Melamar IndahKedatangan Hanz membuat semua orang kaget. Sebab, yang dibawanya sebuah kotak berwarna merah, yang pasti membuat semua orang sudah dapat menebak apa di dalam kotak itu. Dari semua orang, Reyhan lah yang paling shock dan merasa takut. Takut Indah akan menerima Edwan. Bisa patah hati Reyhan hari ini juga. "Thanks, Hanz," ucap Edwan. Saat Hanz memberikan kotak perhiasan yang di pesan Edwan beberapa jam yang lalu. "Semoga , Bos." Hanz memberikan semangat pada Edwan sebelum beranjak. Edwan sendiri tersenyum dan langsung kembali terfokus pada Indah yang masih diam terpaku dengan kejadian yang tengah dialami. Karena semua ini, tidak pernah terpikir di benak Indah sedikit pun. Meskipun Edwan belum bicara padanya, tapi Indah sudah dapat menebak apa yang ingin Edwan katakan. "Indah Rahmawati." Baru kalimat menyebut namanya saja, Indah langsung deg-degan tak karuan. "Hari ini, di hadapan semua orang, aku melamarmu untuk menjadi istri, dan ibu dari anak-anakku. Aku sudah lelah me
"Apa jawabannya? Jangan bikin aku deg-degan karena senyum kamu yang tidak jelas itu," ucap Edwan sedikit kesal karena sudah tidak sabar lagi dengan jawaban yang diberikan oleh Indah. Melihat Reaksi Edwan, Reyhan melirik kesal. Namun, Edwan tak menghiraukan raut wajah Reyhan yang tak suka. Intinya, yang Edwan rasakan adalah keinginan Indah dapat menerimanya. "Ih, kalem aja dong nanyanya," balas Indah sedikit kesal. "Ya mangkanya kamu cepetan kasih aku jawaban. Yang pasti tapi. Kalau enggak ya nggak, kalau iya ya iya. Jangan digantung dengan ucapan belum siap kayak biasanya. Aku gak mau kaya gitu." Edwan tak kalah sewot. Membuat Reyhan angkat bicara. "Santai, Wan. Biarin Indah kasih jawaban." Reyhan menimpali. "Gimana, Ndah. Mau nggak?" Edwan kembali mengulang pertanyaannya. "Lama banget si," lanjutnya meggerutu. Raut wajahnya begitu menggemaskan. Membuat Indah ingin menertawakannya. Indah menarik nafas dalam. Kemudian menghembuskannya pelan. Sementara Edwan jantung dan dan hatinya
Malang ….Maaf Sayang. Mama gak bisa," jawab Indah. Nadira menunduk kecewa. "Tapi, Ma. Kasihan Gebby. Di terus kepikiran Mamanya. Sampai gak mau makan dan jatuh sakit. Kalau nanti Gebby kenapa-napa gimana?" Nadira kembali bertanya pada Mamanya. Gadis kecil itu benar-benar merasa tidak tega padi adik tirinya itu. Sifat tidak tega-nya menurun dari sang Mama. Sebenarnya Indah juga kasihan pada Luna dan Gebby. Tapi jika Indah membebaskan Luna, wanita itu tidak akan pernah jera. "Ma," lirih Nadira lagi. "Sayang, untuk ini Mama tidak bisa menuruti keinginan, Nadira. Untuk memaafkan, Mama sudah maafkan. Tapi untuk mengeluarkan Tante Luna dari penjara, tidak akan pernah Mama lakukan. Orang jahat harus mempertanggungjawabkan kesalahannya. Sudah tahu ini salah dan akan mendapat konsekuensi, kenapa tetap dilakukan. Bukankah allah memberi kita otak untuk berpikir? Kita bisa memilih mana yang baik mana yang tidak. Jika memilih hal tidak baik, itu pasti ada konsekuensinya. Orang yang jahat, teta
Ternyata Reyhan mendatangi rumah Indah dengan. Dengan wajah penuh kesedihan laki-laki itu mengetuk pintu rumah mantan istrinya. "Om," lirih Nadira saat membuka pintu dan melihat Reyhan yang berdiri di depan pintu dengan mata sembab dan merah. Nadira paham betul kalau tamu yang saat ini berada di depannya habis menangis. Sesaat, membuat Nadira teringat Gebby. "Masuk, Om. Biar aku panggilkan, Mama," ujar Nadira. Reyhan masuk dan langsung duduk di ruang tamu. Meski ada perasaan kecewa di hati paling dalam, tapi Nadira tetap merasa iba melihat keadaan Reyhan. Begitulah sifatnya. Hanya marah sesaat kemudian melupakannya. "Oh iya, Om. Bagaimana keadaan Gebby?" tanya Nadira sebelum beranjak. "Gebby semakin parah. Nadira doain Gebby supaya cepat sembuh ya," tutur Reyhan. "Pasti, Om," balas Nadira. "Sebentar Dira panggilkan Mama," lanjutnya lagi. Reyhan pun mengangguk. ..Tak lama kemudian Indah kembali datang bersama Nadira. "Mas Reyhan? Ada apa?" tanya Indah. Kemudian ia pun duduk men
SURAT UNDANGAN"Om Edwan," sapa Gebby lemas. Namun,Edwan tersenyum hangat sembari mencubit gemas Pipi Gebby. Gebby sendiri menghindar karena malas pada Edwan. Bagi Gebby, orang yang terlibat memasukkan mamanya ke penjara adalah musuhnya. Termasuk Indah dan Kakak tirinya. Sampai kapanpun Gebby akan selalu membenci Indah juga Nadira. "Papa udah pulang?" tanya Edwan. "Belum!" ucap Gebby sewot. "Om boleh masuk?" tanya Edwan lagi. "Terserah!" ketus Gebby kemudian meninggalkan Edwan. Membuat Edwan menggelengkan kepala karena dirasa olehnya Gebby tidak memiliki sopan santun. Dengan berat hati, Edwan pun masuk dan duduk di sofa ruang tamu. "Kenapa wajahnya ditekuk?" tanya Opanya. Saat Gebby kembali. Gebby langsung bergelayut manja pada sang Opa. "Siapa tamunya? Kok bikin wajah Gebby murung?" Kembali Agung bertanya. "Orang jahat," jawab Geeby. Agung mendudukkan Gebby di sampingnya. Kemudian berdiri dan beranjak menemui tamu jahat yang dimaksud Gebby.Saat Agung tiba di ruang tamu, dirin
Setitik bahagia untuk Indah"Cepat katakan saja, Reyhan," pinta Agung meminta menantunya untuk segera bercerita. "Anak, Papa telah menularkan virus HIV. Bukan hanya aku yang tertular. Tapi Gebby juga. Tak menyangka bukan Luna bisa menjadi sebab kami terpapar virus menjijikan itu? Membuat kami merasa minder jika berhadapan dengan orang lain. Untung saja tidak ada yang tahu. Aku menyembunyikan kebenaran ini dari semua orang. Termasuk keluargaku," jelas Reyhan membuat Agung kaget seolah berat untuk mempercayai ucapan Reyhan. "Tidak mungkin Luna seperti itu. Setahu Papa Luna hanya berhubungan dengan kamu saja. Atau mungkin Danang yang menyebarkan virus itu? Karena Luna sempat diperkosa oleh Danang." "Kalau itu disebabkan karena diperkosa oleh Danang, aku pasti maafkan dan mau menerimanya. Apalagi aku dan dia sudah sama-sama terpapar akhirnya. Tapi yang menjijikan, sebab dia tertular penyakit itu karena hubungannya dengan Alif. Dia telah mengakui semuanya. Dia tidak menceritakan semua i
Reyhan merasa sangat gelisah, apalagi setelah mendapat surat undangan dari Edwan. Dia benar-benar akan kehilangan Indah untuk selamanya. "Ya allah," lirih lelaki itu sembari memijat keningnya. "Kenapa semua jadi seperti ini," sesalnya. Air mata mengalir deras di pipinya. Malam kian larut, tubuh Reyhan sangat lelah setelah seharian bekerja. Namun, matanya tidak dapat dipejamkan. Akhir-akhir ini, bukan hanya fisik yang lelah, tapi juga pikirannya. "Ya allah, bolehkah aku berdoa engkau menggagalkan pernikahan Indah? Bolehkah aku meminta, kembalikan dia padaku? Seandainya itu terjadi, aku berjanji ya allah, aku akan jadi suami yang baik untuknya. Suami yang terbaik," lirih Reyhan penuh sesal. Seandainya Luna memiliki sikap yang baik, mungkin Reyhan dapat ikhlas dan tak semenyesal ini. Tapi sikap Luna? Benar-benar sangat menyisakan sesal luar biasa. Terlebih, Luna telah membohonginya, dia lebih dulu berhubungan dengan Alif hingga harus membuatnya terpapar virus yang menjijikan. "Ternyat
"Kenapa wajahmu tertunduk lesu seperti itu, Luna?" tanya Ana. Dia duduk bersandar di pagar besi. "Ibu Luna!" panggilan dari petugas. Luna pun segera beranjak. Petugas membuka pintu besi itu dan menyerahkan makanan serta obat-obatan yang dititipkan oleh Gebby pada petugas sebelum mereka pergi. "Terima kasih, Pak," lirih Luna. "Wuih! Makan enak lagi," ujar Ana. Maya pun mendekat. "Aku minta!" ucap Maya. Sekalian aku juga minta obat kamu. Semua ini kan gara-gara Mama kamu. Kalau aku tidak konsumsi obat, nanti aku bisa semakin parah!" ketus Maya. Namun, Luna diam saja. Membuat bingung Maya dan Mamanya."Kenapa sih kamu, Lun?" Ana benar-benar bingung dengan sikap Luna barusan. "Apa benar aku anak haram?" tanya Luna kemudian membuat Ana terdiam. "Siapa yang bilang? Papa kamu?" Ana menebak. Bisa-bisanya Agung mengatakan semua ini pada Luna. "Jujur, Ma," ucap Luna lagi. Maya terdiam. Lalu tak ribut lagi dengan makanan. Ia memilih untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan Mama Luna selanju