Happy Reading . . . *** Jacob membuka mata disaat ia sudah tidak merasakan tubuh Nalla yang sebelum tertidur ia dekap dalam pelukannya. Sisi ranjang yang ditempati wanita itu sebelumnya juga sudah terasa dingin, dan membuat Jacob langsung beranjak dari posisi tidur untuk mencari keberadaan Nalla. Perasaan pria itu langsung merasa tidak enak disaat ia tidak menemukan keberadaan Nalla di sampingnya setelah terbangun dari tidur tadi. "Nalla!" Panggil Jacob dengan sedikit berteriak sambil memeriksa satu per satu ruangan di apartemen-nya itu. Perasaan cemas dan khawatir tidak akan semakin pria itu rasakan jika kemarin Nalla tidak mengatakan keinginannya yang hendak pergi dari pria itu. "Ini tidak lucu, okay? Kau berada dimana?" Jacob masih tidak menyerah disaat dirinya sudah mengelilingi dan melihat setiap sudut ruangan apartemen-nya itu, dan ia tetap tidak bisa menemukan keberadaan Nalla. "Nalla! Sialan! Kau benar-benar pergi meninggalkan saya." Dengan sedikit lemas, pria itu mendudu
Happy Reading . . . *** Lima Tahun Kemudian | [Paris, Perancis] ~ "Selamat pagi Madam Lesley, saatnya anda mendapatkan sinar matahari di pagi hari yang sangat indah ini." Sapa seorang wanita yang baru memasuki sebuah kamar, dimana sang pemilik nama yang baru saja dipanggilnya itu berada di dalamnya dan sedang membaca buku dengan nyamannya di sebuah sofa tunggal. "Selamat pagi. Bagaimana Harry?" "Harry?" Tanya wanita itu dengan senyuman canggungnya sambil melangkah menuju bagian jendela untuk membuka semua tirai, hingga cahaya matahari di luar sana pun langsung menembus masuk melalui jendela dan menerangi seluruh ruangan kamar tersebut. "Ya. Bagaimana kencan kalian semalam? Saya sangat penasaran sejak semalam." "Hhmm..., Harry pria yang baik. Menurut saya dia juga cukup menyenangkan ketika diajak berbicara. Tetapi sepertinya dia lebih tertarik dengan ponsel yang tidak pernah terlepas dari genggaman tangannya, dari pada seorang wanita yang duduk di hadapannya." Balasan kalimat i
Happy Reading . . . *** Setelah menutup pintu utama panti dari luar dengan perlahan, Nalla pun melangkah menghampiri seseorang yang sudah menunggunya sejak tadi. "Kau tidak ingin berbincang di dalam saja?" Tanya wanita itu setelah mendudukkan diri di anak tangga penghubung pintu masuk, tepat di samping Jacob. "Dimana permintaan maafmu?" Balas pria itu dengan sedikit ketus tanpa menolehkan kepalanya kepada Nalla. "Aku pikir kau sudah melupakannya." "Lupa? Huh, saya rasa kau mungkin juga sudah lupa dengan saya, jika saat ini kita tidak bertemu lagi." "J, kau tidak pernah menghilang dari ingatanku. Asal kau tahu, sedikit pun aku tidak pernah melupakanmu." "Omong kosong!" "Hei, itu terdengar kasar kau tahu?" Lalu Jacob pun memilih untuk terdiam dan tetap tidak ingin menatap wajah wanita itu. Lima tahun berpisah dan hanya dengan perpisahan melalui surat saja, tentu saja pria itu masih begitu marah terhadap Nalla. Bahkan semakin marah disaat Jacob yang sangat tidak menyangka bahwa
Happy Reading . . . *** Wanita itu tersenyum kecil setelah melihat penampilannya yang sudah cukup sempurna untuk kencan sederhana yang akan ia lakukan bersama Jacob. Dress sederhana yang serupa dengan sederhananya riasan di wajah wanita itu, semakin membuat ia merasa sedikit tidak sabar untuk menghabiskan waktu pada malam ini bersama pria itu. Setelah sekian lama tidak bertemu dan keduanya pun juga langsung melewati percintaan panas yang tidak direncanakan dan sangat tiba-tiba untuk yang pertama kalinya kemarin, hubungan di antara kedua insan itu pun menjadi kembali menghangat. Tidak seperti pertemuan pertama mereka yang saat itu masih terasa canggung dan terdapat rasa amarah pada salah satu pihak yang masih tidak terima akan kepergian wanita itu. Namun saat ini, sepertinya hal-hal semacam itu sudah tidak ada lagi setelah rasa rindu yang telah keduanya saling ungkapkan melalui percintaan yang membuat pasangan itu seakan menjadi semakin terikat. Seperti malam ini, setelah jam kerjan
Happy Reading . . . *** Suara kecupan dari lembabnya kedua bibir yang saling melumat itu terdengar cukup nyaring di dalam ruang mobil yang tidak terlalu luas itu. Hawa panas pun masih mengisi situasi di kursi mobil bagian belakang, setelah percintaan kedua insan itu baru saja selesai dilakukan. Setelah melakukan makan malam bersama tadi, pria itu pun mengajak Nalla untuk pergi ke tempat tujuan selanjutnya. Dan bukit yang jauh dari kata keramaian, dengan pemandangan langsung menuju kota adalah pilihan Jacob. Selain ingin menghabiskan waktu bersama dengan hal menyenangkan, pria itu juga membutuhkan waktu berduaan saja bersama Nalla di tempat yang sunyi nan sepi, dan jauhnya kegiatan orang lain. "Aku menyukai bercinta di ruang yang cukup terbatas seperti ini," ucap Nalla setelah ia mengakhiri ciumannya. "Benarkah?" "Ya. Dan sepertinya di mobil ini sudah menjadi tempat favorit kita untuk menghabiskan malam bersama." "Terasa seperti sepasang remaja yang sedang menjalin hubungan diam-
Happy Reading . . . *** "Selamat pagi, Madam Lesley. Bagaimana tidur anda semalam? Apakah terasa nyenyak seperti biasanya?" Sapa Nalla dengan ceria setelah ia membuka pintu kamar dan melihat sang pemilik kamar yang seperti biasa sudah membaca sebuah buku di pagi hari seperti ini. "Selamat pagi, Nalla. Tidur saya semalam cukup nyenyak. Oh ya, kemarilah. Duduk di sini sebentar," balas Madam Lesley sambil menepuk sisi kursi sofa tepat di samping wanita paruh baya itu mendudukkan dirinya. "Ada apa, Madam?" Tanya Nalla sedikit penasaran setelah ia mendudukkan diri di sofa tersebut. "Bagaimana perkembangan hubunganmu dengan Harry?" "Hhmm..., Harry? Tidak ada perkembangan apapun yang terjadi di antara kami, Madam." Balas wanita itu dengan sedikit canggung. "Sama sekali?" "Ya. Seperti yang sudah saya katakan sejak awal, dengan Harry yang memang tidak tertarik dengan saya." "Tetapi bagi saya kau itu yang terbaik, Nalla. Bagi saya tidak ada wanita lain yang pantas mendampingi Harry sel
Happy Reading . . . *** Nalla membuka mata setelah dirasa istirahatnya itu sudah cukup. Perasaan yang sudah menjadi lebih baik setelah tubuhnya itu sedang diserang oleh rasa mual, pusing dan lemas, yang alasannya pun masih juga belum diketahui. Namun yang wanita itu ketahui, rasa aneh yang sedang ia rasakan pada tubuhnya itu menjadi semakin tidak jelas. "Jacob..." Panggil Nalla dengan suara yang lemah. Tidak melihat pria yang dipanggilnya itu tidak juga datang, dengan perlahan Nalla beranjak dari ranjang untuk mencari keberadaan Jacob di luar kamar. "J, kau berada dimana?" "Hei, kau sudah terbangun?" Suara yang berasal dari dapur itu membuat Nalla menolehkan kepala, lalu melangkah menghampiri Jacob yang berada di sana. "Duduklah. Makanannya akan segera siap," perintah pria itu setelah melihat Nalla yang sudah berada di dapur. "Aku tidak ingin makan," rengek wanita itu sambil mendudukkan diri di kursi meja makan. "Hei, kau harus makan, Nalla. Kau sedang tidak baik-baik saja,"
Happy Reading . . . *** Wanita itu menatap dirinya di depan cermin besar di dalam kamar mandi, sambil mengusap lembut perutnya yang dilapisi t-shirt yang dikenakannya itu. Sudah hampir tiga puluh menit dirinya berada di sana untuk memikirkan sebuah hal yang baru saja diketahuinya itu, dan bisa memutar seluruh kehidupan kedepannya nanti. Diangkatnya kembali dan ditatap benda kecil yang sudah menjadi pusat perhatian wanita itu semenjak hasilnya telah keluar. Sebuah tanda positif tertera pada bagian hasil alat tes kehamilan itu, telah menjelaskan semua hal yang saat ini sedang dihadapi oleh Nalla. Ya, Nalla sedang hamil dan wanita itu baru saja mengetahuinya setelah melakukan tes pemeriksaan mandiri. Dengan segala analisanya akan beberapa hal aneh yang dirasakan dan dialami oleh Nalla, membuat wanita itu menjadikannya harus melakukan tes sederhana yang memang sudah jelas mengarah kepada dirinya yang sedang hamil. Dari wanita itu yang merasakan hal aneh pada tubuhnya, rasa sensitif yan