan sebagai pelampiasan atas rasa kesakitan dan ketidakberdayaannya, dari penderitaan yang pria itu berikan. "Pakai ini," perintah pria itu sambil melemparkan selembar kain tipis kepada Nalla yang tubuhnya sudah tergelatak di atas dinginnya lantai dan tidak bisa berbuat apa-apa karena pada sekujur tubuhnya itu, ia hanya bisa merasakan kesakitan yang teramat sangat saja. Selain tubuhnya yang sebagian besar juga sudah penuh dengan luka, wajah Nalla juga tidak luput dari bagian penyiksaan Sebastian. Setelah pria itu sudah memakai pakaiannya kembali, ia pun menghampiri keberadaan Nalla kembali. "Kau tahu dengan resiko dari setiap perlakuanmu yang tidak menyenangkan di mataku, bukan?" Ujar Benjamin sambil mencekik leher Nalla yang sedang
Happy Reading . . . *** Nalla membuka mata disaat ia merasakan dinginnya siraman air yang membasahi tubuhnya. Keterkejutan atas sensasi rasa dingin yang menyerang tubuhnya, wanita itu juga cukup terkejut setelah melihat dirinya yang sudah terikat di sebuah kursi dan mulut yang juga tertutup lakban, ia memiliki nasib yang sama seperti Jacob yang berada tidak jauh di sampingnya. Ruangan yang terasa sangat asing bagi Nalla, juga membuatnya berpikir sejenak apa yang sebenarnya sudah terjadi selama ia tidak sadarkan diri. Walaupun rasa asing karena ia masih tidak mengenali ruangan yang sudah menjadi tempat penyekapannya itu, setidaknya Nalla bisa bernafas dengan sedikit lega karena kini tubuhnya sudah tidak polos lagi. Terusan bewarna putih yang memiliki bahan sangat tipis itu, namun kini sudah melekat dan mencetak tubuh sempurna wanita itu hingga terlihat tembus pandang karena basahnya pakaian yang di tubuhnya tersebut akibat dirinya yang baru saja menerima siraman air. "Menikmati tid
Happy Reading . . . *** Senyuman penuh keartian itu langsung menghilang disaat Nalla mendengar suara pintu ruangan tersebut yang terbuka, dan munculah Jim sang anak buah Benjamin di sana. "Dan orang dalam kita sudah datang," ucap wanita itu sambil memperhatikan Jim yang sedang melangkahkan kaki menghampiri keberadaan Nalla, dengan pandangan bingung karena letak duduknya bisa berpindah menjadi sangat dekat dengan posisi Jacob. "Bagaimana posisi anda bisa berpindah seperti ini?" Tanyanya menyelidik. Nalla pun mengangkat kedua bahunya sambil membalas ucapan Jim yang sedang merasa setengah bingung. "Tidak tahu. Tanyakan saja kepada bosmu itu." "Seharusnya anda tidak berdekatan seperti ini, Queen." "Saya bukan lagi seorang nyonya, apalagi bos untukmu. Jadi, jangan panggil saya seperti itu lagi." "Baiklah. Tetapi saya harus memindahkan posisi anda, dan mengikat kembali kedua kaki anda seperti yang sudah King Benjamin perintahkan." "Ya, silakan saja. Kau bisa mengangkat sendiri tubu
Happy Reading . . . *** [Satu Minggu Kemudian] ~ Sambil memandangi bangunan di depan sana dari kejauhan, Jacob merasa begitu gelisah disaat dirinya sedang menunggu informasi yang akan diberikan oleh sang anak buah. Sudah cukup lama pria itu menunggu dan menanti di dalam mobil, namun beberapa anak buahnya yang sedang ia perintahkan untuk memeriksa seluruh wilayah bangunan yang menjadi tempat dimana selama satu minggu lalu dirinya itu telah disekap oleh sang rival, belum juga memberikan informasi mengenai kondisi di dalam sana. Ya, sudah satu minggu lamanya Jacob berhasil melarikan diri dan kembali ke kehidupannya untuk memulai rencana penyelamatan Nalla bersama anak-anak buahnya. Namun setelah rencana yang sudah ia persiapkan dengan sempurna, nyatanya tidak berjalan seperti yang direncanakan. Karena baru saja Jacob mendapatkan informasi dari para anak buahnya, yang mengatakan bahwa bangunan itu sudah kosong dan tidak ada seorang pun di sana. Tentu Jacob merasa begitu marah dan ge
Happy Reading . . . *** Sinar cahaya yang masuk melalui celah-celah mata, membuat ketidaksadaran wanita itu perlahan demi perlahan mulai membuka kedua matanya. Pencahayaan yang masih ingin disesuaikan oleh sang pemilik mata, langsung teralihkan oleh sebuah genggaman hangat yang terasa di tangannya itu. "Jacob..." Panggil Nalla dengan nada yang terdengar sangat lemah setelah melihat keberadaan pria itu yang ternyata sedang menggenggam tangannya. "Hei, apa yang kau rasakan?" "Sakit. Seluruh tubuhku terasa sangat sakit." "Dan sekarang kau sudah baik-baik saja. Dokter sudah menanganimu, dan kau tidak perlu merasa cemas apalagi takut akan hal apapun itu, okay?" "Okay." "Saya senang kau bisa menepati janjimu yang ingin bertahan dari apapun itu kondisi yang sudah kau dapatkan." "J, bagaimana aku bisa berada di sini? Dan, bagaimana kau bisa menemukanku?" "Apa yang kau ingat dari semua kejadian sebelum kau sampai akhirnya berada di sini?" "Tidak semuanya. Tetapi aku ingat beberapa h
Happy Reading . . . *** Dua minggu waktu sudah berlalu, dan Nalla pun melewati masa pemulihannya dengan Jacob yang selalu berada di sampingnya. Pria itu tidak pernah meninggalkan wanita itu sedetik pun. Dan dalam waktu pemulihan tersebut, keduanya pun juga menyusun rencana yang akan dilakukan dalam misi pembalasan dendam, dengan target pembunuhan yang akan dilakukan kepada Benjamin. Dan saat ini, Nalla sedang merapikan kembali rambut palsu yang sudah dikenakannya. Gaun bewarna merah menyala yang juga melekat pada tubuh wanita itu, semakin menyempurnakan penampilan Nalla yang tersamar dengan rambut pendek bewarna pirang yang cukup membuat wajahnya tidak dikenal oleh siapapun yang pernah melihat dirinya. "Dimana apapun itu benda yang bisa menutupi bekas luka memarmu ini?" Ucap Jacob saat ia sedang melangkah menghampiri Nalla. "Foundation?" "Berikan kepada saya." Nalla pun memberikan alat make-up yang dimaksud Jacob tadi, dan tubuhnya pun langsung dibalik hingga membelakangi pria
Happy Reading . . . *** "Apa yang kau lakukan, Nalla? Sudah saya katakan untuk jangan berlari, bukan? Lalu mengapa sekarang kau berlari?" Teriak Jacob yang berusaha menyusul kencangnya lari Nalla di depan sana. "Maafkan aku. Aku begitu ketakutan dan refleks." "Berhenti berlari." "Tidak bisa. Mereka justru sudah mengejar kita, J." "Sial! Alihkan perhatian mereka, lumpuhkan jika bisa. Saya akan mengambil mobil secepat mungkin. Kita bertemu di lobby, okay?" "Jangan tinggalkan aku, J!" Tanpa mendengarkan ucapan Nalla, Jacob pun tetap meninggalkan wanita itu menuju basement dimana mobilnya terparkir. Sedangkan Nalla yang merasa cukup kesal karena pria itu meninggalkan dirinya begitu saja, memilih untuk turun melalui tangga darurat menuju lobby hotel. Keadaan dirinya yang sedang dikejar oleh beberapa anak buah Benjamin dan situasi yang juga tidak memungkinkan untuk menaiki lift, membuat wanita itu harus merelakan kedua kakinya yang pasti akan terasa sakit setelah berlari menuruni la
Happy Reading . . . *** Wanita itu membuka mata disaat ia merasakan sebuah pijatan lembut pada kedua kakinya itu. Senyuman Nalla pun langsung mengembang disaat ia melihat seorang pria yang dengan terampil sedang memijat kedua kaki miliknya. Posisi tubuh wanita itu yang kini bersandar pada pintu mobil di belakangnya, membuat kedua kakinya itu bisa dipijat di atas pangkuan Jacob. "Selamat pagi. Rupanya..., pria sepertimu memiliki bakat juga dalam memijat." "Memangnya kau pikir, saya ini pria seperti apa?" Balas pria itu dengan senyuman kecil di sudut bibir. "Seperti..., kau inginnya seperti apa?" "Seperti yang kau idamkan." Senyuman yang dengan cepat langsung terbit itu pun tidak bisa Nalla sembunyikan lagi. Bagaimana ia bisa menahan raut wajah bersemunya? Disaat setelah terbangun dari tidur saja ia langsung mendapatkan sikap manis yang diberikan oleh Jacob. "Dimana kita sekarang?" Tanya Nalla yang berusaha menghilangkan perasaan aneh yang sedang menyerang dirinya. "Saya harap