Light mendekati Yui dan berbisik, “kenal dimana dengan half human ini?”
Yui tersenyum dengan tangan di depan mulut menutupi senyumannya dan menjawab, “serius mau tahu?”
Light mengangguk karena penasaran dari mana asal Kyara yang manis.
“Dia itu ...,” kata Yui sengaja mengulur jawabannya.
“Iya apa?” Light sudah penasaran ingin mendengar.
“Kyara itu adalah ...,” jawab Yui yang masih menggantung.
Light sudah gemas dengan jawaban Yui dan menggoyangkan badannya seraya berkata,“cepat katakan!”
“Dia itu Byakko,” bisik Yui tepat di telinga Light. Antara percaya dan tidak Light mematung setelah mendengarkan jawaban Yui. Dalam pikirannya
Yui berjalan menuju singgasana, penasaran dengan orang yang sedang duduk di sana. Semakin lama berjalan, rasa dingin menusuk kulit. Bukankah ini mimpi, namun kenapa terasa hawa dingin. Yui mulai mendekap tubuhnya dengan dua tangannya. Sosok yang duduk di singgasana mulai terlihat, rambut hitam panjang, dengan dua tanduk di kepalanya. Lalu mata hitamnya terlihat begitu kelam. Senyuman yang diperlihatkan bukanlah senyuman ramah melainkan senyum sinis. Tatapannya begitu tajam, seakan mampu melihat ke dalam relung hati terdalam “Siapa kamu?” tanya Yui saat mereka cukup dekat untuk bercakap-cakap. “Bukankah kau sudah tahu siapa aku,” jawabnya. “Kau bukan Yuan,” jawab Yui. Dia masih menyelidiki sosok di depannya. “Aku Yuan, saudara kembarmu.” Dia berdiri dan memperlihatkan
Slide kembali berganti, menampilkan hutan dan kembali Yui melihat seekor naga dengan gadis berambut perak di atasnya beserta pemuda berambut hitam. “Aku diusir dari kerajaanku,” ucap gadis itu terdengar pilu dan menangis. “Aku akan menjagamu,” balas pemuda itu memeluk kekasihnya. “Bagaimana denganmu, apa mereka juga akan mengusirmu?” tanya gadis itu dalam dekapan sang pemuda. “Untuk apa menunggu diusir, kita pergi saja ke tempat lain. Ke dunia manusia.” Lalu slide berganti lagi, tempat ini adalah sebuah rumah, terlihat keluarga kecil yang hangat. Sepertinya ini adalah dunia manusia, tidak terlihat naga di sekitar. Yui melihat seorang anak laki-laki, rambutnya berwarna hijau.
Di atas kapal, Yuan terbangun. Gerakan kapal membuatnya sedikit pusing. Apa mungkin mabuk laut. Sambil terhuyung dia mencoba keluar dari kabin, mencari udara segar. Angin di luar terasa dingin. Matahari tak terlihat, langit di atas dipenuhi bintang-bintang yang indah. Rasa mual tiba-tiba terasa. Sudah dipastikan dirinya mabuk laut.Ren membantu Yuan meringankan mabuk lautnya. Dia memberikan obat untuk diminum dan rasa mual diperut Yuan menghilang.“Ini pertama kalinya kamu naik kapal?” tanya Ren.Yuan hanya mengangguk. Dia masih berusaha beradaptasi dengan gerakan kapal yang membuat kepalanya pusing. Di samping kapal terlihat ikan yang melompat-lompat.“Itu lumba-lumba!” seru Yuan melihat ikan yang biasanya hanya dia lihat dalam buku-b
“Sylph hentikan!” teriak Marina. Yuan tersengal-sengal paru-parunya mengharapkan oksigen untuk tetap mengembang. “Harus melakukan sesuatu,” batin Yuan, mencari cara keluar dari permasalahannya. Dengan kekuatan seadanya dia menggerakkan air di bawah Sylph tersebut membuatnya berada dalam pusaran. Sayangnya kekuatan Yuan melemah seiring dengan kesadaran yang makin menipis. Tanpa udara untuk bernapas manusia tidak bisa bertahan. “Tuan, Tuan!” panggil Marina yang terdengar sayup-sayup. Lalu Marina menghilang kembali ke alamnya. Yuan tak sadarkan diri, terbaring di atas lapisan es yang sewaktu-waktu mencair dan menenggelamkan dirinya ke dalam lautan. “Jadi sudah berakhir, apa aku sudah mati,”batin Yuan. Tubuhnya sudah tidak bergerak lagi, wajahnya seputi
Yuan bangun di atas tempat tidurnya, di kamarnya di istana. Dia mengerjap, menggosok matanya mengingat ingat kejadian sebelumnya. “Marina,” panggil Yuan. “Ya Tuanku,” jawab Marina yang suaranya sangat familiar di benak Yuan. “Bukankah kita berada di laut kemarin?” tanya Yuan. “Anda pingsan selama dua hari. Pagi setelah Anda pingsan kapal sudah berlabuh dan Anda dibawa ke istana tak lama setelah kapal berlabuh.” “Lalu bagaimana kamu bisa tahu, bukankah kau tidak bisa melihat keadaan di luar duniamu saat aku pingsan?” tanya Yuan yang tidak mengerti bagaimana Marina mengetahui hal yang tidak diketahui Yuan. “Karena Krisan, dia bisa melihat tanpa dipanggil,” jawab Marina.
Pedang dari kristal hitam menusuk Yuan dari belakang. Yuan terbatuk dan mengeluarkan seteguk darah dari mulutnya. Meskipun terluka, Yuan memanfaatkan posisi dirinya yang dekat dengan ayahnya untuk melakukan pemurnian. Semua kristal hitam keluar dari tubuh ayahnya. Sorot mata kosong ayahnya kini kembali, dia memandang Yuan yang telah terluka parah. “Yuan, apa yang terjadi? Darah, kau terluka.” Raja Edward panik melihat Yuan terluka. “Syukurlah, ayah sudah sadar,” balas Yuan masih berdiri sambil menahan luka di perutnya. Luka tusukan pedang yang menembus dari punggung hingga perutnya. “Ternyata benar, kekuatan pemurnian. Kau harus kubawa ke duniaku!” seru bayangan hitam yang kini terpisah dari ayahnya. “Ayah merunduk,” teriak Yuan, dengan gerakan tangan dia mengendalik
Yuan berlatih pedang bersama Ren, kemampuan berpedang Ren bisa dibilang cukup bagus, dia bisa mengimbangi semua gerakannya. Menangkis, menyerang, mengelak, gerakannya sangat bagus. Jika mereka dalam suatu pertandingan, kemungkinan Ren yang akan menang. Archilles yang memperhatikan keduanya cukup puas dengan latihan berpedangnya. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, tiga bulan sudah berlalu semenjak Yuan mengetahui kemampuannya dan dua roh alam telah ia miliki. Berdasarkan perkiraan Krisan dua roh lagi tidak akan mudah, untuk itu Yuan harus berlatih lebih keras lagi untuk menaklukkan roh api dan roh tanah. Keduanya merupakan roh yang kuat, apalagi roh api terkenal dengan temperamennya yang mudah marah. Karena itulah Krisan memberi saran untuk memaksimalkan kemampuan angin dan air sebelum berburu roh api dan tanah. Yuan memanggil angin, dan mulai menyerang R
Seperti biasanya pagi itu Yuan sudah mengenakan baju latihannya. Di tempat latihan Ren sudah menunggu. Setelah melakukan pemanasan, Yuan berlatih bersama Krisan sang Sylph. Ren berlatih pengendalian petir bersama ayahnya.Rasa iri sedikit dirasakan Yuan saat melihat kedua ayah dan anak berlatih bersama, terlihat menyenangkan.Yuan menggabungkan angin dan pengendalian air. Dia membuat tornado dengan angin lalu menaikkan air di sela-sela angin. Air dibuat memadat dan dapat menyerang dengan ribuan jarum saat tornado berputar. Serangan yang mematikan jika saja jarum itu lebih tajam dan kuat.Yuan merasa masih perlu membuat air yang mampu menembus benda keras. Dia bereksperimen dengan air ditangannya, dibuat lebih keras, sayangnya air tetap rapuh. Satu-satunya hanya membuatnya menjadi es. Es cukup tajam untuk menyerang dan menjadi jarum atau tombak.Yuan masuk ke dalam air kali ini dia bersama Marina, membuat es di permukaan air untuk pijakan lalu menaik