“Alergiku sembuh karena takut..” gumamku.Elena benar-benar seorang istri yang menakutkan. Apakah dia membunuh Denis dan melenyapkan mayatnya tanpa meninggalkan jejak? Kenapa aku hidup bersama monster ini. Tunggu, 10 milliar… uang itu masih ada di tangan istriku. Uang yang disembunyikan itu, aku akan mencarinya dan melarikan diri. Sekarang tujuanku hanya itu.Kulajukan mobil setelah beberapa saat melamun, Elena masih menungguku di depan pagar. Tak menyapanya, aku menginjak pedal gas dengan kencang.Selang sepuluh menit setelah aku bergerak dari rumah, kuputar kembali mobil kembali ke komplek perumahanku, kuparkirkan agak jauh dari blok rumahku dan bergegas keluar dengan berjalan kaki. Tak lupa kupakai masker dan kacamata hitam. Hari ini aku akan mengikuti kemana pun Elena pergi.Saat tengah bersembunyi, Elena keluar dengan pakaian rapi, dia berlari seperti terburu-buru. Kuperjelas penglihatanku, Elena membawa sebuah tas besar, tas yang tak pernah sekalipun dia pakai.“Jangan-jangan t
“Aku tadi sudah pergi ke grosir kopi, kamu tak perlu kesana lagi, aku senang bisa ketemu kamu disini..” dia menggandeng tanganku berjalan menuju keluar pasar. Sial!***Sepanjang perjalanan, Elena terus bergelayut manja di lenganku, padahal aku sedang menyetir, tapi aku tidak berani protes, aku benar-benar dibuat takut olehnya. Dia terus tersenyum, entah apa yang membuatnya begitu bahagia, atau karena sudah bertemu Denis, atau karena uang? Ah.. uang itu.. bagaimana aku bisa merampasnya dari Denis.“Kita sudah lama tidak seperti ini ya, aku merasa kembali seperti dulu, kita berjalan berdua berpacaran,” Elena terkekeh.“Kamu lebih baik pulang ke rumah, aku akan mengantarmu,” ucapku.“Bersama denganmu sama dengan istirahat untukku..” jawabnya manja, membuat bibirku meringis.Sepanjang jalan Elena terus mengoceh, dia memintaku untuk mengajarinya mengolah kopi, padahal bisa dipelajari di pusat budaya. Aku memandang malas ke luar jendela. Dengan berat hati aku akhirnya menyetujuinya ikut ke
“Akhirnya kamu kembali Bastian-ku sayang..” Jessica tersenyum senang sambil membingkai wajahku.“Berkatmu aku bisa bernapas,” ucapku sambil tersenyum.“Bernapaslah sayang, kita harus mendapatkan uang 10 milliar itu untuk membalas dendam pada istrimu,” sahut Jessica.“Tapi.. aku kehilangan jejak Denis, aku gak tau kemana dia membawa uang itu,” ucapku.“Tenang sayang, aku sudah memikirkannya..” jawab Jessica dengan seringai licik di bibirnya.Setelah selesai mengatur rencana, Jessica bergegas menjalankan misinya, dia pergi ke ruang ganti karyawan. Sementara aku kembali ke dapur untuk meracik kopi.“Kopi sudah siap..” teriakku agar Elena datang mengambilnya.Elena kemudian menyuguhkan kopi itu untuk para karyawan yang sedang beristirahat, sementara Jessica mengirim pesan ke aplikasi chat, [misi selesai, semuanya akan berjalan sesuai rencana, segera hapus pesan ini] tulisnya. Entah apa yang dia lakukan aku belum tahu.Segera kuhapus pesan dari Jessica, bersamaan dengan itu Elena kembali k
“Aku lah yang lebih takut.. aku!!” teriakku kesal, lalu kumatikan telepon.Akhirnya kuputuskan untuk pulang dari pada Elena terus mengadu pada Kak Vira yang terus mengomeliku.Saat berada di parkiran, aku merasa sedikit ragu untuk menyalakan mesin mobil, rasa takut pada istriku kian menjadi, dia bukan istri biasa, dia itu monster.“Ah, sudahlah, kalau aku tidak cepat pulang, masalah akan bertambah,” gumamku.Kunyalakan mesin mobil, tiba-tiba pintu penumpang dibuka.“Aaaaa…” aku berteriak histeris.Ternyata Jessica, dia berdiri mematung melihatku ketakutan sebelum akhirnya masuk dan duduk disebelahku dengan wajah heran.“Apa kamu menungguku menyalakan mobil sebagai kode?” tanyaku sambil mengurut dada.“Bukannya kamu yang sedang menungguku?” Jessica bertanya balik.Aku menarik napas berkali-kali untuk menetralkan keterkejutanku.Jessica tertawa melihatku ketakutan, “apa aku turun aja, gitu?” ucapnya.“Setiap hari pulang kerja pada waktu yang sama, bosku dan istrinya begitu sempurna. Bah
POV ElenaAku tahu Mas Bastian mengikutiku ke pasar grosi kopi, saat aku bertemu Denis, kami sengaja melakukan sandiwara seolah tak ada yang menginti, ku buka bungkusan uang 10 M yang ada di dalam termos es besar yang dibawa Denis, di tempat sepi. Suamiku pasti melihat uang ini.Saat Denis membawa pergi uang itu, suamiku mengikutinya, aku segera menghalanginya dan pura-pura terkejut saat bertemu dengannya disana. Dia tampak kesal saat kehilangan jejak Denis.‘Kamu masih belum berubah dan masih tidak mempercayaiku, hanya uang itu yang kamu incar, bukan aku yang akan kamu pertahankan, baiklah! Ikuti permainanku,’ ucapku dalam hati.“Oh, aku datang untuk membeli biji kopi,” ucap Mas Bastian saat aku bertanya kenapa dia berada disini sambil celingukan.“Aku tadi sudah pergi ke grosir kopi, kamu tak perlu kesana lagi, aku senang bisa ketemu kamu disini..” aku menggandeng tangan mas Bastian berjalan menuju keluar pasar.Di dalam mobil, mas Bastian terlihat sangat kikuk, dia masih takut deng
“Denis..! kenapa kamu melakukan ini?” aku mendekatinya perlahan lalu membuang benda yang kupegang untuk memukulnya tadi.“Untuk membebaskanmu, kak. Setidaknya bisa membiarkanmu mencari kebebasan..” ucap Denis dengan suara lirih.“Lagi pula aku sudah tamat, aku gak mau pergi sendirian. Tapi sebelum itu, aku harus menyingkirkan bajingan ini dulu..” Denis bergerak mendekati Mas Bastian lagi, aku pun menghalanginya dengan sigap.Darahku seakan mendidih, meskipun Bastian memang bajingan, aku harus tetap melindunginya, karna yang kubutuhkan adalah seorang suami.“Bukannya sudah kukatakan, jangan bertindak sesukamu, Denis!” aku menghardik, meluapkan emosiku.Kalau sampai suamiku kenapa-napa, tujuan utamaku bisa gagal.“Kak Elena… sadar!” ucap Denis bersikeras.“Denis, aku sudah bilang, aku gak peduli kalau harus tertangkap! Kamu hanya perlu membantuku sesuai yang kuperintahkan saja!”“Tidak, kak. Aku melakukan ini karena kehendakku sendiri!” bentak Denis padaku.Dia merasa putus asa dengan k
“Selamat keluar dari rumah sakit, Tante..” ucap Sheza sambil menyerahkan buket bunga padaku.“Terima kasih, Sheza..” aku mengambil buket bunga yang diberikannya sambil tersenyum manis dan bersikap lembut.Mantan suami Kak Vira juga datang, padahal selama ini yang kutahu dia tak pernah lagi peduli pada keluarganya semenjak dipecat dari kepolisian.Mereka bersorak kembali menyambutku, aku tersipu malu dan ikut senang. Lebih tepatnya menghargai kebaikan mereka.“Cukup..!! cukup..!! apa-apaan ini?” teriak Bastian.Aku menoleh pada suamiku yang berdiri di sampingku, “apakah kamu takut dan terkejut, suamiku?”Aku memberi kode lewat mata pada suamiku, untuk bersikap biasa dan anggap tidak pernah terjadi apa-apa pada kami berdua sebelumnya. Lalu suamiku itu naik ke lantai dua, sementara yang lainnya mengucapkan selamat, termasuk Bang Rozi, mantan suami Kak Vira.“Selamat ya, Elena.. akhirnya kamu bisa melewati semuanya,” ucap Bang Rozi.Aku tersenyum, lantas mengucapkan terima kasih.“Ah, beg
Setelah semua orang pulang, aku pun sudah berberes rumah dan membersihkan dapur. Kemudian ke lantai dua untuk memastikan suamiku sudah tertidur.Saat sudah memastikan Bastian terlelap, aku mengambil tas dan kunci mobil lalu menuju garasi. Kucabut kartu memori dari kamera dashboard mobil suamiku agar tidak ada yang terekam. Aku juga me-nonaktifkan GPS pada mobil ini.Kulajukan mobil dengan kecepatan sedang menuju suatu tempat yang sudah lama ingin kukunjungi. Sekitar setengah jam aku mengemudi, akhirnya sampai pada tempat yang kutuju, aku memarkirkan mobil di tepi jalan, karena tempat itu ada di dalam gang yang tidak bisa di masuki mobil.Saat aku berjalan kaki memasuki gang, aku sadar ada seseorang yang sedang mengikutiku, tapi aku tetap bersikap santai dan terus berjalan.Bar REA, tempat yang banyak menyimpan cerita. Sudah lama aku tidak kesini. Langsung saja aku masuk ke dalam bar untuk menemui seseorang yang selama hidupku sudah banyak berjasa. Namanya Raffi, pria tampan bertubuh