Ternyata Dom memang membiarkan Amanda pergi dan tidak menyuruh seorang pengawalpun utuk menghalanginya. Beberapa pengawal berbadan tegap yang berjaga di beberapa pintu itu juga hanya menatap Amanda dari ujung kepala sampai ujung kaki. Amanda sadar sudah jadi seperti apa penampilannya setelah perlakuan Dom tadi. Siapapun akan bisa langsun melihat jika dirinya baru selesai disetubuhi dan masih berantakan, bahkan Amanda baru sadar jika salah mengancingkan kemejanya yang tinggi sebelah. Amanda tidak perduli rasa malunya sudah lenyap di hadapan mereka semua, dia terus berjalan seperti patung hidup dan hanya ingin segera keluar dari tempat terkutuk itu.
Mobil Amanda masih terparkir di halaman dan bersyukur mesinya masih berfungsi dengan benar tanpa ada yang mengganggu. Pintu gerbang besar itu juga segera dibuka untuknya, walaupun Amanda tetap akan menabraknya jika sampai tidak dibuka. Begitu k
Tiga hari setelah Amanda menemui Dom, dia masih harus rutin meminum kembali pil KB-nya diam-diam tanpa sepengetahuan Ardi. Walaupun perbuatannya tidak ketahuan tapi rasa bersalah dan kotor itu tetap tidak bisa Amanda singkirkan begitu saja. Amanda jadi takut untuk disentuh oleh suaminya sendiri karena rasanya seperti ada yang sedang berjalan tidak benar. Sudah beberapa malam Amanda selalu pergi tidur lebih dulu untuk menghindari suaminya. "Kau sudah bersih?" Ardi menyusul dan merabanya. Biasanya Ardi memang akan langsung memeriksa seperti itu dan jelas Amanda sudah tidak memakai pembalut. Ardi menggeser pinggulnya utuk lebih terbuka dan merapat. Amanda paham jika suaminya sudah sangat ingin setelah empat hari mereka tidak berhubungan intim. Biasanya Ardi hanya tahan dua
Amanda sudah sama sekali tidak tenang begitu mendekati tanggal satu, dia tidak bisa duduk atau berdiri dengan jenak lagi. Ujung jari telunjuknya yang bercat kuku merah cantik terlihat mengetuk-ngetuk gelisah pada tepian gelas koktail kristal yang sudah hampir dua jam baru dia minum setengahnya. Amanda sedang berkumpul bersama keluarga besar Ardi, hari ini ibu mertuanya sedang berulang tahun. Semua saudara Aldi dan iparnya juga sedang berkumpul bahkan yang tinggal dari luar negeri juga datang. Ini adalah kali pertama Amanda dan Ardi berkumpul dengan keluarga besar setelah masalah pelik mereka dan Ardi yang kehilangan satu ruas jari kelingkingnya. Tentu hal tersebut juga tidak luput menjadi pertanyaan di tengah saudara-saudaranya. Ardi berbohong jika Jarinya terkena gerinda. Meski terdengar agak janggal karena Ardi bukan tipe orang yang akan berurusan dengan alat pertukangan tapi mereka semua pilih percaya saja walaupun setelah itu tatapan mereka jadi aneh. Amanda merasa sanga
Tanggal satu akhirnya tetap tiba, Amanda kembali datang menemui Dom. Kali ini Amanda langsung dipersilahkan masuk tanpa diantar pengawal. Ketika Amanda tiba Dom terlihat sedang bicara dengan dua orang anak buahnya dan langsung dia perintah untuk pergi begitu melihat Amanda yang sudah berdiri di ambang pintu. Amanda sempat berpapasan dengan dua orang pria bertubuh tinggi besar itu ketika mereka keluar. Diam-diam Amanda mulai menghapal masing-masing wajah yang dia temui di rumah tersebut. Amanda tidak mau kecolongan dan tidak akan tinggal diam jika ada salah satu dari mereka yang berani berkeliaran di sekitar putrinya. "Senang melihatmu datang tepat waktu," sambut Dom dengan seringai kesombongannya yang tidak terbaca. Entah dia benar-benar senang atau untuk sekedar mengejek. Amanda tetap berjalan mendekati pria tinggi besar itu tanpa rasa gentar meski wajarnya dia takut karena tatapannya sama sekali tidak ramah. "Jika ini hutang aku ingin ada perhitungannya!" t
Dom benar-benar mengirim makana ke kamarnya meski pria itu sudah tidak kembali. Amanda cuma memandangi makanan di hadapannya dengan pikiran yang sebenarnya sedang tidak berani dia jabarkan. 'Satu tahun' pikir Amanda, satu tahun dirinya akan menjalani ini demi putri, sumi, dan keluarga kecilnya. Amanda tidak yakin apa dirinya akan sanggup sementara mengingat perbuatan mereka seperti tadi saja rasanya Amanda tidak sanggup untuk menatap Ardi lagi. Dom memang terkutuk, tapi Amanda juga mulai berpikir jika ini menjadi pilihannya maka dia harus segera bisa berdamai dengan kondisi ini dan mencari celah karena dia tidak mau kalah dan sia-sia. Amanda telah menyetujui kesepakatannya, sesuatu yang telah di putuskan hanya tinggal dijalani. Ponsel Amanda tiba-tiba berbunyi dan muncul pesan dari Ardi. [Apa kau sudah menjemput sisi?]
Ketika kembali meminum pil KB-nya pagi ini Amanda masih sama sekali tidak curiga jika Ardi sudah mengetahuinya. Ardi juga pergi ke kantor seperti biasa tidak menanyakan apa-apa. Amanda mengantar sampai ke pintu dan memberi ciumannya sebentar. Amanda juga harus segera mengantarkan Sisi ke sekolah, mulai sekarang dia harus lebih ekstra menjada putrinya. Begitu sampai di halaman parkir sekolah, Amanda terus meperhatikan orang-orang di sekitarnya. Amanda sudah menghapal semua wajah anak buah Dom dan yakin akan segera mengenalinya jika melihat mereka di manapun. Amanda sangat waspada dan tidak lupa berpesan pada guru di sekolah putrinya agar tidak mengijinkan siapapun menjemput atau menemui Sisi. Amanda memang jadi semakin paranoid tapi sebenarnya dia hanya seorang ibu, dan ibu manapun pasti juga akan bertindak sepertinya jika tahu putrinya sedang ikut dalam bahaya.
Sepulang dari mengantar Sisi di acara ulang tahun sepupunya, Amanda sekalian mampir di apotek untuk membeli pil dan alat kontrasepsi pria. Entah bagaimana caranya Amanda ingin memaksa Dom untuk memakainya. Walaupun bukan mau Amanda tapi nyatanya dia tetap merasa seperti seorang istri yang sedang menyembunyikan perselingkuhan. Akhir pekan artinya tinggal tiga hari lagi dan Amanda masih kesal kenapa Dom bisa seenaknya. Begitu sampai di rumah ternyata Ardi juga sudah pulang. "Bagaimana pestanya?" sambut Ardi sambil merentangkan lengang untuk membiarkan putri mereka melompat naik ke gendongannya. "Aku juga mau ulang tahun?" rengek Sisi. "Itu masih enam bulan lagi." "Apa itu lama?"
'Ketika menatap mata Dom sepertinya Amanda mengetahui sesuatu, sesuatu yang akan dia simpan sendiri setelah ini!' Amanda mengikuti perintah Dom dengan patuh ketika pria itu mengajaknya pindah ke kamar, tapi bukan berarti Anda tidak memperhatikan. Amanda mulai memperhatikan semuanya, tidak boleh lengah. Amanda sama sekali tidak bodoh, dan sebenarnya dia mengenal lelaki itu lebih dekat dari pada urat di nadinya. Amanda mendengar suara deras dari air shower di kamar Dom, pria itu mandi sendiri karena Amanda menolak diajak mandi setelah kembali disetubuhi. Amanda lelah dan butuh waktu sejenak sebelum kembali berpakaian. Sampai di sini Amanda juga semakin yakin dengan apa yang dia pikirkan. Dom tidak akan bisa menipunya lagi, Amanda hanya perlu mencari celah karena tahu dia tidak akan menang jika langsung menyerangnya dari depan, Dom tidak
Ardi mengembalikan kotak kecil itu ke dalam tas Amanda tapi Ardi masih tetap belum bisa berhenti memikirkan benda itu sampai mereka makan malam. Ardi mengajak Amanda makan malam di restoran yang dipilih Amanda. Amanda juga sengaja pergi dengan memakai gaun seolah mereka benar-benar sedang pergi kencan berdua. Walaupun Amanda terlihat sangat cantik dan menyenangkan tapi pikiran Ardi malah jadi semakin risau karena tahu istrinya semakin pandai menyembunyikan rahasia darinya. Ardi kemudian bertanya mengenai acara amal. "Bagaimana dengan acara amalnya?" "Sepertinya akan diundur sampai bulan depan." "Jadi tidak jadi pertengahan bulan ini?" "Kami berencana membuat acara yang lebih besar di sebuah hotel. Tapi kami harus mencari sponsor,