Sebuah masalah adalah energi, energi yang sedang saling berbenturan dan benturan sering menimbulkan kerusakan. Tidak selalu terlihat adil karena tiap sisi memiliki bagiannya masing-masing yang ingin dipertahankan.
Sisi membantu Amanda mengemasi barang-barang adiknya ke dalam tas bayi karena sebentar lagi Dom akan datang untuk menjemput mereka.
"Kenapa Sisi tidak boleh ikut sama Bunda?" tanya Sisi dengan lesu karena dia belum puas untuk bermain dengan adiknya.
"Jika Sisi juga ikut sama bunda kasihan ayah nanti di rumah sendirian."
"Kalau Sisi mau main sama adik gimana?"
"Nanti Sisi minta ijin sama ayah." Amanda menangkup pipi putrinya kemudian mencium
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN
Akhirnya Amanda datang sendiri ke rumah ibunya dengan membawa kedua si kembar. Sisi langsung menyambutnya keluar begitu melihat Amanda tiba."Maaf Bunda agak terlambat karena tadi adik rewel." Teman-teman sekolah Sisi dan saudara Amanda sudah pada tiba tapi dia justru baru sampai."Apa papa tidak ikut?""Nanti papa akan menelpon, Sisi. Papa sedang bekerja dan sedang tidak bisa ditinggalkan tapi dia menitipkan hadiah ini untukmu." Amanda mengeluarkan kotak merah muda besar yang juga diikat dengan pita ungu."Wao!" Sisi langsung kembali ceria dan Amanda menciumnya."Papa juga titip ciuman ini untukmu. Dia mencintaimu sangat mencintaimu."
Selain sebagai pasangan yang tidak pernah direstui Dom dan Amanda sepertinya juga akan segera menjadi bahan gosip banyak orang, tapi Amanda sudah tidak perduli."Benar-benar wanita tidak tahu malu!" hujat Mona dalam geramannya ketika baru melihat Amanda berani datang bersama Flin Dexter ke acara Amal yang dia adakan.Flin Dexter terlihat terus menggenggam tangan Amanda di depan semua orang yang sedang memperhatikan kedatangan mereka. Acara amal tersebut tidak hanya dihadiri oleh para pengusaha tapi juga para tokoh politik serta pejabat penting di pemerintahan yang tentunya mengenal siapa Flin Dexter.Kedatangan Flin Dexter dengan seorang wanita langsung menarik perhatian, karena selama ini triliuner asal negri Paman Sam itu memang tidak pernah terlihat dekat deng
Setiap perbuatan entah itu yang baik atau yang buruk pasti akan mendapatkan balasannya masing-masing. Berulang kali manusia tidak pernah tahu bagaimana cara Tuhan akan membalas amal serta dosa. Seorang anak bisa menjadi ujian bagi orang tuanya demikian juga sebaliknya. Amanda baru selesai menyusui kedua putranya ketika tiba-tiba ibunya menelpon dan memberitahu jika ayah Amanda mendapat serangan stuk dan sedang dilarikan ke rumah sakit. "Dom!" ponsel Amanda seketika terjatuh dan berteriak memangil suaminya di lantai atas. Dom segera mencari Amanda dengan panik karena mendengar teriakan istrinya yang tidak biasa. "Kenapa?" "Ayah masuk rumah sakit!" Tangan Amanda masih gemetar karena dia tahu semua ini karena dirinya. Amanda yakin ayahnya sakit karena dirinya. "Kemarin aku bertengkar dengan ayah dan ... " Aman
Berulang kali dan berulang kali, dari setiap masalah yang terjadi sering kali tidak ada pihak yang sepenuhnya salah dan sepenuhnya benar, semua membuat kesalahannya masing-masing dan berpegang pada alasannya masing-masing. Padahal yang benar tidak akan selamanya bisa dibela benar dan yang salah tidak akan selamanya terus akan menjadi salah tanpa perbaikan. Tiap masalah perlu dipandang masing-masing tidak bisa dicampur adukkan jadi satu untuk dinilai sekaligus. Tidak ada yang permanen dari setiap masalah yang masih bergulir, kadang yang diperlukan hanyalah melihatnya dari jendela yang lebih besar untuk bisa mengalahkan keegoisan dengan pikiran terbuka, sayangnya tidak semua orang bisa seperti itu.Ayah Amanda mulai sadar setelah satu minggu mengalami koma dan sekarang sudah bisa mereka rawat di rumah. Separuh tubuhnya mengalami kelumpuhan dan tidak bisa bicara kecuali hanya m
"Amanda ayahmu tidak mau merespon sama sekali ketika ibu bangunkan dan napasnya mendengkur!" panik ibu Amanda dari seberang telepon."Ibu panggil ambulan aku akan segera menyusul!"Amanda juga segera panik dan hari masih pagi ketika dirinya serta Dom langsung meluncur ke rumah sakit tempat ayah Amanda biasa dirawat. Begitu sampai Dom juga ikut memeluk Amanda serta ibunya yang ketakutan.Walaupun dokter sudah mengingatkan untuk mempersiapkan diri setiap saat tapi menghadapi situasi menegangkan seperti ini tetap tidak akan mudah bagi siapapun. Amanda harus siap kehilangan ayahnya setiap saat apa lagi tim dokter juga sudah memberitahu jika kondisinya bisa sangat fatal.Tak berapa lama seorang dokter kelu
"Kenapa kau minta maaf padaku?" Begitu sampai di rumah Amanda segera menyeret Edo untuk bicara.Ketika melihat keterkejutan Amanda di mobil tadi, Edo baru sadar jika mungkin dirinya telah salah bicara."Maaf Amanda sungguh aku tidak ingin ikut campur." Edo benar-benar tidak menyangka jika selama ini ternyata Amanda tidak tahu apa-apa. Edo pikir mereka sudah kembali rujuk karena Evan sudah menjelaskan semuanya."Katakan apa yang kau ketahui!" tuntut Amanda.Kegugupan Edo semakin membuat Amanda yakin jika selama ini ternyata ada sesuatu yang tidak diberitahukan Dom padanya."Maaf, Amanda sungguh maafkan aku!"
Ardi merampas tubuh Amanda untuk dia dorong ke atas ranjang. "Sampai detik ini kau masih istriku!" "Kau yang merebutku dari Evan!" balas Amanda tidak kalah sengit dan masih sangat berani meski tangannya sedang dijerat. "Kurasa juga sangat layak jika dia memotong beberapa jarimu lagi!" kesal Amanda sambil melirik jari Ardi yang pernah dipotong oleh Dom. Ardi terlihat terkejut tapi Amanda tidak perduli. "Dia memang kembali untuk mengambilku dan untuk membalasmu!" Ardi masih menekan tubuh Amanda di atas ranjang dan menahan tangan Amanda di atas kepala. "Entah itu Evan, Flin, atau sebagai Dominic Rodrigues, aku akan tetap kembali menjadi miliknya bukan milikmu!" Cengkraman tangan Ardi semakin mengeras dengan rahang berdenyut, Ardi merasa telah lengah hingga tidak pernah sadar jika sebenarnya mereka orang yang sama dan semua ini hanya permainan licik pria itu untuk kembali merampas Amanda. "Dia hanya orang yang hadir d
"Mereka menyiksamu hingga seperti ini dan semua itu karena perbuatan Ardi!" Rasanya Amanda masih tidak terima saat kembali meraba berbagai jejak di sekujur tubuh suaminya yang juga sedang tidak terbalut apapun. "Aku tidak apa-apa, aku laki-laki dan aku akan tetap berjuang untuk kembali padamu." "Ceritakan bagaimana kau bisa kembali!" tuntut Amanda pada Dom yang masih menaungi tubuhnya. Dom cuma mengerutkan dahi nampak kurang suka jika harus membahasnya lagi. Dom segera bangkit dan menyandarkan punggungnya di kepala ranjang kemudian menarik selimut untuk membungkus sebagian tubuh mereka dari ketelanjangan. "Aku kabur dari penjara dengan berenang hampir satu mil menggunakan jirigen kosong sebagai pelampung. Kupikir aku juga tidak akan selamat, aku hanya memikirkanmu dan ingin hidup karena itu." Amanda tidak mengucapkan apa-apa tapi benih air matanya malah mulai mengalir. Amanda tidak tahan membayangkan suaminya yang berjuang bertaruh nyawa untuk