Ketika sampai di rumah sakit, Monica segera ditangani oleh Zidan. Tangannya langsung dipasangkan infus. Rully menatap wajah Monica yang terlihat sangat pucat. Dia sedang bertanya-tanya di dalam hati, Monica sakit apa dan mengapa bisa tiba-tiba pingsan.Rully menatap Zidan. “Zidan, mengapa Monic tiba-tiba pingsan seperti itu, dia sakit apa?” tanya Rully pada Zidan.Zidan menghela napas. “Monica hanya banyak pikiran saja dan tubuhnya mengalami dehidrasi sehingga membuatnya pingsan,” jawab Zidan.Rully mengernyitkan keningnya, dia menatap Zidan, dan kemudian beralih menatap Monica. “Hanya dehidrasi dan banyak pikiran? Maksudmu bagaimana?”Zidan menghembuskan napas dengan berat. “Seharusnya kau bertanya pada dirimu sendiri, dan aku tahu bahwa kau mengetahui jawabannya, jadi kau tidak perlu bertanya padaku mengapa Monic sampai memiliki banyak pikiran seperti itu sehingga membuatnya sakit!”Rully merasa sangat tertampar dengan ucapan Zidan tersebut. Dia menggigit-gigit jarinya sambil berjal
Rully sesekali menyeka air mata Monica menggunakan tangannya. “Mengapa kau masih saja cengeng. Aku tidak menyukaimu yang seperti ini! Aku menyukaimu seperti dulu, Monica yang pemberani, kuat, dan sombong!”Monica membelalakkan matanya. “Apa maksudmu, Rully? Mengapa sekarang kau kembali membahas masa laluku. Bukankah kau sendiri yang dulu membenciku karena sifatku yang buruk di masa lalu?” Dada Monica terlihat naik turun karena tiba-tiba emosinya memuncak. “Mengapa sekarang tiba-tiba kau membandingkan diriku yang sekarang dan diriku yang dulu? Hah?!” Emosi Monica semakin tidak terkontrol. “Dasar laki-laki aneh, pantas saja kau menjadi perjaka tua, jomblo sejati, karena tidak ada perempuan yang mau denganmu!” Monica berkata dengan sengit.Rully tidak marah mendengarnya, dia justru tersenyum karena akhirnya dia berhasil memancing Monica agar kembali ceria dan cerewet seperti biasanya. Sedangkan Monica, emosinya sudah di ubun-ubun, dan terasa seperti akan meledak. Mendengar perkataan Rull
Siang itu, Monica sudah keluar dari rumah sakit. Dia pulang ke rumahnya bersama dengan Rully dan Zidan. Zidan sudah mengetahui dan melihat secara langsung tentang pernyataan cinta Rully dan Monica, jadi Zidan bisa menerimanya dengan lapang dada. Zidan justru mendukung hubungan mereka.Selama dalam perjalanan pulang, mereka bertiga saling bercanda. Kini sudah tidak ada lagi kecanggungan di antara mereka bertiga. Zidan menyetir mobil, sedangkan Rully dan Monica duduk di kursi belakang.Zidan menatap Rully dan Monica melalui kaca. “Rully, nanti jika kau sudah menikahi Monic, apa kau akan membawanya kembali ke Italia?” tanya Zidan.Rully terdiam sejenak. Dia memikirkan pertanyaan Zidan tersebut, karena dia tahu bahwa Monica merupakan anak tunggal, dan tidak mungkin rasanya jika akan kembali dibawa ke Italia. Sedangkan kedua orang tuanya sangat menginginkan sang putri agar segera menikah dan memiliki momongan, agar mereka tidak kesepian.Zidan kembali menatap Rully melalui kaca. “Mengapa k
Setelah Rully dan Monica mengakhiri perbincangannya dengan Albern dan Harnum, maka sepasang pengantin baru itu pun segera merebahkan tubuhnya di atas ranjang pengantin milik mereka yang sudah dihiasi dengan kelopak bunga mawar merah.Monica yang baru keluar dari rumah sakit itu merasa tubuhnya sangat lelah sekali. Dia memejamkan matanya. Rully yang melihat sang istri sudah merebahkan tubuhnya terlebih dahulu itu, kini merangkak mendekati sang istri.“Sayang, apakah kakimu terasa pegal?” tanya Rully dengan penuh perhatian.“Iya, Sayang, kakiku terasa pegal sekali, dan seluruh tubuhku juga rasanya sakit. Aku merasa sangat lemas, mungkin ini efek karena aku baru keluar dari rumah sakit.” Monica berkata sembari memijat keningnya.Rully menatap iba pada sang istri. Sebenarnya dia sangat menginginkan malam pertama mereka dilakukan pada malam ini, namun, ketika dia melihat sang istri yang sangat kelelahan, dia pun tidak tega melihatnya.Lalu, Rully meraih kaki Monica dan diletakkan di atas p
Monica berkata dengan bola-bola kristal yang sudah memenuhi pelupuk matanya. Rully merasa sangat tidak enak hati melihat sang istri yang terlihat sedih.“Sayang, mengapa kau menangis? Tolong maafkan aku, aku benar-benar tidak bermaksud menyakiti hatimu. Aku … aku memang salah, Sayang, tolong maafkan aku.” Rully meraih tubuh sang istri dan membawanya ke dalam pelukannya.Monica mengusap pipinya yang sudah basah. “Tidak mengapa, aku rasa bukan hanya kau yang akan berpikiran buruk tentangku, mungkin laki-laki lain pun jika mengetahui tentang sifatku yang dulu akan berpikiran seperti itu.” Monica menghela napas. “Kau tidak usah merasa bersalah. Aku menangis karena aku merasa terharu, dan aku bersyukur karena aku akhirnya bisa menjadi wanita yang lebih baik lagi.”Rully mempererat pelukannya. Ia tiada henti menciumi kepala sang istri. Perasaan bersalah dan berdosa kian membuncah di dalam hatinya. Rully memejamkan matanya.“Mungkin jika dulu kau dan Al tidak memberikan hukuman padaku di pe
Rully tidak akan semudah itu untuk menuruti permintaan Monica, karena dia merasa ada yang berbeda dengannya. Rasanya Rully tidak akan bisa berangkat bekerja dengan tenang jika keadaan sang istri seperti itu.Lalu, Rully berinisiatif untuk membuatkan sarapan. Dia turun ke bawah dan menuju dapur. Di dapur ternyata ada Mama Marsha. Mama Marsha merasa heran ketika melihat sang menantu yang tengah menggulung lengan bajunya, dan sibuk menyiapkan alat dan bahan-bahan untuk memasak.Mama Marsha mengernyitkan keningnya sembari menatap tajam Rully. “Rully, ada apa ‘Nak? Kau membutuhkan apa?” tanya Mama Marsha pada Rully.“Aku akan membuat sarapan untuk istriku, Ma,” jawab Rully.“Membuat sarapan? apa kau tidak salah? Memang mengapa Monic tidak memasak untuk sarapan? Tidak seperti biasanya juga dia belum turun ke bawah seperti ini.”“Monic sedang tidak enak badan, Ma, jadi dia sedang bermalas-malasan, maka dari itu aku berinisiatif sebelum berangkat bekerja aku akan membuatkan sarapan untuknya.”
Sementara itu di Negara Italia, Klan AB sudah semakin maju kembali, dan klan tersebut kembali menguasai dunia kegelapan. Kini, Albern sebagai Raja Mafia kembali berkuasa. Tetapi, dia merasa tidak tenang karena kini dia sudah memiliki istri, dia merasa khawatir jika sewaktu-waktu Harnum akan kembali diculik dan menjadi target utama oleh para musuh-musuhnya.Maka dari itu, Albern sudah merencanakan untuk membawa Harnum kembali pulang ke Indonesia, untuk menyembunyikan identitasnya. Karena dia tidak ingin keselamatan dan nyawa sang istri menjadi taruhannya.Malam itu, Albern sedang beristirahat di peraduannya bersama dengan sang istri. Dan terlihat Harnum sedang bermanja-manja dengannya. Sudah menjadi hal kesukaan Harnum yaitu memainkan bulu-bulu halus di dada Albern.“Hubby, Monic sudah mengandung sedangkan aku belum. Aku merasa iri dengannya, dia yang baru menikah tetapi dia sudah hamil, sedangkan kita yang sudah lama menikah tetapi aku belum hamil.” Harnum membuka pembicaraan.Harnum
Setelah perbincangan antara Albern dan Harnum, serta terhadap Willy dan Jennifer, akhirnya mereka mempersiapkan diri untuk ke Indonesia.Semuanya dilakukan dengan sangat baik dan matang, karena kondisi Jennifer yang sudah hamil tua. Tetapi sang King Mafia bisa mengatasi itu semua.Hari itu, mereka pun melakukan penerbangan ke Indonesia. Dan masalah Klan AB yang ada di Italia, diserahkan kepada George dan Neil, mereka yang akan menangani operasi di Italia.Sementara Albern dan Willy, mereka akan ke Italia jika ada keperluan yang sangat mendesak saja atau yang benar-benar membutuhkan mereka.Harnum benar-benar merasa sangat bahagia karena Albern mengabulkan permintaannya agar membawa Jennifer bersama mereka ke Indonesia.Setelah melakukan perjalanan selama 16 jam lebih, akhirnya mereka sampai di Negara Indonesia. Mereka turun di Bandara Soekarno Hatta. Dan di sana sudah ada dua mobil yang menjemput mereka.“Tuan Al, selamat datang ke Indonesia. Nyonya Harnum, selamat datang,” ucap Pak Y