Setelah menutup teleponnya dengan Selvie Dom langsung berjalan menghampiri Amada yang sudah terlihat segar.
"Jadi kau juga tidur dengannya?" todong Amanda dengan pertanyaan.
Meski sempat terkejut tapi Dom segera memperbaiki ekspresinya dan ikut duduk di depan Amanda.
"Tidak penting siapa saja yang sudah pernah tidur denganku, yang terpenting siapa yang akan menjalani relationship denganku!" tegas Dom sambil menatap Amanda.
"Ingat kau akan melepaskanku setelah bayi ini lahir!" berulang kali Amanda terus mengingatkan.
"Tidak jika itu anakku!"
Amanda segera berpaling membuang muka seolah sedang mem
YUK VOTE DULU
Sama seperti Sisi, Dom juga memiliki dua orang ayah dan tidak masalah. Mungkin jika semua hal itu tidak dia alami sendiri Dom juga tidak akan belajar sebaik ini. "Aku baru tahu kau masih punya ayah?" tanya Amanda. "Ya, Sisi sedang bersama kakeknya kau tidak perlu khawatir." Selama ini yang Amanda tahu Evan adalah putra dari Kansaz, seorang narapidana hukuman mati yang juga Amanda tahu sudah meninggal beberapa tahun lalu. Amanda mendengar berita kematiannya dari media di saat dia tidak mendengar kabar sama sekali dari Evan. "Di mana mereka sekarang?" Amanda juga ingin tahu keberadaan putrinya.
TUJUH TAHUN YANG LALU Setelah Kansaz meninggal Evan kembali pergi menemui Mr. Dexter dengan nama seorang Dominic Rodriguez, Evan sudah mati, dia sudah menguburnya sejak hari itu. Sekarang dirinya adalah Dominic Rodrigues, seorang pria yang tidak akan hidup untuk seorang wanita, tapi bukan berarti dia tidak akan menghitung setiap hutang dari perbuatan mereka semua, Dom akan membalasnya satu persatu. "Siapa yang membunuh saudaraku?" tanya Dom begitu kembali duduk di depan Mr. Dexter yang sebenarnya juga masih terkejut dengan kedatangan putranya. "Aku tidak tahu." Mr. Dexter menatap pemuda tampan di hadapannya."Kurasa dia juga yang membunuh ibumu dan coba membunuhku." "Ini belum berakhir!" Dom langsung melihat ke sekeliling para pengawal bayaran yang selalu
"Kita sudah menembaknya di kepala, mustahil jika dia bisa bangkit dari kematian!" Kata pria berlogat Meksiko itu pada sahabatnya yang baru menutup telepon. "Tenanglah jangan terlalu panik." Seorang di klub baru memberitahu mereka mengenai kedatangan Flin Dexter. "Kita tetap harus memberi tahu Marco. Bagaimana jika dia benar-benar kembali dengan para pengawalnya!" "Dia akan menganggap kita sinting, Marco juga melihat sendiri ketika kita menembak kepala pemuda kaya itu." Marco adalah pemilik klub tempat Silvie juga bekerja di sana. Marco yang menyuruh Silvie menjebak kekasihnya di hotel untuk mereka habisi. Biasanya Flin
Tubuh pria yang tertelungkup dengan kepala bersimbah darah itu segera diseret dari arena dan sorak sorai kembali membahana begitu Dom naik ke atas panggung, tangannya masih terangkat menantang siapa saja yang mau melawannya. Berbagai jumlah taruhan segera diteriakkan begitu melihat Dom menunjuk pria kulit hitam paling besar yang dari tadi memperhatikan pertarungan dari kursi singgasana kehormatannya. "Siapa dia?" bisik pria yang duduk di samping Random. "Sepertinya anak baru yang ingin mencari perhatian!" Random segera berdiri dari tempat duduknya karena merasa ditantang dan suara sorak sorai pun semakin menggema. Random dikenal sebagai petarung yang belum pernah terkalahkan, tubuhnya hampir sama tinggi dengan Bazar h
"Dia tidak mudah untuk dicari!" Mr. Dexter kembali mengingatkan. "Bahkan aku sendiri tidak yakin apa bisa mengenali wajahnya lagi." Dom masih menyimak keseriusan ayahnya. "Yang kudengar dia melakukan operasi berkala untuk terus merekonstruksi wajahnya. Tidak ada yang benar-benar pernah melihat wajah aslinya. Karena menurut keterangan beberapa orang yang mengaku pernah bertemu dengannya, Hiro juga selalu terus berubah-ubah tidak pernah sama." "Aku akan tetap menemukanya, bukan hanya untuk ibu dan saudaraku tapi juga untuk masa depan keluargaku. Karena tidak akan kubiarkan siapapun coba menakut-nakuti siapapun di keluarga ini!" "Sungguh aku tidak ingin kehilangan seorang putra, hanya kau satu-satunya yang aku punya," Mr. Dexter masih coba membujuk putranya yang sudah beranjak berdiri. "Aku akan kembali dengan membawa kepala pria itu untukmu!" Dom tetap pergi tanpa bisa dihentikan. Bagi Dom masalah ini memang sudah bukan hanya tentang hut
Dom sedang membebat lengannya sendiri dengan perban dan mengencangkan simpul ikatannya menggunankan gigi. Sebuah pesan tiba-tiba masuk ke dalam ponselnya yang bergetar di atas meja. Dom segera memungut benda persegi pipih itu dan ternyata pesan dari Hans Karmer.Dom langsung tersenyum begitu melihat pesan foto yang dikirim Hans. Foto sebuah tangan yang mengacungkan jari tengah dengan cincin milik Akina Toda yang kemarin dia ambil dari tubuh tak bernyawa pemuda itu. Dom segera mengirimkan foto tersebut kepada pengawalnya.[Jarimu semakin populer, persiapkan dirimu untuk berkelahi kita akan mulai permainannya!] pesan yang Dom kirim pada Jack bersama caption foto tersebut. Foto yang kemarin mereka ambil sendiri dan mereka kirim pada Hiro untuk menantangnya. Ternyata rencana licik Dom juga langsung berhasil, musuh me
Hiro Nakata langsung membuka kotak paket pendingin yang baru diletakkan anak buahnya di atas meja, kotak paket berisi potongan pergelangan tangan dari pembunuh putranya. Hiro mengambil cincin dari potongan pergelangan tangan tersebut dan memperhatikan, dia juga langsung tahu jika itu memang cincin milik putranya. Tangan pria itu langsung mengepal hingga ototnya berkedut karen tetap harus ada yang bertanggung jawab untuk semua ini. "Siapa yang mendapatkannya?" tanya Hiro pada anak buahnya. "Dominic Rodrigues, Anak buah dari Hans Karmer." "Undang dia ke mari!" perintah Hiro Nakata. ***** "Apa aku memukulmu terlalu keras anak muda?" canda Jack melihat sisi bibir Dom yang agak koyak meski bekas lukanya sudah mulai mengering. "Untung kau masih tampan." Dom langsung duduk tanpa menghiraukan dan meraih kaleng soda yang disodorkan padanya. "Jangan terlalu tegang aku yakin mereka juga akan segera memakan umpannya lagi," Jack mengingatka
"Maaf karena aku tidak bisa menjadi seperti yang kau inginkan seperti dulu. Maaf karena aku tidak bisa mengembalikannya padamu." Dom memeluk tubuh Amanda lebih erat. "Aku sudah membunuhnya dengan semua kebencianku." Dom mengakui."Seandainya tidak ada putri kita apa kau akan memaafkanku?" tanya Amanda sambil meraba perutnya dan menghela napas berat."Aku tidak tahu." Dom kembali bicara dengan jujur. "Aku tidak akan berandai-andai karena kenyataannya kau memang ibu dari putriku dan itu telah merubah banyak hal."Tadinya Dom memang kembali untuk membalas dendam kepada Amanda dan semua yang telah mengkhianatinya. Kedua orang tua Amanda yang telah menghinanya dan tidak menghargainya karena cuma berandalan miskin. Dom kembali sebagai Dominik Rodriguez, orang asi