Rara POV.
Hari ini genap 3 bulan sudah Alvin bertugas. Hari ini aku ada jadwal check up tapi tak seperti biasanya Reno tak mau kuajak check up ada apa ya? Hem mungkin dia sibuk kali ya. Terpaksa aku harus naik mobil sendiri ke RS tempatku bekerja sekaligus tempatku check up, sesampainya di RS aku segera ke ruang Dokter Diana untuk check up mumpung sepi.
"Assalamualaikum dok."
"Waalaikumsalam dok loh tumben sendirian Reno mana?"
"Entahlah dok tak seperti biasanya tuh orang, ada tugas mendadak mungkin."
"Yaudah sini dok."
Aku segera naik ke kasur untuk diperiksa.
"Alhamdulillah anaknya cukup aktif ya dok."
"Iya dok aktif banget nih anaknya, sehat kan ya?"
"Pasti sehat dong mamanya kan kuat" Kata seseorang laki - laki tiba tiba dan aku sangat mengenal suara itu ah masa itu Alvin? Jika iya ah tidak mungkin, itu pasti Reno.
"Assalamualaikum kok kaget sih."
"Mas Alvin? Loh kok gabilang sih kalo pulang kan bisa ak
Alvin POV.Sore ini aku dan Rara pergi ke RS untuk check up, aku sangat tidak sabar dengan jenis kelamin anak kita."Dek ga sabar nih mas pengen tau apa jenis kelaminnya anak – anak kita.""Iya sama mas." Terlihat wajah bahagia di muka Rara lihat perutnya yang semakin membesar dan badannya yang mungil membuatku merasa kasihan Rara, Rara adalah wanita yang hebat."Assalamualaikum dok.""Waalaikumsalam eh Dr Rara silahkan masuk langsung tidur aja ya."Rara tak sabar mengetahui jenis kelamin anak kita, begitupun dengan aku."Gimana dok baik kan?" Tanyaku."Alhamdulillah semua baik baik saja dan jenis kelaminnya sudah terlihat apa kalian mau tau?""Iya dok." Jawab aku dan Rara serempak."Alhamdulillah jenis kelaminnya laki - laki dan perempuan lengkap.""Alhamdulillah Ya Allah."Alhamdulillah lengkap, aku sangat senang dan berterimakasih atas takdir yang diberikan untukku dan untuk Rara, t
Rara POV.Seminggu sudah berlalu, Alvin pun tak kunjung sadar. Aku dan mama papa Alvin bergantian berjaga di rumah sakit. Alvin ayo sadar Vin, aku kangen kamu, aku butuh kamu disini Vin. Semua oranh disini sedih ngeliat kamu kaya gini, kamu gamau kan ngeliat kita sedih? Jadi ayo bangun.Hari ini waktu mama papa berjaga di rumah sakit, jadi sekarang aku berada di rumah dinas Alvin. Sepi rasanya, biasanya setiap pagi ada suara Alvin yang manja – manja, yang suka teriak – teriak karena tidak menemukan barang yang dia cari.“Dek kaos kakiku kamu taroh mana? Udah di cucikan? Harusnya kan udah, udah seminggu yang lalu loh masa belum di cuci.” teriaknya di dalam kamar.“Ada mas di lemari, udah aku cuci. Carinya pake mata dong, jangan pake emosi.” teriakku di dapur.“Gaada dek, kamu taroh mana sih.”“Ya di tempat biasa mas, mau dimana lagi?”“Ya siapa tau kamu taroh di rumah Re
Rara POV.Jam menunjukkan pukul 3 sore, aku segera bersiap – siap untuk ke makam Arga dan berjalan – jalan. Setelah setelah bersiap – siap aku memesan ojek online karena tak memungkinkan juga jika aku menyetir sendiri, bakalan banyak ngelamunnya.“Eh mbak Rara mau kemana?” sapa Zulfan bawahan Alvin.“Eh Zulfan, gaada nih mau jalan – jalan aja.”“Kok tumben ga sama Reno mbak? Apa mau saya panggilin Reno? Atau biar saya saja yang ngantar mbak?”“Duh gausah Zul, aku lagi pengen jalan – jalan sendiri kok.”“Nyetir sendiri mbak? Apa mbak yakin?”“Ngga kok Zul, ini aku udah pesen ojek online kok.”“Yaudah hati – hati ya mbak, nanti kalau ada apa – apa jangan sungkan buat hubungin kita – kita mbak.”“Baik banget sih kalian, iya pasti nanti kalo ada apa – apa aku ngehubungin kalian. Yaud
Rara POV.Pagi ini selesai aku sarapan, aku bersiap – siap menuju rumah sakit tempat Alvin di rawat. Astaga aku lupa, hari ini aku kerja. Udah satu minggu lebih aku cuti karena harus menemani Alvin di rumah sakit.Suster Susan :Assalamualaikum dok, hari ini Dokter Rara masukkan? Soalnya dokter penggantinya sudah tidak mau menggantikan Dokter Rara lagi. Apa dokter sudah mau mengambil cuti?Rara :Waalaikumsalam, iya sus hari ini saya masuk. Saya cuti satu bulan lagi karena satu bulan lagi karena usia kandungan saya sudah 6 bulan.Suster Susan :Alhamdulillah kalau begitu dok, yang semangat ya dok. Saya yakin suami dokter pasti akan segera sadar.Rara :Aamiin. Terimakasih ya sus.Tidak ada lagi balasan dari Suster Susan, aku segera siap – siap untuk berangkat kerja. Sekalian nanti waktu makan siang aku mau melihat Alvin, berharap dia sadar dan memanggil namaku.“Loh Ra kok
Author POV.Malam ini Rara dan Reno sedang berada di ruangan di mana Alvin di rawat. Semuanya diam, hening, hanya ada suara jam yang berdenting. Baik Rara dan Renp masih asik dengan pikirannya masing – masing. Entah apa yang sedang mereka pikirkan, yang pastinya tidak jauh tentang Alvin.“Ra . . .” panggil Reno memecahkan keheningan.“Eh iya apa Ren?”“Dimakan satenya Ra, keburu dingin.”“Loh iyaa, kamu udah makan?”“Udah kok Ra, makan yang banyak kasian anakmu.”Rara pun segera makan, pandangannya tak lepas dari sosok Alvin yang berbaring di sana.“Ra kalo makan, liat dulu makanannya. Alvin ga mungkin kabur.”“HAHAHA iyaa Reno udah kaya mama ku aja kamu.”Kini, pandangan Reno yang tak lepas dari sosok Alvin yang sedang berbaring di sana.“Pak, asal Pak Alvin tau, Pak Alvin bersyukur banget punya istri kuat dan c
Author POV.Sudah 1 bulan Alvin belum juga sadar, setiap harinya Rara menjalani harinya hanya seorang diri mungkin beberapa kali dia sering meminta bantuan Reno ataupun yang lain. Kandungan Rara semakin membesar, setiap harinya pun Rara di kelilingi oleh rasa takut. Rasa takut kehilangan seseorang untuk yang kedua kalinya. Rara juga seorang dokter jadi ia tahu persis sekecil apa harapan untuk Alvin bisa kembali lagi kepada dia dan keluarganya. Tapi Rara selalu meyakinkan dirinya sendiri bahwa Alvin pasti sembuh dan kembali kepada dirinya, walau tak bisa dipungkiri rasa takut itu lebih besar daripada apapun. Doa – doa demi doa selalu Rara panjatkan untuk kesembuhan Alvin, bahkan Rara juga tak jarang menangis di samping Alvin, berharap Alvin bangun dan menghapus air matanya yang jatuh.Hari ini, hari pertama Rara cuti karena usia kandungannya sudah menginjak 6 bulan. Sekarang Rara berada di rumah mama papanya. Rara lebih suka disini, karena di rumah dinas mil
Author POV.2 bulan sudah terlewati dan Alvin belum sadarkan diri bahkan tidak ada perubahan sama sekali, sedangkan kandungan Rara sudah mulai menaiki bulan ke 7. Hari ini adalah proses siraman 7 bulanan Rara sebagai wujud rasa syukur. Perasaan Rara campur aduk, ada rasa bahagia haru dan juga pastinya sedih karena Alvin tidak ada disini. Rara hanya bisa menangis dan untungnya ada Dika dan pacarnya, Reno, dan keluargaku yang berusaha menenangkanku dan menghiburku."Sabar Ra jangan nangis terus dong." ujar Dika.“Iya Ra, nanti jelek kalau nangis.” sambung Reno."Tapi Dik, Ren, bagaimana bisa aku ga nangis, kalau acara seperti ini aja suamiku ga ada disini." kata Rara sambil menangis."Aku kesini jauh - jauh bela - belain loh demi acara ini, masa aku disambut sama kamu yang nangis gini sih?""Dik, aku bahagia aku seneng tapi aku juga sedih, harusnya Alvin ada di sini, dampingin aku. Kumpul bareng kita semua disini."
Author POV.Hari ini sudah hari ke tiga sejak kejadian di mana dokter menyarankan untuk melepas semua alat bantu Alvin selama ini. Setiap malam Rara menangis, kenangan – kenangan bersama Alvin selalu berputar di otaknya. Mulai dari awal perjodohan hingga mereka menikah. Nafsu makan Rara menurun, tapi ia harus tetap makan karena masih ada dua nyawa yang harus ia jaga. Badannya semakin kurus, badannya tak lagi berisi, pipinya yang semula seperti bakpau sekarang menjadi tirus, Rara seperti tak terurus. Rara selalu berfikir bagaimana jika ia melahirkan tanpa ada Alvin di sisinya? Bagaimana jika anak – anaknya lahir tanpa seorang Papa yang bisa menjadi teladan bagi anak – anaknya kelak? Sungguh Rara tak sanggup untuk memikirkannya, memikirkannya saja sudah membuat hati Rara sakit bagaimana jika nanti semua ketakutan Rara itu terjadi? Rara selalu berfikir, Rara pernah melalukan kesalahan apa di masa lalu? Sampai dia mengalami ini di hidupnya yang