"Akhirnya dia kena karma juga," ujar Hanifah sembari terkekeh.
Dalam hati, aku bertanya, "Bukankah Mas Bayu di bagian produksi? Mengapa dia ada di sini dengan memakai baju Office Boy?"
"Apa kamu tidak merasa aneh, Na? Mengapa tiba-tiba dia menjadi Office Boy? Apa ini ulah Hyuga?" tanya Hanifah seakan bisa membaca pikiranku.
Aku mencerna pertanyaan Hanifah. Bisa jadi apa yang diperkirakan Hanifah benar. Kemarin Mas Bayu membuat ulah di depan Hyuga, dan sekarang Mas Bayu tiba-tiba turun jabatan. Bukankah semua itu bisa saja menjadi sebab dan akibat?
Aku menggelengkan kepala, cepat-cepat kutepis pikiran konyol itu. Hyuga hanya pegawai baru di sini. Tidak mungkin dia punya wewenang menurunkan jabatan pegawai di sini.
Aku sedang mengisi botol kosong dengan air mineral dari dispenser saat mendengar Hanifah berkata kepada Mas Bayu, "Tolong buatkan dua gelas kopi dan antarkan di ruang kerjaku ya."
Hanifah tertawa puas setelah keluar dari ruang pantr
Aku teringat dengan perkataan Mas Bayu. "Hyuga akan berubah pikiran jika mengetahui wajahmu yang sebenarnya." Aku jadi bertanya-tanya dalam hati, bagaimana seandainya nanti Hyuga membatalkan lamarannya, atau menceraikan aku sama seperti apa yang dilakukan Mas Bayu."Tenangkan dirimu, Nak. Sholatlah untuk meminta petunjuk kepada Allah SWT," ucap Ibu setelah merasakan kegundahan hatiku. Tidak biasanya aku di kamar jam segini, jadi ibu menyusulku beberapa menit yang lalu.Pagi harinya, di kantor, aku mendapatkan kabar mengejutkan."Kudengar Bayu kecelakaan kemarin malam. Sekarang dia dirawat di rumah sakit. Apa kamu tidak ingin menjenguknya?" tanya Laelia kepadaku.Aku menatap ke arah Hanifah, meminta penjelasan darinya. Sorot mataku menatap tajam ke arahnya, seakan berkata, "Apa benar yang dikatakan Laelia?"Hanifah hanya diam, seakan tidak mengerti maksud dari tatapan mataku."Kudengar Bayu kecelakaan setelah dari rumah mantan istrinya. Bukan
"Kamu harus bertanggung jawab! Bayu kecelakaan setelah pulang dari sini. Jujurlah, apa yang kalian bicarakan saat itu? Apa yang kamu katakan pada Bayu? Kamu yang sudah membuatnya kecelakaan. Kamu harus bertanggung jawab, Naina." Sinta tiba-tiba berkata panjang lebar setelah aku membuka pintu. Dia bahkan tidak memberiku kesempatan untuk berbicara."Aku tidak mengatakan apa-apa kepada Mas Bayu. Apa yang harus aku pertanggung jawabkan? Aku bahkan tidak tahu apa-apa," ucapku sembari mendorong gagang pintu, ingin menutupnya agar Sinta tidak menggangguku lagi. Namun, Sinta lebih cepat menahan daun pintu sehingga usahaku sia-sia."Kamu harus bertanggung jawab! Pasti kamu sudah mengatakan sesuatu kepada suamiku, hingga dia tidak konsentrasi saat mengemudi," ucap Sinta sembari menarik lenganku dan menyeret tubuhku hingga keluar rumah. Entah dia akan membawaku ke mana."Lepaskan dia! Aku yang akan menanggung semua pengobatan Bayu. Jadi, aku perintahkan kepadamu untuk mele
"Masih ada satu hari lagi. Aku akan menjawabnya besok." Aku menjawab pesan darinya dengan singkat, padat, dan tidak jelas.Saat kami datang ke rumah sakit, Mas Bayu sudah berada di ruang rawat inap. Dia masih memakai perban di kepala dan juga di sebagian wajahnya. Kakinya juga masih dipasang gips."Untuk apa kalian ke sini? Apa kalian mau menertawakan aku?" ucap Bayu setelah melihat kedatangan kami.Kami hanya diam dan menatapnya dengan iba."Jangan menatapku seperti itu. Ini adalah kesalahan kalian. Kalian harus bertanggung jawab." Mas Bayu berteriak tidak terkendali."Perusahaan sudah melunasi semua biaya rumah sakit," ucap Hyuga tanpa ekspresi."Memang seharusnya mereka bertanggung jawab. Kalau aku tidak dipindahkan dari staf produksi menjadi OB, hidupku tidak akan hancur seperti ini. Namun, itu semua tidak cukup," ujar Mas Bayu belum puas.Aku hanya diam, tidak menghiraukan ucapan Mas Bayu. Menurutku Mas Bayu terlalu ber
Buru-buru kutepis keraguan itu. Aku tidak boleh berpikir negatif. Hyuga berbeda dengan Mas Bayu. Dia tidak akan bertindak kekanak-kanakan seperti Mas Bayu.Hari istimewa itu akhirnya tiba. Hari ini, Hyuga akan datang bersama dengan keluarganya untuk melamarku. Betapa bahagianya aku.Selain acara lamaran, rencananya kami juga akan bertukar cincin. Karena ini hari yang istimewa, beberapa sahabatku tidak ingin melewatkan ini. Mereka berjanji akan hadir dan membantu untuk mempersiapkan segala keperluan untuk menyambut tamu.Thalia yang datang paling awal. Aku terkesiap melihat dia datang bersama si jabrik. Bukankah laki-laki itu yang dipecat Pak Hadrian karena telah kurang ajar kepadaku?Si jabrik menunggu di ruang tamu, sementara Thalia pergi ke dapur untuk membantu ibu menyiapkan hidangan. Aku menarik Thalia menjauh dari ibu."Kenapa kamu datang bersama dia?" tanyaku dengan suara yang nyaris tidak terdengar. Aku tidak ingin ibu mendengar percak
"Kenapa, Ma? Bukankah kemarin Mama sudah setuju ketika Hyuga meminta restu pada Mama?" Hyuga berdiri dan menghampiri Bu Hanin. Dia bertanya-tanya sembari terus memandang ke arah ibunya itu. Sorot matanya dipenuhi harapan agar Bu Hanin segera menjawab pertanyaanya."Aku kira Naina wanita baik-baik, tapi ternyata aku salah. Aku tidak akan sudi menikahkanmu dengannya," jawab Bu Hanin kepada Hyuga. Wanita paruh baya itu menatapku dengan nyalang, membuatku bergidik takut."Apa maksud Mama? Naina memang wanita baik-baik, Ma," ujar Hyuga membelaku."Baik darimana? Wanita yang mau tidur dengan laki-laki yang bukan suaminya, kamu bilang baik?" Pertanyaan Bu Hanin membuat semua mata tertuju kepadaku.Aku hanya diam, tidak menyangka semua ini akan terjadi. Susah payah kutahan air mata agar tidak menetes ke pipi. Bibirku bergetar, tetapi tidak bisa berkata-kata. Ingin sekali rasanya menyangkal semua perkataan Bu Hanin, tetapi entah mengapa bibir ini seperti terkunci
"Kenapa kamu malah curhat?" tanya Bu Hanin dengan mata mendelik."Apakah kami semua harus mendengarkan bualanmu?" tanya Bu Hanin lagi."Maaf, aku terbawa suasana hati. Intinya aku ingin menebus kesalahanku kepada Naina dengan cara membersihkan nama baiknya. Selama ini mungkin orang-orang mengira bahwa dia bukan wanita baik-baik. Semua anggapan itu keliru," ujar Mas Bayu sembari menatap satu-persatu orang yang ada di sana."Malam itu, Sinta ke rumah Naina untuk mengancamnya agar mengundurkan diri dari pekerjaannya. Pak Hadrian kebetulan lewat dan membela Naina sebagai karyawannya. Ibu menyuruh Pak Hadrian untuk singgah sebentar dan meminum teh di teras rumah. Hanya itu yang terjadi. Sedangkan semua keterangan dalam video itu adalah rekayasa." Mas Bayu menjelaskan dengan sabar.Kulihat orang-orang tertarik mendengarkan cerita Mas Bayu, tidak terkecuali Bu Hanin."Sedangkan video Naina yang sedang membeli test pack bukan berarti Naina adal
"Aku tidak tahu apa-apa, Tante. Percayalah padaku," ucap Sinta."Lalu dari mana kamu mendapatkan video itu? Bukankah video itu hanya tersebar di antara rekan kerja Naina?" tanya Bu Hanin menginterogasi."Aku dapat dari temanku. Percayalah, Bu. Aku tidak berbohong," ucap Sinta berkilah."Aku akan percaya setelah melihat isi dari ponselmu," ucap Bu Hanin yang tiba-tiba merebut ponsel dari tangan Sinta.Bu Hanin berusaha membuka ponsel Sinta, tetapi selalu gagal. Sinta memberi proteksi pada ponselnya dengan sebuah password."Katakan padaku, apa passwordnya?" tanya Bu Hanin pada Sinta."Maaf, aku tidak bisa memberitahukannya, Tante," jawab Sinta."Kalau kamu tidak salah, kamu tidak akan takut jika aku memeriksa ponselmu," cetus Bu Hanin."Aku juga butuh privasi, Tante," kilah Sinta."Aku tidak mau mendengarkan alasanmu lagi. Sekarang ambil ponselmu. Kesepakatan kita batal!" ucap Bu Hanin kepada Sinta.Aku dan Hyuga sa
"Pipimu merah sekali," ujar Hanifah sambil terkekeh. Matanya menyipit memandangku. Dia tidak berhenti tersenyum jail."Apa lihat-lihat," jawabku sambil memanyunkan bibir. Berpura-pura merajuk."Ups, maaf boss!" serunya sambil memasang sikap hormat."Ciye, yang sebentar lagi menjadi istri bos," lanjutnya sambil mengedipkan mata.Aku mengedarkan pandangan kemudian memberikan kode pada Hanifah agar diam. Berharap semoga tidak ada yang mendengarkan ucapan Hanifah barusan.Para rekan kerjaku di kantor belum mengetahui tentang pertunanganku dengan Hyuga. Bahkan mereka juga belum mengetahui bahwa boss baru mereka adalah Hyuga.Aku dan Mas Hyuga sengaja merahasiakan ini. Hanya keluarga dan teman dekat yang menghadiri acara pertunangan kemarin. Biarlah mereka semua nanti akan mengetahui saat acara pernikahan kami."Apa? Siapa yang akan menjadi istri bos? Jangan mimpi!" seru Laelia sambil berjalan dan melirikku sinis.Aku berusaha menaha