"Oma, Opa, sebentar lagi Royan mau menikah kedua kalinya. Calon Royan yang sekarang baik banget, pasti kalo Oma sama Opa masih ada, juga bakal setuju sama Royan. Sekalian Roy bawa anak kemari, namanya Reyhan, dia baik dan nggak pernah nyusahin Roy. Kalau soal ganteng, jangan ditanya lagi, gen dari Oma sama Opa sudah pasti Roy turunkan ke Rey." Royan berdiri di antara dua makam yang tepat berada di hadapannya. Rey menempel pada Royan, sedang Tiara dan Abimanyu memilih untuk tetap di belakang.
"Oma tenang aja, Rachel jago masak kok, bahkan Mama udah ngerasain sendiri. Mertua Royan juga suka berkebun macam Oma, buahnya banyak di samping rumah. Juga punya kebun sayur, jadi pasti Royan hidup sehat," tutup Royan.
"Ma, Pa, sekali-kali boleh lah datang ke mimpi Tiara. Sekarang Tiara udah pulang, ngeliat rumah yang masih dijaga rapi sama saudara lainnya. Mas Abimanyu juga masih ada di samping Tiara, dia udah banyak duit sekarang, bisa beliin Tiara apa aja. Mama sama Papa nggak
"Sah!" jawab semua saksi yang sudah memenuhi rumah Rachel hari ini.Rasa gugup yang menerpanya sejak kemarin kini sudah terbebas dari hatinya, Rachel kini sudah resmi menjadi istri dari Royan Geraldi Bagaskara. Dengan lantang pria yang dicintainya itu mengucap ijab dengan satu tarikan nafas, dan sekali jadi. Eva sudah masuk ke kamar Rachel, sambil mengusap air matanya yang tadi sudah tak terbendung, anaknya kini sudah menjadi istri orang, dan ia sangat tenang menyerahkan Rachel pada orang yang tepat."Yuk, udah ditunggu," kata Eva yang hari ini berubah menjadi kalem, karena emosional.Dengan didampingi Eva, dan beberapa pendamping pengantin, kini Rachel sudah melangkahkan kakinya untuk segera bertemu orang yang sangat dirindukannya. Ia yang biasanya pemberani, kini entah mengapa jadi pemalu, Rachel menundukan kepalanya melewati para saksi, hingga kini sudah berada di samping Royan."Ayo, dicium tangan suaminya, sebagai tanda bakti," ujar penghulu yang ada
Rachel sudah tidak bisa lagi menggerakkan kakinya, kalau saja dirinya bisa melarikan diri sekarang, sudah pasti akan dilakukannya. Royan hanya tersenyum dengan pernuh arti di samping, sedangkan Rachel harus menahan gerah efek dari bajunya yang berlapis-lapis. memakai sepatu high heels memang sudah sering ia lakukan dulu, namun ini lain lagi, karena sudah hampir empat jam dirinya berdiri menyalami para tamu undangan."Masih kuat?" tanya Royan."Kaki aku udah sekarat banget sih ini, Mas." Rachel menggelengkan kepalanya.Royan melangkahkan kakinya menuju ke arah Adnan dan Eva yang tepat berada di samping mereka, sedangkan Tiara dan Abimanyu sudah turun dari panggung untuk menjaga Reyhan yang rewel, mungkin karena gerah."Pa, acaranya masih lama nggak?" Royan berbisik ke arah Adnan."Bentar lagi udah selesai kok, terus nanti malem lagi," jawab Adnan."Hah? Malem masih ada lagi, Pa? Pake baju begini juga?" tanya Royan sambil menunjuk bajunya yang
"Untung, aku sabar sama anak sendiri," ucap Royan yang kini sudah berbaring di samping Rey."Mas, tapi adegan ini kayak nggak asing kan, ya?" kata Rachel sambil terkekeh."Emang, waktu Rey ngambek nggak kita ajakin jalan kan dia ngungsi ke apartmenmu, dan minta tidur di sana," jawab Royan yang juga merasakan hal sama dengan Rachel."Mas waktu itu bilang, anggap aja jadi simulasi. Nah loh, ini berarti doanya Mas Roy yang dulu, baru terwujud." Rachel terkekeh saat mengingat kejadian waktu itu."Kalo bukan anak sendiri, udah aku jadiin urap-urap beneran deh Rey, waktunya nggak tepat banget tadi dia ngegangguin," keluh Royan.Walaupun berkata demikian, namun pria tersebut tetap mengelus lembut puncak kepala putranya. Menunjukkan bahwa ia sebenarnya sayang pada Rey, dan tidak ada yang bisa menggantikan putranya tersebut. Rachel dapat melihat ketulusan dari mata Royan dalam mengasuh Rey. Meskipun suaminya tersebut kadang kelelahan saat Reyhan susah diatu
"Kamu yakin kuat perjalanan jauh?" tanya Royan yang sibuk menggantikan Rachel untuk mengemas barang bawaan mereka. "Yakin, Mas. Lagian kan semuanya udahready mulai dari tiket sampai vila, yakali mau dibatalin," ujar Rachel. Setelah memastikan satu per satu barang bawaan sudah ada di dalam koper, Royan kini melangkahkan kakinya untuk lebih mendekat pada Rachel yang sedang bersadar di kasur besarnya. Karena insiden 'siang pertama' yang merobohkan kasur lamanya, Royan dan Rachel memutuskan untuk langsung membeli kasur baru, sebelum Eva dan Adnan mengejek mereka semakin jauh. Mama dan Papa mertuanya itu terus saja membahas apa yang terjadi, dan mencerca Royan tentang banyak hal, hingga ia tak sanggup melanjutkan makan malam bersama mereka. Rachel yang sebenarnya masih merasakan kesakitan, memang tak terkena imbasnya. Istri Royan tersebut memilih untuk tetap di dalam kamar, dan mempersiapkan diri agar besok bulan madu mereka tetap lancar, tanpa hala
Setelah puas menikmati pantai di malam hari, Royan masih belum menyelesaikan misinya, segala persiapan yang sudah ia pikirkan sejak jauh-jauh hari harus terlaksana. Berlainan dengan Royan, istrinya itu kini sudah nampak sangat lelah, mungkin karena ia belum sepenuhnya pulih dari keadaan kemarin. Rachel kini sudah menyandarkan dagunya ke pundak kiri Royan, merasakan terpaan angin malam, di pulau yang berisi sejuta pantai ini. Ia sudah tak berekspektasi terlalu tinggi, dan menyangka bahwa mereka akan segera kembali ke villa dan merebahkan punggung."Jangan ngantuk dulu," kata Royan sambil menggerakan pundaknya."Ya gimana lagi, Mas. Udah ngantuk ini," jawab Rachel yang masih bertahan di sisi Royan."Malamnya masih panjang, Babe," ujar Royan.Rahel yang masih belum terbiasa dengan panggilan barunya tentu saja merasa tersipu dan malah ngenggebuk ringan bahu Royan. Bagaimana tidak, suaminya yang terkenal dingin itu, bahkan memanggilnya dengan sebutan yang bisa
"Roy. Gimana kalo kita bikin perjanjian di sini?" tanya seroang wanita berambut panjang."Kalo aja Mama denger kamu manggil aku begitu, kena ceramah lagi ntar," jawab Royan."Tenang aja kalo di depan Mama aku tetep bakal manggil Mas kok, cuma kalo lagi berdua gini canggung tau," sanggah wanita itu."Iya deh. Terus mau bikin perjanjian apa sekarang, Nyonya Lilly," goda Royan."Janji yang harus dirahasiakan!" Lilly mengatakannya dengan raut wajah yang serius."Terus, gimana cara nepatin janji kalo harus dirahasiakan?" kata Royan."Kalo salah satu di antara kita udah gaada, harus ke sini lagi buat baca janjinya, gimana?" tawar Lilly."Ish, kamu ini ya. Nikah baru dua bulan nikah juga bilangnya udah yang nggak-nggak," keluh Royan."Yuk! aku udah nulis duluan ini," jawab Lilly sambil terus menggoreskan tinta di atas kertas yang beralaskan batu besar.To. RoyanKamu pasti kesel kan aku panggil R
Setelah menikmati bulan madu yang singkat, kini saat nya mereka benar-benar memulai hari pertama sebagai keluarga kecil bahagia. Walaupun dulu Rachel sudah sering mengurus Royan dan Rey, namun tetap saja dulu mereka tak tinggal serumah jadi banyak hal baru yang dirasakan Rachel akhir-akhir ini."Papa kan udah bilang, Rey. Kalo senin itu cepetan dikit siap-siapnya, macet ini jalannya," keluh Royan yang sudah siap sejak setengah jam yang lalu."Mama yang suruh Rey makan dulu, Pa." Tentu saja anaknya tersebut tak mau kalah debat dengan Papanya yang sifatnya tak jauh beda."Biar sarapan dulu, Mas. Rey hari ini ada pelajaran olahraga, kasihan kalo nggak makan dulu. Biar Rachel aja yang anter sekolah," tengah Rachel."Sekalian bareng aku aja, kamu bolak-balik ntar kalo nganter Rey." Royan akhirnya memilih untuk mengalah, dan menikmati kopi yang sudah disiapkan oleh Rachel.Sadar bahwa suaminya sedang kesal, Rachel harus segera menenangkannya daripada sel
Setelah mendapatkan pesan kemarin, Rachel tidak bisa fokus pada kegiatannya hari ini, memanggang roti pun tak sengaja malah ia jadikan arang. Susu yang harusnya menyehatkan malah tak sengaja ia beri garam, yang membuat Rey langsung melebarkan matanya begitu meminumnya."Babe," panggil Royan, dan tak ada balasan sedikitpun dari Rachel."Babe!" Kini Royan lebih meninggikan suaranya.Sadar bahwa dirinya dipanggil oleh sang suami, Rachel bergegas menemui Royan yang sudah siap berangkat bersama Rey. Sejujurnya ia masih bingung karena memang sarapannya belum selesai tapi mereka berdua sudah bersiap untuk berangkat."Nggak sarapan dulu, Mas?" tanya Rachel."Babe, kamu serius lagi nggak sadar atau gimana?" Royan menanyainya balik."Kenapa emang, Mas?" Tentu saja Rachel bingung karena bahkan ia belum selesai memasak sarapan."Mama lupa abis kasih Rey susu rasa garem?" keluh Rey."Ha?" Rachel masih bingung."Matiin kompornya